TNews, YOGYAKARTA – Dalam upaya mengendalikan penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Kota Yogyakarta menjadi salah satu lokasi pertama pelepasan nyamuk wolbachia. Nyamuk ber-wolbachia sudah disebar di wilayah Yogyakarta sejak tahun 2016 silam. Sebelumnya, uji coba dilakukan di dua lokasi pada tahun 2015.
“Awal mula diterapkan itu pada tahun 2015. Disebari dulu di Jonggrangan Bantul dan Kronggahan Sleman. Waktu itu disebar dalam bentuk nyamuk, “Jelas Endang Sri Rahayu, Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta saat jumpa pers di Balai Kota, Rabu (22/11/2023).
Hasil uji coba di dua lokasi tersebut, tutur Endang, ada satu masalah dari hasil evaluasi. Yakni, masyarakat di lokasi terganggu dengan suara-suara nyamuk. Dari hasil evaluasi itu, akhirnya uji coba dilakukan dengan menyebar telur ber-wolbachia. Uji coba dilakukan di dua wilayah, Wirobrajan dan Tegalrejo pada 2016. Masih Pilot Project, ada tahapan-tahapan. Kemudian lambat laun disebar di seluruh wilayah Kota Yogyakarta.
Endang menjelaskan, saat itu hanya daerah Kotagede yang tidak disebar nyamuk wolbachia. Saat itu daerah Kotagede menjadi pembanding bagi daerah lain yang disebari nyamuk wolbachia. Meski demikian, saat ini seluruh wilayah Kota Yogyakarta telah disebari nyamuk wolbachia.
Lebih jauh Endang membeberkan, penelitian terkait pengendalian virus Dengue dengan menggunakan nyamuk Aedes Aegypti yang telah berbakteri wolbachia. Dengan cara ini mengontrol nyamuknya bukan menghilangkan, tapi membuat nyamuknya tidak menularkan virus lagi. Sehingga, jika nyamuknya menggigit, tidak akan menular. Bakteri wolbachia melumpuhkan virus Dengue, sehingga bila nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah yang mengandung darah yang mengandung virus Dengue akan resisten, sehingga tidak akan menularkan ke orang lain saat nyamuk ini menggigit.
“Penggunaan nyamuk wolbachia sudah terbukti menurunkan insidensi DBD 77% dan menurunkan hospitalisasi atau rawat inap karena DBD sebesar 86%. Wolbachia yang ada di tubuh nyamuk itu mengeliminir virusnya. Sampai Oktober di Kota Yogyakarta hanya ada 85 kasus DBD. Ini terbukti ada penurunan jika dibanding tahun 2022, yang dalam setahun ada 180 kasus. Apalagi dibandingkan tahun 2016, awal mula disebar nyamuk wolbachia, saat itu ada 1.707 kasus DBD, setelahnya berangsur turun.”
Meski demikian, Endang menegaskan keberadaan populasi nyamuk wolbachia di Kota Yogyakarta yang masih tinggi tak membuat pihaknya abai dan tetap menggulirkan program pencegahan yang sudah ada sebelumnya. Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan gerakan satu rumah satu jumantik tetap konsisten dilanjutkan hingga sekarang.
“Wolbachia sifatnya hanya untuk melengkapi, bukan menghentikan program yang sudah ada. Sebab, PSN tetap menjadi cara efektif dan efisien mencegah DBD. Kami butuh dukungan PSN, apalagi ini sudah mulai musim hujan,” ujarnya mengakhiri.*
Reporter : Clementine