TNews, YOGYAKARTA – Bagian Perekonomian dan Kerja Sama Setda Kota Yogyakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Menuju Yogyakarta Kota Kreatif pada hari Selasa (5/3/2024) di Hotel Burza.
Kepala Bagian Perekonomian dan Kerja Sama Setda Kota Yogyakarta R.R. Andarini mengatakan, FGD ini sebagai tindak lanjut dari hasil rapat dan koordinasi dengan berbagai perangkat daerah, juga sosialisasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tata Kelola Kota Kreatif.
Sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif, ada 5 aktor yang dapat berperan dalam mengembangkan ekonomi kreatif, yaitu akademisi, pelaku bisnis, komuntas, pemerintah, dan media.
Tiap-tiap aktor memiliki peran dan fungsi yang berbeda-beda dalam pengembangan ekonomi kreatif. Dalam pelaksanaannya, masing-masing aktor dapat menjalin kerja sama, sehingga ekonomi kreatif dapat dikembangkan secara optimal.
Kerja sama ini memungkinkan terlaksananya koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi sumber daya ekonomi kreatif secara optimal. Pemerintah daerah memiliki peran yang sangat strategis, terutama sebagai regulator, fasilisator, dan akselerator.
Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo dalam sambutannya mengatakan, forum ini sangat lengkap. Forum yang sangat lengkap ini tidak hanya berhenti di sini, namun ada diskusi, gagasan, dan lain sebagainya yang diimplementasikan dalam satu kegiatan bersama untuk menuju sebuah kota kreatif, menuju sebuah ekosistem yang baik yang akan saling mendukung. Goalnya hanya satu, Yogyakarta adalah kota kreatif.
“Setelah diskusi, akan ada tindak lanjut, kemudian target-target juga jelas. Kita lihat Kota Yogyakarta ini paling tidak punya sumber daya alam. Kita tidak punya gunung dan pantai, tapi mempunyai sungai Code, Gajahwong, Winongo.”
“Kita mempunyai Resources yang luar biasa. Resources yang kita maksud adalah komunitas yang sudah tumbuh luar biasa. Komunitas ini lahir duluan, bukan dilahirkan oleh pemerintah. Kalau disambungkan dengan pemerintah yang memberikan fasilitasnya itu lebih baik. Komunitas ini akan dihubungkan dengan komunitas yang lain akan lebih terstruktur dan lebih baik.”
Singgih berharap, dalam diskusi ini nanti akan mengerucutkan sebuah ide, masukan, gagasan dan sebagainya untuk membentuk atau merealisasikan Kota Yogyakarta menjadi kota kreatif.”
“Kalau kita bicara ekonomi kreatif, ada 17 sub sektor. Ambil saja satu misal Festival City. Ini menjadi pemantik geraknya seluruh ekosistem. UMKM Yogyakarta ini luar biasa. Kalau dinaikkelasakan lagi dengan sentuhan-sentuhan, maka akan punya nilai tambah.”
“Nilai tambah ini akan kita diskusikan. Ini adalah gagasan, keinginan kita bersama untuk membangun Kota Yogyakarta nanti kedepan. Kita punya potensi yang cukup besar, yaitu sumbu filosofi yang sudah diakui oleh UNESCO menjadi World Heritage. Kelasnya sudah kelas dunia. Dan 95% sumbu filosofi berada di Kota Yogyakarta. Kita bisa melakukan banyak hal tentang sumbu filosofi,” terangnya.
“Forum ini istimewa. Hampir semua elemen atau biasa di ekosistem kota kreatif hadir. Akan sayang sekali kalau diskusi ini tidak menghasilkan suatu usulan atau pemikiran bersama. Kalau orang bicara tentang kota kreatif terkadang masih berpikir yang kreatif itu menuju hal-hal misalnya desain, atau segala sesuatu seperti seni musik, lukisan. Padahal kita bicara tentang ekonomi kreatif itu objeknya lebih luas.”
Lebih lanjut Singgih menyampaikan, Yogyakarta menjadi kota kreatif itu bahan-bahannya sudah lengkap. Ekosistemnya sudah sangat bagus. Tinggal mengatur komponen itu menjadi satu kekuatan yang nantinya bisa memantik perekonomian yang ada di Kota Yogyakarta.
“Kita lihat komunitasnya sudah bergerak. Kita memfokuskan Yogyakarta sebagai kota kreatif, festival, seni pertunjukan dan lain sebagainya. Ini akan bisa berdampak terhadap seluruh ekosistem, mulai dari program UMKM produk kulinernya, produk budayanya yang akan mengisi. Kemudian dari sisi bisnisnya, seperti transportasi, hotel, restoran dan lain sebagainya. Dan masyarakat mendapat dampak dari kegiatan kota kreatif.”*
Peliput : Clementine