Bimas Buddha Kanwil Kemenag DIY Gelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi SDM Penyuluh Agama Buddha Non PNS

0
115
Gambar: Kegiatan bimbingan teknis peningkatan kompetensi SDM penyuluh agama Buddha non PNS di Hotel Museum Batik, Yogyakarta, Kamis (22/8/2024). Foto: Clementine Roesiani.

TNews, YOGYAKARTA – Bimas Buddha Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar kegiatan bimbingan teknis peningkatan kompetensi SDM penyuluh agama Buddha non PNS di Hotel Museum Batik, Jl. Dr. Sutomo 13-A Yogyakarta, Kamis (22/8/2024).

Acara yang dibuka oleh Pembimbing Masyarakat Buddha Kanwil Kemenag DIY, Naryoto, S.Pd., M.Hum ini diikuti 16 orang perwakilan dari vihara se-Daerah Istimewa Yogyakarta yakni: Vihara Giri Surya Gunungkidul, Dharma Ratna Gunungkidul, Jina Dharma Sradha Gunungkidul, Dharma Surya Gunungkidul, Bhakti Vira Dharma Gunungkidul, Giri Surya Kulon Progo, Vidya Dharma Kulon Progo, Giridharma Kulon Progo, Dharma Mulya Kulon Progo, Dharma Wijaya, Giri Ratana Gunung Kidul, Pusdiklat Sukhawati Sleman, Buddha Prabha, Bodhicitta Maitreya, Vimalakirti Kota Yogyakarta, dan Karangdjati Sleman.

Dalam pembukaannya Naryoto menyampaikan, tema besar kegiatan ini untuk mewujudkan penyuluh agama Buddha yang humanis dan profesional berdasarkan Buddha Dhamma. Adapun tujuannya untuk memberikan wawasan dan edukasi kepada segenap penyuluh agama Buddha tentang arti penting menjaga keyakinan kepada Buddha Dharma, kerukunan, menjaga keharmonisan keluarga berdasarkan Buddha Dhamma dalam kehidupan bermasyarakat.

Gambar: Totok Tejamano dari Pokjaluh Buddha Yogyakarta dan narasumber acara Bambang Eka Prasetya. Foto: Clementine Roesiani.

Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini adalah pakar di bidangnya yaitu Bambang Eka Prasetya, MM dari lembaga Budaya Nittramaya yang membahas Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Kegiatan Penyuluhan Agama.

Dalam pemaparannya, Bambang menganalisis kisah relief naratif candi Sojiwan berbasis Suttapitaka Kuddakanikaya Jataka (Kanon Pali/Theravada). Ia menambahkan, jika kisah relief candi berbasis ilusi, opini, dan atau hipotesis maka akan menghasilkan kisah ambyar, karena tidak didasari naskah kanonik sebagai sumber yang baik dan benar.

“Di dunia wisata yang saya kenal, kisah-kisah itu banyak yang berbasis ilusi dan opini. Sangat sedikit yang berbasis sastra. Jadi, mari mempelajari kisah relief candi secara tepat dan akurat,” ujar Bambang yang juga pecinta Suttapitaka ini.

Gambar: Foto bersama para penyuluh dan segenap panitia usai acara.

Sementara itu Totok Tejamano dari Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Buddha mengatakan, target dari acara ini adalah meningkatkan kemampuan para penyuluh agama Buddha dan mempunyai greget untuk selalu mengupload di akun media sosial hal-hal yang positif atau baik dari ajaran Buddha dan bisa dikontribusikan untuk seluruh masyarakat. Artinya, nilai-nilai universal agama Buddha itu menjadi pesan-pesan baik dan menyejukkan di tengah berbagai masalah di Nusantara.

“Dan materi dalam acara ini adalah bagaimana kita menjadikan nilai-nilai luhur yang kita ambil dari candi-candi Buddhis di sekitar Yogyakarta itu bisa kita jadikan konten-konten di media sosial. Masalahnya, candi ini monumen yang mati yang dikunjungi orang-orang. Dengan narasi-narasi yang hidup kita dapat memunculkan nilai-nilai luhur yang luar biasa. Maka, para penyuluh ini diharapkan bisa menarasikan candi dengan baik, sehingga berdampak baik bagi mereka yang berkunjung,” pungkasnya.*

Peliput: Clementine

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.