Siswa Madrasah Mengajar “Cerdas Generasiku, Hijau Indonesiaku”

0
23
Gambar: Siswa Madrasah Mengajar "Cerdas Generasiku, Hijau Indonesiaku".

TNews, PENDIDIKAN – Kisah ini berasal di sebuah kota nan mempesona di Sulawesi Utara, orang-orang sering menyebutnya Kota Kotamobagu. Meski keindahan alam dan budayanya tak tertandingi, pesona tersebut tidak cukup untuk menetralkan ancaman serius yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon yang kini menjadi pusat perhatian dalam krisis iklim global. Di samping itu, serangan besar-besaran yang dikenal sebagai “sampah” oleh manusia semakin memperburuk keadaan. Kedua isu ini saling terkait dengan erat, menciptakan tantangan yang tak terelakkan bagi masa depan kota ini.

Tak bisa dipungkiri, sampah merupakan masalah sekaligus kebiasaan yang melekat dalam kehidupan manusia. Namun, permasalahan utama terletak pada kesadaran masyarakat dalam mengelolanya. Produksi sampah plastik yang terus meningkat menyebabkan penumpukan yang signifikan. Dalam upaya untuk mengatasi penumpukan ini, banyak yang mengambil alternatif dengan membakar sampah plastik, sebuah tindakan yang menghasilkan gas beracun berbahaya, berpotensi memicu komplikasi kesehatan dan meningkatkan emisi karbon yang berkontribusi pada pemanasan global. Selain itu, sampah organik yang terus bertambah juga menunggu momen untuk mengeluarkan “senjata” paling mematikan—gas metana. Gas ini perlahan menyergap kehidupan manusia dengan dampak yang tak terduga. Tumpukan sampah organik, dengan potensi menghasilkan metana, menjadi salah satu penyebab utama krisis iklim yang kita hadapi saat ini.

Namun, di balik permasalahan tersebut, Kota Kotamobagu memiliki “tameng transparan” yang menjadi solusi sekaligus gerakan untuk mengatasi isu ini. Di antara berbagai upaya, Siswa Madrasah Mengajar (SMM) muncul sebagai “penyembuh” dengan menghadirkan bimbingan belajar berbayar sampah. Menariknya, para pengajarnya adalah siswa-siswi MAN 1 Kotamobagu yang berkomitmen untuk memberikan pengetahuan dan mengedukasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. lalu, apa saja langkah yang telah diambil oleh Siswa Madrasah Mengajar dalam upaya mengurangi emisi karbon? Mari kita telusuri lebih dalam.

SMM membuka bimbingan belajar untuk anak-anak tingkat sekolah dasar, mulai dari kelas 1 hingga 6. Dalam setiap pertemuan, anak-anak diminta membawa sekantung sampah sebagai “bayaran” untuk bimbingan belajar tersebut. Namun, lebih dari sekadar mengajar, SMM juga mengedukasi anak-anak tentang bahaya sampah, dan cara pengelolaan yang tepat. Dalam setiap sesi pelajaran, terdapat pula materi tentang daur ulang, di mana anak-anak diajarkan untuk mengola sampah yang mereka bawa, baik itu sampah plastik maupun organik. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar, tetapi juga berkontribusi langsung terhadap pengurangan emisi karbon.

Pembelajaran daur ulang diharapkan dapat menjadi langkah nyata untuk mengurangi jejak emisi karbon, menyelamatkan Bumi dari ancaman krisis iklim, dan melibatkan generasi penerus untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan. Dengan demikian, generasi muda tidak hanya memperoleh ilmu, tetapi juga pengalaman yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain aktivitas daur ulang yang dilakukan bersama siswa sekolah dasar, SMM juga melibatkan panti asuhan dalam edukasi mengenai sampah melalui kegiatan BESAR NANTI (Belajar Bersama Anak Panti). Kegiatan ini telah dilaksanakan dua kali, dengan Panti Asuhan Ar-Rahman di Kelurahan Mongkonai sebagai salah satu target. Dalam sesi pembelajaran, para tutor SMM sering berdialog dan bercanda dengan anak-anak, menciptakan suasana yang hangat dan akrab sembari menyampaikan pesan-pesan edukatif dengan cara yang menyenangkan.

Pada Kamis, 19 September, pukul 15.00, para tutor SMM berangkat menuju Panti Asuhan Ar-Rahman. Roda mobil mereka bergesekan dengan aspal, diiringi deru kendaraan dan canda tawa yang mengalir dari para tutor yang tak sabar untuk mengajar di sore hari itu. Senyum ceria terpancar dari wajah mereka, mencerminkan antusiasme yang tak terbendung. Setibanya di gerbang panti, mereka disambut oleh pemandangan anak-anak yang tengah beraktivitas di sore hari, semakin membakar semangat para tutor untuk memberikan yang terbaik dalam sesi pembelajaran.

Anak-anak yang melihat kedatangan tutor SMM segera mendekat dengan semangat, penuh rasa ingin tahu tentang apa yang akan dilakukan oleh para pengunjungnya. Sesi pembukaan kegiatan dimulai dengan pembacaan Al-Fatihah dan ucapan bismillah, menandai niat baik untuk belajar bersama. Para tutor kemudian memulai aktivitas daur ulang sambil menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, mereka mengajak anak-anak untuk memahami pentingnya menjaga lingkungan dan cara-cara sederhana yang bisa dilakukan untuk melindungi Bumi.

“Biasanya, sampah sisa makanan atau bungkus makanan ringan kalian dibuang ke mana?” tanya Intan, seorang tutor SMM, sambil berinteraksi dengan beberapa anak yang sedang mendaur ulang sampah.

“Dibuang ke tempat sampah, Kak,” jawab seorang anak dengan polos.

“Kalian tahu nggak, kemana perginya sampah yang ada di tempat sampah?” Tanya Intan, berusaha memancing rasa ingin tahu anak-anak.

“Tidak tahu, Kak,” serentak mereka menjawab.

“Adik-adik, sampah yang dibuang ke tempat sampah itu tidak menghilang begitu saja. Sampah plastik yang kalian buang bisa terurai paling lambat dalam 300 tahun. Bayangkan, kemana sampah itu pergi? Tentu saja, semua itu akan berakhir di tempat pembuangan akhir, begitu pula dengan sampah organik ” Intan menjelaskan sambil mengambil jeda, menatap anak-anak yang penuh perhatian.

“Adik-adik pernah merasa panas yang tidak wajar saat siang hari? Tahu tidak, hal itu disebabkan oleh perubahan iklim. Sampah ternyata menjadi salah satu penyumbang emisi karbon, yang berperan dalam perubahan iklim. Bagaimana bisa? Saat sampah plastik tertumpuk, banyak orang yang memilih membakar sampah untuk mengurangi volumenya, termasuk di tempat pembuangan akhir. Sedangkan sampah organik memproduksi gas metana yang meningkatkan emisi gas rumah kaca, dan ini jauh lebih berbahaya bagi kerusakan iklim. Tapi tenang saja, kita bisa menciptakan banyak hiasan dan barang-barang bermanfaat dari sampah! Ayo kita buat bersama-sama,” jelas Intan sambil menatap setiap anak dengan penuh semangat.

Senyum ceria merekah di wajah-wajah mungil itu saat mendengar hal yang bisa mereka lakukan untuk menghindari dampak buruk sampah. Para tutor lainnya juga turut aktif memberikan edukasi dengan cara yang menarik, sembari mengajarkan anak-anak tentang cara mendaur ulang sampah dengan penuh keceriaan.

Para tutor berinteraksi hangat dengan anak-anak di panti, bercakap-cakap sambil bermain, serta membuat mainan dari bahan daur ulang. Salah satu tutor, Zahrah, mengajak salah satu anak bernama Idi untuk berdiskusi.

“Bagaimana perasaanmu setelah melakukan daur ulang sampah?” tanya Zahrah dengan penuh perhatian.

“Senang!” jawab Idi dengan wajah ceria.

“Pelajaran apa yang kamu dapatkan dari kegiatan ini?” Zahrah melanjutkan.

“Mempelajari cara mendaur ulang sampah plastik menjadi mobil mainan,” ungkap anak itu dengan gembira.

“Kalau begitu, kenapa kamu merasa senang setelah mengikuti kegiatan ini?” tanya Zahrah lagi.

“Senang karena mudah dibuat,” balasnya dengan penuh semangat.

Rasa penasaran Zahrah semakin meningkat, ia ingin mengetahui lebih banyak tentang pandangan anak-anak panti terhadap program BESAR NANTI.

“Setelah mengikuti kegiatan ini, apakah kamu mau mencoba membuat barang dari sampah di panti?” tanya Zahrah.

“Ya!,” jawab Idi dengan wajah polosnya. Zahrah mengangguk setuju, lalu melanjutkan pertanyaannya untuk menggali lebih dalam.

“Idi, apakah ada ide atau tambahan yang ingin kamu sampaikan supaya kegiatan ini lebih menyenangkan?”

Sang empu yang ditanya tampak merenung sejenak sebelum menjawab, “Ingin membuat kursi dengan botol plastik.”

Jawaban itu membuat Zahrah tersenyum, bangga dengan kreativitas dan semangat anak-anak yang ingin berkontribusi dalam menjaga lingkungan.

Tak terasa, sang mentari mulai bersembunyi, perlahan terlelap dalam kegelapan malam. Para tutor SMM mengajak anak-anak melakukan clean up di sekitar halaman panti, sambil mengumpulkan sampah yang nantinya akan didaur ulang. Wajah anak-anak tampak sedih menanti perpisahan dengan para tutor, yang tak lama lagi akan meninggalkan panti. Sebelum pergi, para tutor menyempatkan diri berbincang dengan anak-anak, mengenai penjelaskan melalui pendekatan yang telah mereka lakukan beberapa jam sebelumnya. Waktu berlalu begitu cepat, dan akhirnya para tutor pun meninggalkan anak-anak di panti asuhan tersebut dengan penuh harapan.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 28 Oktober 2024, anak-anak di sekitar MAN 1 Kotamobagu yang mengikuti kegiatan SMM kembali berkumpul untuk pembelajaran bersama para tutor. Setelah sesi belajar yang penuh semangat, anak-anak diarahkan untuk melakukan daur ulang bersama. Kanaya, salah satu tutor SMM, menatap anak-anak yang tampak asyik dengan aktivitas mendaur ulang, merasakan kebanggaan dan harapan bahwa mereka akan terus melanjutkan pembelajaran ini dan berkontribusi positif bagi lingkungan.

“Menurut kalian, apakah aktivitas mendaur ulang ini penting?” tanya Kanaya dengan rasa ingin tahu yang mendalam.

“Supaya kita bisa menyelamatkan Bumi dari sampah yang merugikan manusia dan menjaga Bumi supaya tidak ada lagi yang membuang sampah sembarangan,” jawab salah satu anak dengan penuh harapan.

“Terus, apa yang kalian rasakan saat mendaur ulang?” Kanaya melanjutkan pertanyaannya, merasa penasaran.

“Daur ulang sangat seru dan menyenangkan!” sorak anak-anak dengan penuh kegembiraan.

“Nanti, setelah kegiatan ini selesai, kalian bakal melakukan daur ulang di lingkungan kalian, nggak?” tanya Kanaya lagi.

“Iya, kami akan melakukan daur ulang kompos di sekolah bersama teman-teman yang lain agar lebih menyenangkan,” ucap seorang anak sambil tersenyum lebar.

“Jika kegiatan ini sudah selesai, hal apa yang kalian dapatkan?” tanya Kanaya, ingin mendengar lebih banyak.

“Kita bisa mengetahui cara membuat kompos dan cara mendaur ulang sampah!” jawab anak-anak serentak, semangat terlihat di wajah mereka.

Waktu menunjukkan pukul 17.00 WITA, dan para tutor pun menutup pembelajaran sore itu. Anak-anak kembali ke rumah masing-masing dengan semangat baru, siap menerapkan apa yang telah mereka pelajari dan berkontribusi untuk menjaga lingkungan.

SMM tidak sekadar mengajarkan pelajaran formal kepada anak-anak, tetapi juga menanamkan pemahaman tentang betapa pentingnya mengelola sampah yang semakin menghantui kehidupan kita. Mereka menunjukkan bagaimana pengelolaan yang baik dapat menciptakan garis lurus tak terelakkan dalam mencegah kerusakan iklim. SMM membawa dampak luar biasa bagi generasi penerus yang akan mewarisi bumi ini, dengan memberikan pengetahuan, pengalaman, dan aksi nyata yang melibatkan anak-anak secara langsung.

Dari langkah-langkah yang dilakukan oleh SMM, kita dapat meringankan beban berat krisis iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dan zat berbahaya lain yang terkandung dalam sampah. Melalui edukasi dan pemanfaatan sampah, inisiatif ini dapat menyebar luas dari mulut ke mulut, membentuk tali penghubung yang kuat dalam masyarakat. Dengan begitu, setiap individu berperan dalam menjaga lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih baik untuk Bumi kita.*

Oleh: Intan Puspita Sari Mokoagow, Kanaya Syifa Mokoginta, Ahmad Thoriq Kausar Daeng Matara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses