TNews, OPINI – Gusnar Ismail tetaplah Gusnar Ismail. Sekeras apapun orang memancing amarahnya, Gusnar selalu hadir dengan karakternya, tenang dan tidak gegabah.
Wajar saja jika ada yang berkata: “Gusnar itu kelasnya negarawan, bukan kaleng kosong”. Entah apa maksud dari kata-kata orang itu, tapi faktanya Gusnar Ismail begitu adanya.
Lihat saja bagaimana para demagog ribut dan hasut pra dan pasca RUPS BSG di Manado, satu kalimat keluar dari mulutnya: Saya sudah berjuang, tenang dan jangan gegabah.
Orang waras mungkin akan menggelengkan kepalanya sembari berkata: “Masih ada jo kepala daerah setenang ini?”
Pertama, Gusnar Ismail difitnah tidak memperjuangkan orang Gorontalo pada jajaran Direksi dan Komisaris BSG. Sungguh fitnah keji untuk Gusnar Ismail, karena pada kenyataannya, Gusnar yang duduk disebelah Gubernur Sulut, Yulius Selvanus Komaling (YSK) sudah menyampaikan bahwa keterwakilan Gorontalo harus dipertimbangkan dalam jajaran Direksi maupun Komisaris BSG.
Apa mau dikata, ternyata sebelum RUPS BSG dimulai, keadaan memang seperti sudah dikondisikan sejak awal, terlihat dari keberadaan kelima orang komisaris yang sudah standby diarena RUPS, jadi, pada saat masuk RUPS Luar Biasa, pemegang saham pengendali langsung membacakan nama-nama Komisaris yang memang sudah dikondisikan.
Bayangkan jika saat itu Gusnar termakan provokasi para demagog, Gusnar ribut dengan para pemegang saham pengendali, para demagog tidak akan membela Gusnar, itu pasti, Gusnar tetap dikatakan ‘salah’ oleh para demagog.
Kedua, Fitnah soal anak mantu, kalau pun Gusnar ngotot, pasti anak mantunya sudah duduk jadi komisaris. Tapi sekali lagi fitnah itu tidak terbukti, lantas bagaimana dengan mereka yang terlanjur melakukan fitnah ke Gusnar ? mereka seolah tidak peduli dengan fitnah, jangan-jangan itu kebiasaan mereka.
Apa kata Gusnar: “Saya mau urus rakyat”, jelas dan tegas pernyataan, jawaban negarawan yang mengerti perasaan rakyat. Gusnar tidak mau gegabah, semua harus diselesaikan dengan matang, Gusnar memilih mendahulukan otaknya ketimbang mulutnya, berpikir lebih dulu sebelum berbicara.
Ketiga, realitas politik hari ini perlu dibaca seksama. Bahkan para demagog sekalipun jadi Gubernur hari ini, belum tentu mampu berjuang saat RUPS LB di Manado kemarin, yang dipertontonkan adalah fitnah untuk Gusnar Ismail.
Sekarang, kemana para demagog itu ? sudahlah itu bukan urusan Gusnar, Gusnar terlihat cuek saja dan tidak mempedulikan celotehan demagog.
Semakin Gusnar cuek, demagog semakin panas. Bukan kelasnya Gusnar melayaninya, sumpah jabatan Gusnar hanya untuk melayani rakyat, bukan demagog.
Gusnar adalah Burung Elang yang dipatok Burung Gagak, ketika dipatok, Gusnar malah mengepakkan sayapnya dan terus terbang tinggi, bahkan Gusnar tidak merasakan apa-apa saat dipatok Burung Gagak.
Alhasil, Burung Gagak yang awalnya berada diatas tubuh Burung Elang sambil mematok, tidak mampu lagi mengikuti Burung Elang yang terbang semakin tinggi.
Burung Gagak jatuh karena kekurangan oksigen. Itulah gambaran untuk seorang Teknokrat sejati, Gusnar Ismail, putra Terbaik yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Gorontalo.*
Penulis: Abdul Kadir Bakari
