Melihat liku perjalanan Hendy Tan yang tak biasa tentu mengundang pertanyaan. Seorang lulusan S2 Teknik Sipil, meninggalkan karir cemerlangnya sebagai consultant engineering, dan beralih menjadi pengajar komunitas trading.
Namun siapa sangka? Keputusannya membawanya pada keberlimpahan yang luar biasa; baik materi maupun jiwa. Simak kisah yang disadur dari YouTube Sekali Seumur Hidup berikut ini.
Berangkat dari Niat Berbagi, Bukan Sekadar Profit
“Apapun yang saya lakukan, selalu berangkat dari keinginan untuk berbagi agar orang lain tidak terjebak di dunia trading dan investasi yang salah.”
Itu bukan sekadar prinsip, tapi benang merah dari perjalanan hidup Hendy Tanuardy, pengajar sekaligus co-founder Trident Trading Academy. Di balik perannya hari ini sebagai mentor ribuan trader di saham, forex, crypto, dan gold, ada kisah pencarian, kegagalan, dan keputusan berani yang mengubah hidupnya.
Awal yang Tak Disangka: Dari Geografi ke Trading
Semua berawal saat Hendy masih duduk di bangku SMA. Umurnya baru 16 tahun ketika seorang guru geografi favoritnya, di tengah pelajaran, menyelipkan sebuah pengakuan: “Gaji guru itu kecil. Saya trading forex buat tambahan penghasilan.”
Bukan sebuah ajakan. Bukan juga sebuah pelajaran resmi. Tapi cukup untuk menyalakan rasa penasaran. Hendy mulai mencoba-coba. Awalnya asal beli, asal jual. Tidak ada strategi, tidak ada ilmu. Profit datang cepat, tapi kerugian datang lebih cepat lagi. Bertahun-tahun ia mengulangi pola yang sama; trading tanpa arah, hanya mengandalkan feeling.
Sampai akhirnya, ia berhenti dan bertanya, “Apakah memang ini hanya untung-untungan, atau ada ilmunya?”
Dari Rugi ke Realisasi: Ilmu, Emosi, dan Disiplin
Banyak orang menganggap trading itu judi. Bagi Hendy, anggapan ini lahir dari orang yang tidak memiliki strategi, pengelolaan emosi, money management yang kuat. Dengan gabungan ketiga aspek utama tersebut, trading seharusnya bisa menjadi sumber penghasilan tambahan yang konsisten dan berdampak.
Ia mulai belajar. Bukan lagi mengandalkan rekomendasi teman, tetapi belajar analisis pasar. Ia belajar membaca market, mengatur risiko, dan yang terpenting, menurunkan ekspektasi. “Untung secukupnya, asal konsisten,” itu prinsip barunya. Ia mulai memahami bahwa diversifikasi dan manajemen risiko adalah fondasi agar dapat bertahan di dunia ini.
Dulu Ingin Jadi Guru, Kini Mengajar Lewat Trading
Keinginan Hendy untuk menjadi pengajar sudah ada sejak lama. Cita-citanya saat SMA adalah menjadi guru atau dosen. Tapi kenyataan soal penghasilan guru membuatnya mundur. Jalan hidup membawanya ke trading, tapi keinginan untuk berbagi tak pernah padam.
Lewat sosial media, Hendy mulai membagikan ilmu. Ternyata, responsnya mengejutkan. “Banyak yang suka dengan gaya mengajar saya. Dari situ saya sadar: kenapa harus saya simpan sendiri cara saya bisa profit, kalau bisa saya bagikan?”
Titik Terendah: Antara Konsultan Teknik dan Komunitas
Hendy bukan berasal dari latar keuangan. Ia lulusan teknik sipil, bahkan sempat menempuh pendidikan S2 dan bekerja sebagai konsultan engineering. Tapi di sela-sela pekerjaannya, ia membangun komunitas kecil tempat ia mengajar secara gratis.
Tiba saatnya harus memilih: karier pasti sebagai konsultan atau mengejar passion membangun komunitas edukasi trading?
“Kalau bicara kepastian, jelas teknik sipil lebih stabil. Tapi saya takut menyesal seumur hidup kalau gak ambil kesempatan ini.”
Dengan tabungan terbatas, Hendy pindah dari Bandung ke Jakarta. Komunitas naik-turun, bisnis goyah, dan trading tidak selalu memberi hasil. Di titik itu, ia nyaris menyerah dan kembali ke jalur konsultan. Tapi satu kalimat menggema di benaknya: “Masa saya kalah, saya harus ulang dari nol?”
Titik Balik: Temukan Metode Sederhana untuk Banyak Orang
Selama bertahun-tahun, Hendy mengajar berbagai teknik trading mulai dari fibonacci, chart pattern, candlestick, hingga harmonic. Tapi semua itu terasa sulit dipahami oleh orang awam. Apalagi mereka yang usianya sudah tidak muda lagi.
Sampai akhirnya, ia menemukan satu pendekatan yang sangat sederhana: metode kotak-kotak. Visual dan praktis. Tapi awalnya belum cukup akurat untuk konsistensi jangka panjang. Hendy tidak puas. Ia memperbaiki metode itu, membangun ulang sistemnya, melakukan backtest, dan menyederhanakannya agar siapapun bisa mempraktekkan.
“Saya gak suka trading pakai perasaan. Harus ada data, backtest, dan hasil yang bisa diulang.”
Metode ini menjadi titik balik. Dari nyaris menyerah, ia bangkit. Membangun tim dari nol, memperluas komunitas, dan terus mengajar. Kini, ratusan hingga ribuan orang sudah belajar lewat Hendy. Semua berawal dari tekad untuk tidak menyerah.
Pesan untuk Pemula
Jangan Pernah Berhenti Belajar Ilmu selalu berkembang, dan dunia trading tidak pernah diam.
Bangun Jaringan dengan Orang yang Lebih Sukses Agar kita bisa kecipratan mindset dan cara berpikir mereka.
Jangan Mudah Menyerah Karena kadang, satu langkah setelah putus asa adalah titik balik kita.
“Kalau saya bisa bantu orang lain terhindar dari kesalahan-kesalahan yang pernah saya buat, maka perjalanan saya gak sia-sia.” pungkas Hendy menutup wawancara hari itu.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
