Implementasi ESG Lewat Mangrove: LindungiHutan Rilis eBook Panduan untuk Dunia Usaha di Tengah Krisis Iklim

0
2

Semarang, 6 Agustus 2025 – Di tengah meningkatnya urgensi krisis iklim global, LindungiHutan meluncurkan eBook edukatif bertajuk “Panduan Komprehensif Implementasi ESG untuk Perusahaan” sebagai bentuk kontribusi konkret untuk mendorong sektor bisnis mengambil peran aktif dalam perlindungan lingkungan. Fokus utama buku ini adalah pada carbon offset berbasis ekosistem mangrove, salah satu solusi alami paling efektif untuk menyerap emisi karbon dan mencegah bencana iklim di kawasan pesisir.

Menurut laporan Climate Watch dan data Kementerian LHK, emisi karbon Indonesia masih didominasi oleh sektor energi dan lahan. Sejumlah korporasi mulai mengadopsi target Net Zero Emission, namun masih banyak yang bingung dalam mengimplementasikan ESG secara terstruktur dan terukur. Di sinilah eBook ini hadir sebagai panduan praktis, mulai dari pemahaman dasar carbon offset, pentingnya karbon biru (blue carbon), hingga studi kasus lokasi penanaman mangrove dengan survival rate tertinggi.

“ESG bukan sekadar laporan untuk pemegang saham. Ia adalah peta jalan menuju keberlanjutan bisnis yang berdampak bagi Bumi dan masyarakat. Melalui eBook ini, kami ingin mendorong perusahaan mengambil peran lebih dalam aksi nyata,” ujar Ben, CEO LindungiHutan.

Salah satu bagian penting dalam eBook ini membahas tentang efektivitas mangrove sebagai solusi iklim. Mangrove mampu menyerap karbon 4–5 kali lebih besar dibanding hutan tropis daratan. Di sisi lain, mangrove juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat pesisir, mulai dari ketahanan pangan, perlindungan terhadap abrasi, hingga ekowisata.

LindungiHutan sendiri telah mencatat sejumlah keberhasilan proyek penanaman mangrove di wilayah-wilayah kritis. Misalnya di Pantai Mangunharjo, Semarang, tingkat keberhasilan penanaman mencapai 93% berkat kolaborasi dengan kelompok tani lokal. Sebanyak 120 ribu lebih pohon telah ditanam dan berhasil menghijaukan kembali area pantai seluas 1,2 hektare, menyerap lebih dari 5.900 kg CO₂eq. Hal serupa juga terjadi di Pesisir Tambakrejo dan Trimulyo yang sebelumnya mengalami abrasi berat akibat alih fungsi lahan dan pembangunan pesisir.

Namun, upaya ini tidak selalu mudah. Di Trimulyo misalnya, proyek konservasi sempat terhambat oleh pembangunan jalan tol yang melintasi area penanaman. Kasus ini memperlihatkan betapa masih kurangnya integrasi antara proyek pembangunan infrastruktur dan upaya perlindungan ekosistem, padahal keduanya seharusnya bisa berjalan selaras dalam kerangka ESG nasional.

“Masih banyak perusahaan yang ragu atau belum tahu harus mulai dari mana dalam menerapkan ESG. eBook ini kami susun agar dapat menjembatani kesenjangan itu, dengan pendekatan berbasis data, pengalaman lapangan, dan solusi yang mudah diakses,” tambah Ben.

LindungiHutan mengajak seluruh pelaku industri untuk mulai melihat ESG bukan sebagai beban, melainkan peluang. Peluang untuk membangun brand yang peduli, loyalitas pelanggan yang lebih kuat, hingga akses terhadap green financing dan insentif pajak yang kini mulai digulirkan pemerintah.

eBook ini dapat diunduh secara gratis di tautan berikut: https://lynk.id/lindungihutan/kOWyPXO

Dengan peluncuran eBook ini, LindungiHutan berharap lebih banyak sektor swasta tergerak untuk berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim melalui langkah nyata yang terukur dan kolaboratif. Karena menyelamatkan lingkungan bukan hanya tanggung jawab negara, melainkan juga misi bersama antar pelaku bisnis dan masyarakat sipil.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES