Dua biarawati Argentina diadili karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap sekitar 20 anak tunarungu yang mereka asuh antara 2004 sampai 2016. Kasus kedua biarawati itu disidangkan pada Senin (3/5) lalu. Kedua biarawati Institut Provolo di Mendoza dan tujuh perempuan lain diduga melecehkan 20 anak tuna rungu. Biarawati asal Jepang, Kumiko Kosaka (46), didakwa dengan kasus pelecehan seksual. Dia juga diduga menutupi kasus pelecehan seksual yang pernah terjadi sebelumnya. Sementara biarawati asal Paraguay, Asuncion Martinez (53), dituduh menyembunyikan kejahatan pelecehan itu.
Sementara itu, sejumlah pihak yang turut diseret ke pengadilan adalah perwakilan hukum dari lembaga, psikolog internal, juru masak, dan empat direktur lembaga itu. Mereka juga dijerat dakwaan yang sama seperti Martinez, yakni terlibat dalam pelecehan seksual yang kerap terjadi di biara itu. Sidang diperkirakan akan berlangsung setidaknya enam bulan karena akan menghadirkan seratus saksi. Kosaka diduga bersama-sama dengan Pendeta Horacio Corbacho (60) dan Pendeta asal Italia, Nicola Corradi (84), diduga membiarkan terjadinya pelecehan seksual di Institut Provolo.
Mengutip laporan The New York Times, Corbacho dan Corradi masing-masing divonis 45 tahun dan 42 tahun penjara atas perbuatannya pada 2019 lalu. Korban mereka bervariasi, yakni antara anak-anak berusia empat tahun hingga remaja berusia 17 tahun. “Tanpa biarawati yang bertanggung jawab atas anak-anak, pekerja sosial, direktur, tanpa semua struktur itu, semua ini tidak akan mungkin terjadi. Corbacho dan Corradi tidak sendirian,” kata seorang biarawati yang pernah menjadi korban, Erica Labeguerie, dalam sebuah pernyataan, mengutip AFP, Rabu (5/5). Corradi yang menjabat sebagai Direktur Institut Provolo sebelumnya pernah dituduh melakukan pelecehan seksual di lembaga serupa di Verona, Italia, dan La Plata, Argentina sebelum dipindahkan ke kota Mendoza.
Institut Antonio Provolo merupakan organisasi fasilitas Katolik yang didedikasikan untuk pendidikan anak-anak tuna rungu yang terpinggirkan. Lembaga ini, pertama kali didirikan pada 1830 oleh pendeta Katolik Roma Italia, Antonio Provolo di Verona. Sementara, Institut Provolo di Mendoza didirikan pada 1995. Biara itu menawarkan pendidikan gratis kepada anak-anak kurang mampu yang memiliki kesulitan dalam mendengar dan berbicara. Kasus itu menambah panjang deretan skandal pelecehan seksual di lingkungan pemuka agama Katolik. Sejak perkara itu mencuat, lembaga itu ditutup.
Sumber : cnnindonesia.com