TNews, BOLMONG — Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mulai melakukan uji petik Stunting di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).
Pemkab Bolmong sendiri menargetkan sampai akhir Tahun 2024, Kabupaten Bolmong bebas Kasus Stunting.
Hal itu sebagaiaman dikatakan Kepala Bappeda Bolmong Taufik Mokoginta disela-sela pendampingan tim penilaian kinerja 8 aksi konvergensi, Senin (18/05 /2021) baru-baru ini.
“Ditergatkan sampai akhir 2024, Kabupaten Bolmong terutama di sejumlah desa lokasi khusus Stunting sudah bebas stunting,” ujar Taufik.
Langkah strategi untuk mewujudkan target tersebut kata dia, salah satunya dengan menghidupkan kembali gerakan masyarakat (Germas) di lokasi khusus stunting yang ditetapkan.
Selain pemberian makanan tambahan kepada ibu hamil dan kampanye hidup sehat, juga disertai dengan intevensi anggaran.
“Germas harus terus dikampanyekan dan memberikan edukasi kesehatan bagi ibu hamil dan balita,” tegasnya.
Berdasarkan data yang diperoleh, ada 19 desa di 7 Kecamatan se Kabupaten Bolmong yang menjadi target prevalensi stunting pada Tahun 2021 mendatang.
Diantaranya di Kecamatan Lolayan, yakni Desa Mengkang, Desa Mopusi, Desa Tanoyan Selatan, Desa Matali Baru, Desa Bakan, dan Desa Tanoyan Utara.
Kemudian, Kecamatan Dumoga Barat, difokuskan di tiga desa yakni Desa Doloduo Dua, Desa Doloduo Tiga dan Desa Matayangan.
Selanjutnya, Kecamatan Dumoga Utara difokuskan di Desa Mopuya Utara II dan Desa Tumokang Timur.
Kecamatan Dumoga Timur yakni di Desa Tonom dan Desa Amertha Sari.
Kecamatan Bolaang yakni Desa Solimandungan Satu.
Untuk Kecamatan Lolak difokus di dua desa yakni Desa Totabuan dan Desa Solog.
Sedangkan Kecamatan Sang Tombolang difokuskan di Desa Domisil.
“Saya cukup optimis zero stuting hingga akhir 2024 dapat tercapai karena angka kasus stuting terus mengalami penurunan,” kata Mokoginta.
Taufik mengatakan, fokus utama sosialisasi stunting pada kelompok ibu hamil serta memilki balita karena pada usia seribu hari kehidupan tersebut merupakan masa yang sangat perlu diperhatikan.
Sosialisasi stunting perlu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terkait stunting termasuk juga memberikan informasi gizi yang seimbang bagi ibu hamil.
“Meskipun angka stunting di Kabupaten Bolmong berangsur menurun, akan tetapi pengawasan dan pembinaan akan terus dilakukan agar tidak ada lagi kasus kedepan,” harapnya.
Penilaian kinerja 8 aksi konvergensi tersebut dalam upaya mendukung penurunan Stunting terpadu di Kabupaten Bolmong dilakukan tim Konvergensi Bappeda Sulut.
Bappeda Sulut diketahui merupakan leadernya dengan Dinas Kesehatan, DPMD, didampingi para Konsultan Stunting bersama-sama melakukan aksi penilaian melalui uji petik, konfirmasi data, analisa program, pengamatan display serta penyampaian kegiatan inovasi lintas sektoral.
Kegiatan ini dilakukan dalam upaya pembinaan dan pengawasan kinerja kabupaten dalam meningkatkan keterpaduan intervensi gizi dalam rangka percepatan penurunan stunting yang merupakan salah satu prioritas nasional.
Lanjut Taufik mengatakan, penilaian kinerja tahunan ini diharapkan menjadi ajang pembelajaran dan daya saing yang dapat memotivasi pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi untuk meningkatkan kinerjanya dalam penanganan stunting.
Dalam penilaian itu, tim juga melakukan bimbingan teknis dan konfirmasi masalah gizi, pelayanan gizi di masa Pandemi Covid 19 saat ini yang dimulai dengan Posyandu di Desa Tumokang Baru.
“Kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke-Kelompok Wanita Tani (KWT) Bumi Asih program Kegiatan Dinas Ketahanan Pangan Bolmong. Di Kecamatan Lolayan tim melakukan uji petik kunjung KWT. Sedangkan di desa Bakan, Tanoyan Utara dan Mopusi tim mungunjungi lokus Stunting,” bebernya.
Sementara itu, Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Bolmong Susanti Hadji Ali menjelaskan, uji petik yang dilakukan tim penurunan Stunting Sulut didampingi, Dinkes dan BKKBN.
Sedangkan tim dari Bolmong dihadiri Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Sosial, Dinas Kominfo serta dinas lainnya.
Susan menuturkan, selama dua hari tim turun ke lokasi khusus dengan mengunjungi desa Lokus berdasarkan hasil opload pelaksanaan aksi 5-8 tahun 2020 lalu. Denga mengunjungi rumah anak kasus Stunting, tim melihat kondisi Intervensi sensitif dan spesifik anak, tim melakukan verifikasi sesuai dokumen yang menjadi pegangan.
Di lokus lanjut Susan, tim melakukan diskusi dan mengumpulkan informasi tentang strategi, inovasi, dan permasalahan terkait penanganan Stunting.
Ada 2 kecamatan yang dikunjungi tim karena memiliki angka prevalensib stunting tertinggi. Yakni Kecamatan Dumoga Barat dan Kecamata Lolayan.
“Kita sangat mengapresiasi karena kunjungan tersebut mendapat sambutan antusias warga bersama pemerintah desa serta petugas kesehatan,” katanya.
Dari uji petik tersebut, mendapat sambutan positif dari tim karena upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk menekan angka stunting membuahkan hasil.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bolmong sepanjang tahun 2020, jumlah kasus balita stunting di Kecamatan Lolayan mencapai 102 kasus. Jumlah tersebut tersebar di dua desa yakni Desa Tanoyan dan Desa Tungoi.
Di Desa Tanoyan misalnya, dari 1.232 bayi yang lahir, terdapat 88 bayi yang mengalami Stunting. Begitu juga di Desa Tungoi dari 170 bayi yang lahir, 15 diantaranya mengalami stunting.
Namun atas uaya yang dilakukan, mulai berkurang. Di Desa Lolayan misalnya, dari jumlah 88 kasus stunting, 23 dinyatakan normal sehingga tinggal menjadi 65 kasus. Sedangkan di Desa Tungoi dari 15 kasus stunting, 7 diantaranya dinyatakan normal dan sisa 8 kasus.
Angka ini didasarkan atas upaya yang dilakukan pemerintah lewat pemberian makanan bergizi serta kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan lewat Posyandu di setiap wilayah.
Imran Asiaw