TNews, NASIONAL – Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut ekspor yang dilakukan Indonesia saat ini tak jauh berbeda dengan zaman di mana RI melakukan perdagangan dengan persekutuan dagang asal Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Bahlil mengatakan hal itu terkait kegemaran Indonesia mengekspor bahan baku atau barang mentah. Menurutnya hal itu jangan lagi diteruskan.
“Saya ingin mengatakan bahwa mulai sekarang kita mulai berpikir untuk bagaimana kita mencintai negara kita, tidak boleh lagi kita terlalu banyak mengekspor material bahan baku, karena apa? karena ekspor kita di zaman VOC dengan sekarang hampir sama saja, nggak ada perbedaan,” katanya dalam webinar yang diselenggarakan Universitas Indonesia (UI), Kamis (24/6/2021). Indonesia menurut dia sudah saatnya untuk dikenal dunia sebagai negara industrialis yang salah satunya menghasilkan baterai mobil listrik. Berkaitan hal itu, Bahlil menceritakan bahwa dirinya saat mulai menjabat sebagai Kepala BKPM langsung membuat kebijakan menyetop ekspor ore nikel.
Ore nikel adalah salah satu bahan baku untuk membuat baterai listrik. Kebijakan itu ditujukan untuk memancing investor agar mau mengembangkan baterai listrik di Indonesia. Awalnya kebijakan itu ditentang pengusaha karena mereka tidak bisa menjual hasil tambangnya ke luar negeri. “Saya didemo 1,5 bulan oleh teman-teman saya pengusaha,” sebutnya. Tapi pemerintah sudah berkomitmen untuk mendorong terjadinya industrialisasi di Indonesia. Di saat yang bersamaan, nasib pengusaha tambang ore nikel tak lantas diabaikan. “Agar penambang nikel di negara kita tidak kena dampak dari pada kebijakan negara maka kita membuat HPM/harga patokan mineral yang kita buat agar penambang yang punya IUP (Izin Usaha Pertambangan) juga bisa hidup,” tambah Bahlil.
Sumber : detik.com