TNews, KULINER – Makanan yang digoreng disebut bisa meningkatkan risiko kematian karena berbagai penyakit yang bisa muncul di tubuh jika terlalu sering mengonsumsi gorengan.
Metode lain pun muncul, yakni dengan penggunaan air fryer yang dinilai lebih sehat lantaran minim penggunaan minyak.
Apa benar penggunaan air fryer untuk menggoreng makanan jauh lebih sehat?
Ahli gizi dan approved educator APKI Irtya Qiyamulail mengatakan, penggunaan air fryer memang bisa mengurangi risiko kegemukan atau obesitas saat mengonsumsi gorengan. Sebab gorengan yang dimasak menggunakan air fryer mengandung minyak sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
“Sehingga kandungan lemak dan kandungan kalorinya akan lebih sedikit dibandingkan metode penggorengan,” kata Irtya kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Selasa (18/1).
Tak hanya itu menurut Irtya, menggoreng dengan metode air fryer juga membuat terbentuknya zat akrilamida yang menjadi salah satu faktor risiko pembentuk kanker jauh lebih sedikit dibandingkan makanan yang dimasak dengan metode digoreng.
Meski demikian, bukan berarti air fryer benar-benar sehat. walau zat akrilamida yang terbentuk memang lebih rendah, tetapi memasak dengan metode ini justru bisa menyebabkan terbentuknya hidrokarbon aromatik polisiklik dan amina heterosiklik karena suhu tinggi yang digunakan untuk memasak.
Kedua zat tersebut yakni amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) juga merupakan senyawa karsinogenik yang berisiko menyebabkan kanker pada tubuh manusia.
“Sehingga kalau dibilang air fryer itu apakah jauh lebih sehat, tidak juga. Sebaiknya untuk metode memasak divariasikan jangan digoreng atau frying terus-terusan,” kata dia.
Dia pun menyebut makanan yang digoreng mau dibuat dengan cara apapun tak bisa dibilang sehat. Cara terbaik adalah dengan mencoba variasi lain saat memasak. Misal dengan cara direbus, dikukus, atau ditumis.
“Tidak ada (metode yang bikin sehat) sebab, metode pengolahan dengan suhu tinggi yang biasanya dilakukan dengan cara penggorengan berisiko membentuk senyawa berbahaya,” kata dia.
Sumber : cnnindonesia