Baru Muncul, Amien Rais Bikin Kejutan

0
349
Amien Rais (foto google)

TNews, NASIONAL – Lama tak muncul usai mendeklarasikan berdirinya Partai Ummat, Amien Rais terlihat kembali ‘menghiasi’ jagat perpolitikan Tanah Air. Kemunculan mengejutkan Amien Rais disertai kritikan yang tertuju kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan.

Bahasa kritikan Amien Rais juga berbeda dengan bahasa kritikan yang belakangan ini muncul. Ketua Majelis Syuro Partai Ummat itu menyebut Jokowi dan Luhut rezim yang paranoid hingga ugal-ugalan.

Kritikan itu disampaikan Amien Rais melalui video yang diunggah di akun YouTube Amien Rais Official dengan judul ‘DUET JOKOWI LUHUT TIDAK KITA PERLUKAN LAGI’. Video itu diposting pada Sabtu (2/4/2022).

“Daripada saya bicara dalam rangka membayangkan oknum tertentu, lebih baik saya landing saja realitas politik kita sekarang ini duet Jokowi-Luhut yang saat ini menjadi simbol dan substansi rezim yang berkuasa saat ini bahwa sesungguhnya harus berakhir pada Oktober 2024,” kata Amien.

“Jadi, selain itu, tidak boleh lagi dua oknum ini lantas menggerakkan berbagai cara, tekad ala Orde Baru itu, kita masih terngiang-ngiang rakyat kita dibodohi, tapi kadang ditekan, diancam untuk mengegolkan tujuan politik yang sesungguhnya jahat, political crime,” imbuhnya.

Rezim Paranoid

Amien Rais menyebut Jokowi dan Luhut sebagai rezim yang punya ambisi berkuasa. Karena ambisi berkuasa itu, menurut Amien, Jokowi dan Luhut jadi rezim paranoid. Dia menyebut ciri-ciri rezim paranoid ada pada Jokowi dan Luhut.

“Saya ingatkan bahwa rezim Jokowi-Luhut, karena ambisi kekuasaannya itu, menjadi sebuah rezim paranoid. Jadi menjadi paranoid rezim, di mana cirinya adalah rasa tidak pernah secure, aman. Kemudian cara menutupi kelemahannya dengan cara menggertak, dengan mengancam, dengan mengerahkan massa yang masif, bahwa duet ini adalah satu-satunya yang dapat menyelamatkan bangsa ini,” ujar Amien Rais.

Mantan Ketua MPR RI itu mengaku merasa kasihan dengan rezim Jokowi-Luhut. Amien kasihan karena Jokowi-Luhut sampai sampai mengerahkan lurah atau kepala desa demi ambisi kekuasaannya.

“Jadi saya kasihan melihat keadaan kita sekarang ini, mengerahkan seluruh lurah se-Indonesia, mungkin nanti asosiasi-asosiasi tertentu, mungkin nanti eksponen bangsa petani, nelayan, buruh, pegawai negeri, pensiunan ini pensiunan ini, dan lain-lain,” ucapnya.

Amien menganggap pengerahan kepala desa ada cara tak berguna. ‘Bapak Reformasi’ itu mengibaratkan strategi pengerahan lurah itu sebagai balon, besar namun mudah meledak.

“Tetapi ini adalah suatu cara yang kosong substansi, kemudian abal-abal, tidak ada bobotnya. Karena apa? Karena ini sangat artifisial, ya seperti balon. Kelihatannya besar, tapi jika terkena jarum kecil saja udah kempis,” lanjutnya.

Rezim Mabuk Kekuasaan dan Ugal-ugalan

Amien Rais melihat Jokowi-Luhut mabuk kekuasaan. Dia juga menyebut Jokowi-Luhut adalah contoh pemimpin yang tidak tahu kapan harus mundur.

Padahal, sebut dia, UUD 1945 mengamanatkan bahwa masa jabatan presiden maksimal 2 periode. Kini, Amien Rais mengatakan Jokowi-Luhut berupaya untuk memperpanjang kekuasaan dengan cara yang dia sebut ugal-ugalan, yakni amandemen UUD 1945.

“Saudara sekalian, saya lihat sandiwara politik yang dipertontonkan oleh duet Jokowi-Luhut itu makin lama makin menggila, makin ugal-ugalan. Jadi tidak bisa lain kesimpulan saya bahwa memang saudara saya Jokowi ini itu, selain tidak kompeten sebagai pemimpin yang saya tulis dalam risalah kebangsaan saya, tapi juga tidak tahu kapan dia harus mundur,” ujarnya.

“Pemimpin yang baik itu harus tahu persis kapan dia harus mundur, apalagi dalam UUD 45 itu sudah jelas sekali dikatakan presiden kita hanya bisa dipilih dua kali saja. Tapi sekarang mau dipaksakan supaya ada sidang MPR khusus untuk buat PPHN. Jadi kemudian nanti arahnya mengubah secara sangat ugal-ugalan, lebih dari itu, sangat jahat, ini luar biasa,” lanjut Amien.

Karena itu Amien Rais menyarankan Jokowi-Luhut pergi ke psikolog. Mantan Ketua Umum PAN itu mengusulkan untuk memeriksakan diri apakah benar-benar mengidap ‘penyakit’ seperti yang dia sebut.

“Megalomania itu membayangkan yang besar-besar, saya lihat ini, maaf ya Saudara Jokowi dan Luhut, Anda berdua ini harus mengaca diri, tanya kepada psikolog-psikolog yang objektif apakah kalian berdua itu sedang menderita narsisistik megalomania tadi. Kalau iya, tentu memohon ampunlah kepada Allah, kepada Tuhan, karena ini bisa bawa bahaya luar biasa,” katanya.

Tanggapan Luhut

Luhut melalui juru bicaranya, Jodi Mahardi, merespons kritikan Amien Rais tersebut. Jodi menyebut, yang seharusnya memeriksakan diri ke psikolog adalah Amien Rais.

“Yang harus ke psikolog itu para politikus yang nggak bisa menyampaikan pendapat secara beradab,” ujar Jodi kepada wartawan, Sabtu (4/3).

Jodi menegaskan Amien Rais seharusnya mendidik anak muda Indonesia menjadi beradab. Tapi, menurutnya, Amien Rais justru melakuka sebalikanya.

“Bukannya mendidik generasi muda jadi manusia beradab, malah sebaliknya,” ujar Jodi.

“Yang paranoid itu yang nggak bisa terima bahwa demokrasi bukan cuma maunya dia,” imbuhnya.

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.