TNews, PENDIDIKAN – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengembangkan Kurikulum Merdeka yang memungkinkan kurikulum sekolah jadi lebih fleksibel, fokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. Kurikulum Merdeka sendiri telah diterapkan mulai tahun ajaran 2022/2023.
Kurikulum Merdeka secara terbuka bisa digunakan pada seluruh satuan pendidikan PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan. Menurut Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri Anas, meyakini Kurikulum Merdeka mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Apalagi, anak-anak saat ini juga tidak bisa dipisahkan dengan kemajuan teknologi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
“Sesuai perkembangan zaman, kita tidak bisa menghindar dari ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya masyarakat yang masuk era digital. Modal utama era digital adalah berpikir kritis dan Kurikulum Merdeka mampu menjawabnya,” ujar Zulfikri, seperti dikutip dari Antara.
Menurut Zulkifri, di era digital saat ini anak perlu dibekali dengan kemampuan nalar dan berpikir kritis. Sehingga, anak dapat memilah informasi yang benar dan valid, sehingga bisa mencegah terpapar hoaks.
Apa Keunggulan Kurikulum Merdeka?
Lewat Kurikulum Merdeka, anak diharapkan mampu mengembangkan potensi diri mereka masing-masing dalam beradaptasi dengan situasi yang sangat dinamis. Ya Moms, kondisi sehari-hari yang terus mengalami perubahan pun perlu diantisipasi anak agar lebih siap menghadapi berbagai situasi.
Hal terpenting dari Kurikulum Merdeka ini adalah anak diharapkan mampu menguatkan karakter dan akhlak mulia sebagaimana ciri orang Indonesia. Maka dari itu, salah satu fokus pembelajaran dari kurikulum ini adalah menjadikan peserta didik berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila.
“Dan Kurikulum Merdeka ini juga fokus pada karakter. Kalau dulu pengembangan karakter hanya bagian dari kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan di luar pembelajaran, di Kurikulum Merdeka ini disediakan waktu khusus secara intrakurikuler,” jelas Zulfikri.
“Dari 20-30 persen alokasi waktu per mata pelajaran itu disiapkan untuk penguatan karakter profil pelajar Pancasila lewat berbagai kegiatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Itu kita kuatkan di Kurikulum Merdeka ini,” lanjut dia.
Nah Moms, penerapan Kurikulum Merdeka memang masih baru, sehingga belum semua sekolah di Indonesia familiar dengan kebijakan ini. Tentunya, dalam penerapannya, satuan pendidikan dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan sarana prasarana sesuai kondisi sekolah. Jadi, pemerintah tidak memaksakan sekolah menerapkan kurikulum ini, tetapi bergantung pada kesiapan dan kondisi sekolah masing-masing.
Kurikulum Merdeka dikembangkan dengan harapan bisa membuat pembelajaran lebih maju dan mengikuti perkembangan zaman. Jadi, kurikulum tersebut akan mengacu pada pertumbuhan bakat dan minat peserta didik. Salah satu keunggulannya adalah peserta didik bisa memilih pelajaran yang sesuai minat dan bakatnya, dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project base learning).Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengembangkan Kurikulum Merdeka yang memungkinkan kurikulum sekolah jadi lebih fleksibel, fokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik. Kurikulum Merdeka sendiri telah diterapkan mulai tahun ajaran 2022/2023.
Kurikulum Merdeka secara terbuka bisa digunakan pada seluruh satuan pendidikan PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan Kesetaraan. Menurut Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri Anas, meyakini Kurikulum Merdeka mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Apalagi, anak-anak saat ini juga tidak bisa dipisahkan dengan kemajuan teknologi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
“Sesuai perkembangan zaman, kita tidak bisa menghindar dari ilmu pengetahuan dan teknologi serta budaya masyarakat yang masuk era digital. Modal utama era digital adalah berpikir kritis dan Kurikulum Merdeka mampu menjawabnya,” ujar Zulfikri, seperti dikutip dari Antara.
Menurut Zulkifri, di era digital saat ini anak perlu dibekali dengan kemampuan nalar dan berpikir kritis. Sehingga, anak dapat memilah informasi yang benar dan valid, sehingga bisa mencegah terpapar hoaks.
Apa Keunggulan Kurikulum Merdeka?
Lewat Kurikulum Merdeka, anak diharapkan mampu mengembangkan potensi diri mereka masing-masing dalam beradaptasi dengan situasi yang sangat dinamis. Ya Moms, kondisi sehari-hari yang terus mengalami perubahan pun perlu diantisipasi anak agar lebih siap menghadapi berbagai situasi.
Hal terpenting dari Kurikulum Merdeka ini adalah anak diharapkan mampu menguatkan karakter dan akhlak mulia sebagaimana ciri orang Indonesia. Maka dari itu, salah satu fokus pembelajaran dari kurikulum ini adalah menjadikan peserta didik berkarakter sesuai profil pelajar Pancasila.
“Dan Kurikulum Merdeka ini juga fokus pada karakter. Kalau dulu pengembangan karakter hanya bagian dari kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan di luar pembelajaran, di Kurikulum Merdeka ini disediakan waktu khusus secara intrakurikuler,” jelas Zulfikri.
“Dari 20-30 persen alokasi waktu per mata pelajaran itu disiapkan untuk penguatan karakter profil pelajar Pancasila lewat berbagai kegiatan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Itu kita kuatkan di Kurikulum Merdeka ini,” lanjut dia.
Nah Moms, penerapan Kurikulum Merdeka memang masih baru, sehingga belum semua sekolah di Indonesia familiar dengan kebijakan ini. Tentunya, dalam penerapannya, satuan pendidikan dapat menyesuaikan dengan kemampuan dan sarana prasarana sesuai kondisi sekolah. Jadi, pemerintah tidak memaksakan sekolah menerapkan kurikulum ini, tetapi bergantung pada kesiapan dan kondisi sekolah masing-masing.
Kurikulum Merdeka dikembangkan dengan harapan bisa membuat pembelajaran lebih maju dan mengikuti perkembangan zaman. Jadi, kurikulum tersebut akan mengacu pada pertumbuhan bakat dan minat peserta didik. Salah satu keunggulannya adalah peserta didik bisa memilih pelajaran yang sesuai minat dan bakatnya, dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek (project base learning).
Sumber : kumparanMom.com