TNews, YOGYAKARTA – Semangat ibu-ibu di Pedukuhan Nglengis Sitimulyo Piyungan Bantul patut diapresiasi. Setiap bulan mereka melakukan pelayanan sampah. Sampah yang dimaksud antara lain kardus, botol plastik, besi dan lain-lain. Sampah ini ditimbang dan nantinya ada pengepul yang mengambil. Selain lingkungan menjadi bersih, juga menghasilkan uang dari sampah tersebut yang ditabung di Bank Sampah yang diberi nama Lumbung Lumpuk.
Ketua Bank Sampah Lumbung Lumpuk Andarwati menjelaskan, kegiatan ini sudah berlangsung sejak bulan September 2022. Namun bank sampah tidak serta merta menerima sampah begitu saja. Bank sampah ini menerima sampah yang sebelumnya sudah dipilah di masing-masing rumah tangga.
“Jadi, visi bank sampah Lumbung Lumpuk ini mengurangi sampah dari sumbernya, sehingga terwujud lingkungan yang bersih, kualitas hidup masyarakat yang baik, berbudaya hidup bersih, dan bermanfaat untuk sesama.”
“Kegiatan pelayanan sampah dibatasi waktunya dari pukul 10.00-12.00 WIB. Kalau tidak dibatasi, kasihan pengurusnya, “ungkapnya saat ditemui di sela-sela kegiatan, Minggu (23/6/2024).
“Target Saya, minimal sampah anorganik selesai. Jangan sampai kita buang sampah anorganik di tempat sampah. Solusinya bawa ke bank sampah.”
“Warga yang menyetorkan sampah disebut nasabah. Sampah itu akan ditimbang dan dicatat. Kita buat semua sejahtera antara nasabah dan pengurus. Dari hasil itu kita ambil 15 persen. Tanpa mengurangi harga dari pengepul, kita bagi 15 persen itu 10 persen untuk insentif dan 5 persen untuk operasional. Biaya operasional ini untuk membeli masker, sarung tangan, dan gunting. Tapi kita ada jasa pilah, kita berikan kepada pengurus, dan ini tercatat kehadirannya. Kalau tidak hadir tidak dapat.”
“Banyak nasabah yang memiliki nominal angka 500 ribu dalam setahun dalam buku tabungannya. Artinya, sebelum ada bank sampah, uang 500 ribu itu kita buang di TPA. Hasil tabungan itu kalau ingin bisa ditukar emas/Mini Gold. Jadi motto bank sampah Lumbung Lumpuk ini yang sebelumnya ‘Dari Sampah Menjadi Berkah’ menjadi ‘Dari Sampah Menjadi Emas’.”
“Saya juga mengedukasi, seberapa pun sampah yang dikumpulkan pasti ada nilainya. Waktu itu konsepnya jangan sampai membuang sampah anorganik di TPA,” imbuhnya.
“Kita juga mencari pengepul yang membeli dengan harga termahal. Makanya Saya ingin menyadarkan masyarakat untuk membuang sampah di bank sampah. Kalau yang belum tahu mungkin akan meremehkan, tapi begitu mereka masuk jadi nasabah, mereka senang. Bahkan sampah jadi rebutan.”
“Kita juga melaksanakan instruksi Bupati Bantul, bahwa pada tahun 2025 nanti Bantul harus bersih dari sampah.”
Sementara itu, Tenaga Lapangan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul, Wisnu Setiawan menambahkan, bank sampah itu mengadaptasi dari sistem bank konvensional, ada bunganya dan administrasinya. Jadi, bank sampah ini media untuk mengedukasi masyarakat bahwa sampah mempunyai nilai jual yang tinggi jika tahu jenis-jenis sampah.
“Ini murni seperti bank konvensional. Nasabah punya tabungan dari hasil penjualan sampah. Uang penjualan ini akan kembali ke nasabah.”
Wisnu juga menjelaskan, selain menampung sampah anorganik, bank sampah ini juga mengolah sampah organik dengan maggot. Maggot membantu dalam proses penguraian bahan organik yang membusuk dan diolah menjadi pupuk.
“Itulah mengapa maggot di Kabupaten Bantul digaungkan, karena maggot memakan sampah organik dengan cepat. Selain itu, kandungan protein maggot bagus untuk pakan ikan lele,” terangnya.*
Peliput: Clementine