Harga emas (XAU/USD) kembali menunjukkan tren penguatan di awal pekan ini, melanjutkan lonjakan tajam yang terjadi pada perdagangan hari Jumat lalu. Kenaikan hampir 2% secara harian dan lebih dari 5% dalam sepekan mencerminkan kembalinya minat pelaku pasar terhadap aset safe haven, terutama karena melemahnya Dolar AS serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kondisi fiskal global.
Pada perdagangan Senin (26/5), harga emas sempat mengalami koreksi di sesi Asia dan menyentuh level $3.335 akibat aksi ambil untung serta meredanya ketegangan perdagangan. Ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan penundaan rencana pengenaan tarif tambahan terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli. Meskipun begitu, harga kembali menguat dan stabil di atas $3.340 saat memasuki sesi Eropa, mencerminkan masih kuatnya tekanan beli dari investor.
Salah satu pendorong utama penguatan emas adalah pelemahan Dolar AS yang terjadi pasca keputusan Trump menunda kebijakan tarif. Langkah ini memberikan ketenangan sementara bagi pasar, namun kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS belum hilang. Penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s menjadi ‘Aa1’ turut memberikan tekanan tambahan terhadap greenback, dan pada saat yang sama memberikan dorongan lebih lanjut bagi harga emas yang dihargai dalam Dolar AS.
Selain faktor-faktor ekonomi, pasar juga dibayangi ketidakpastian geopolitik. Negosiasi antara AS dan Iran mengenai isu nuklir serta perkembangan hubungan diplomatik antara Rusia dan Ukraina menambah lapisan ketidakpastian yang membuat investor cenderung mengalihkan dana ke aset lindung nilai seperti emas.
Menurut Andy Nugraha, Analis dari Dupoin Futures Indonesia, tren bullish emas saat ini masih cukup kuat. Berdasarkan analisa teknikal, khususnya kombinasi pola candlestick harian dan sinyal dari indikator Moving Average, harga emas diperkirakan bisa menanjak hingga ke level $3.367 pada sesi perdagangan hari ini. Namun, ia juga menegaskan bahwa apabila tekanan jual kembali menguat, maka area support penting di sekitar $3.322 menjadi level yang perlu diawasi oleh para trader.
Dari sisi fundamental, data makroekonomi terbaru dari sektor properti AS memberikan hasil yang bervariasi. Angka izin pembangunan mengalami penurunan, namun diimbangi oleh kenaikan dalam penjualan rumah baru. Data ini memperkuat dugaan bahwa pertumbuhan ekonomi AS masih belum stabil sepenuhnya, yang bisa menjadi pertimbangan bagi Federal Reserve untuk meninjau kemungkinan pelonggaran kebijakan moneternya ke depan.
Saat ini, fokus utama pasar tertuju pada publikasi risalah rapat FOMC yang dijadwalkan akan dirilis minggu ini. Jika isi risalah tersebut mengindikasikan bahwa bank sentral AS mulai bersikap lebih dovish, maka kemungkinan besar hal ini akan memperkuat sentimen bullish pada harga emas, seiring dengan potensi pelemahan Dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi.
Andy Nugraha juga menyampaikan bahwa selama kondisi fiskal AS masih menjadi perhatian utama dan ketegangan dagang belum sepenuhnya mereda, maka logam mulia seperti emas masih memiliki potensi untuk terus naik. Namun ia juga mengingatkan bahwa volatilitas pasar masih tinggi, sehingga pergerakan harga bisa berubah dengan cepat tergantung pada respons pasar terhadap data ekonomi dan arah kebijakan yang diumumkan dalam waktu dekat.
Secara keseluruhan, prospek harga emas untuk hari ini masih positif, dengan arah pergerakan pasar yang akan sangat dipengaruhi oleh kebijakan The Fed serta dinamika geopolitik global yang terus berkembang.
Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES
