TOTABUANEWS, KOTAMOBAGU – Bermodal bakat menjahit, dan uang Rp 40.000 Sarini Willar (52), warga Kelurahan Kotobangon, Kecamatan Kotamobagu Timur, memberanikan diri membuat tas karung goni, demi menghidupi kedua anaknya, sejak ditinggal wafat sang suami.
Tas yang berhasil dibuatnya, dijajalkan di depan serambi rumah, tepat di depan patung kebanggaan suku Mongondow, patung Bogani.
Tas karung goni ini, dijual berdasarkan tingkat kerumitan pembuatan, dari bentuk, ukuran, dan motif, dangan kisaran harga mulai dari Rp 35.000-100.000 pertasnya.
Dalam sehari, Sarini mengaku bisa menghabiskan 1 karung goni, sebagai bahan baku utama yang digunakan dalam membuat tas ini.
“Kalau ukuran besar, biasanya bisa 4 tas, tapi kalau kecil, bisa sampai 6 tas. Tergantunglah, yang jelas sehari bisa menghabiskan 1 karung goni,” katanya.
Tas karung goni ini, lanjut Sarini, justru lebih diminati warga pendatang dibanding warga lokal.
“Iya, justru pendatang yang paling banyak membeli, bahkan saya pernah mendapat pesanan, katanya mau diikut-sertakan dalam pameran periwisata di Gorontalo,” ujar Sarini.
Dirinya menambahkan, tas karung goninya, juga dilirik bule asal Prancis.
“Minggu lalu, ada 2 orang bule asal Prancis, yang kebetulan nginap di hotel Senator, membeli dalam jumlah banyak. Pokoknya saya hanya tahu yes no, yes no saja,” kenangnya sambil tertawa.
Meski demikian, sampai saat ini, Sarini mengaku belum mendapat bantuan modal dari pemerintah.
“Belum, saya berharap bisa dibantu. Karena kalau tidak begini, saya tidak punya sumber pendapatan, sejak suami saya meninggal, saya tidak ada keahlian dalam perbengkelan. Hanya selain begini. Saya harap pemerintah bisa membantu,” pungkasnya.
Terpisah, seorang pembeli, Tias Lamaluta (22), mengaku tertarik dengan keunikan tas ini.
“Unik, simpel, kadang-kadang, apalagi buatan tangan, pokoknya saya suka,” singkatnya.
Peliput: Neno Karlina