TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Pemerintah Kota (Pemkot) melalui Dinas Pendidikan (Disdik), terus menekan putus sekolah. Berdasarkan data dari dari Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kotamobagu menyebutkan, angka putus sekolah untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) mencapai 0,18 % atau 20 siswa dari 11.315 ribu siswa. Sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencapai 0,72 persen atau sebanyak 56 dari 7.806.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Kotamobagu Rukmi Simbala mengatakan, kebanyakan siswa yang putus sekolah disebabkan oleh faktor ekomomi, dan lingkungan.
“Putus sekolah ini ada banyak berbagai macam persoalan, ada yang karena faktor ekonomi dan juga faktor lingkungan. Selain itu karena faktor keluarga juga sangat mempengaruhi, ada yang orang tuanya pindah kesana kemari dan tidak sempat memindahkan anaknya. Nah itu juga faktor-faktor keluarga dan bukan salah anak sebenarnya sehingga didistatuskan Drop Out (DO) karena tidak ada keterangan pasti anak itu pindah kemana,” katanya, Jumat (12/10/2018).
Lanjut Rukmi, faktor ekonomi juga yang paling dominan penyebab putusnya proses pendidikan anak itu sendiri. “Kalau faktor ekonomi ada juga, kandang-kandang orang tuanya yang bekerja diluar daerah kemudian anaknya dititip kepada keluarga yang pada akhirnya anak itu terlantar dan tidak lagi melanjutkan sekolahnya,” terangnya
Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Rastono Sumardi menambahkan, angka putus sekolah di 2018 menurun dibandingkan pada 2017 lalu.
“Tapi jumlah itu menurut saya masih termasuk angka yang tidak memuaskan. Karena masih ada anak putus sekolah. Sehingga kami akan terus berupaya untuk menekan angka putus sekolah ini,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu upaya pemerintah dalam menekan angka putus sekolah adalah dengan dengan menyediakan fasilitas dan biaya sekolah yang sudah digratiskan.
“Sekarangkan audah ada banyak program dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Setidaknya kita mempunyai beberapa catatan dan program dalam mengantisipasi itu. Pertama ada profram Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan juga anak asuh. Nah, sasarannya keluarga kurang mampu, program anak asuh, dan ada program retrifel progam mengembalikan anak yang putus sekolah kembali ke sekolah, sehingga diharapkan angka putus sekolah semakin menurun dan minat sekolah dari anak-anak lebih meningkat,” pungkasnya.
Peliput: Neno Karlina