TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Sekilas, tampak tidak ada yang special di pemakaman umum, yang berada di Kelurahan Kotobangun, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu.
Siapa sangka, pemakaman umum yang baru bisa diakses, melewati jalan sempit, di antara pemukiman warga ini, terdapat makam, Bua’ C. Kartini Manoppo, istri ke 8, Presiden Republik Indonesia (RI) pertama, sekaligus Bapak Proklamator Kemerdekaan, Ir. Seokarno.
Pantauan TOTABUAN.NEWS, Senin, (19/11/2018), makam yang berdinding keramik, dengan nuansa warna hitam keabu-abuan ini, mulai dipenuhi rerumputan. Juga, beberapa daun kering berjubaku di atas makam. Dari papan makam, bisa diketahui jelas, almarhumah Bua’ C. Kartini Manoppo, lahir di Kotamobagu, pada 19 Maret 1931, dan wafat di Jakarta, 14 April 1990. Sayang sekali, saat TOTABUAN.NEWS bertandang, tidak ada penjaga makam, atau warga sekitar makam, yang bisa dikonfirmasi.
Namun, tak patah arang, awak TOTABUAN.NEWS, mencoba mendatangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud) Kota Kotamobagu. Dari kunjungan inilah, dapat ketahui, jika saat ini, makam Bua’ C. Kartini Manoppo, sudah masuk dalam data daftar situs dan cagar budaya Kotamobagu.
“Saat ini, Disparbud baru memasuki 2 tahun sebagai OPD baru, jadi kami (Bidang Kebudayaan) baru fokus dalam pendataan, situs dan cagar budaya. Meski demikian, kami tetap melakukan upaya termasuk meminta Sangadi/Lurah untuk memasukkan situs bersejarah di tiap Desa/Kelurahan. Dan, sejauh ini memang Lurah Kotobangun belum memasukkan makam ini sebagai situs sejarah yang ada di Kotobangon,” kata Kepala Disparbud, Moh. Agung Adati, melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Thelma Ololah.
Menurutnya, saat ini baru Makam Datoe Binangkang, dan makam Raja Tadohe yang diusulkan, untuk pemeliharaan. “Kita banyak dapat masukan juga dari Bapak Wakil Walikota, Nayodo Kurniawan, untuk lebih tanggap dalam persoalan situs dan cagar budaya ini. Jadi, walau mas8h bertahap, karena kita juga baru memiliki dua, yakni makam Datoe Binangkang dan makam Raja Tadohe yang diusulkan, tapi pasti makam istri Soekarno ini, akan tetap kami upayakan, karena ini adalah aset jejak sejarah yang sudah semestinya, mendapat perhatian, dan dilestarikan,” pungkasnya.
Neno Karlina