TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Menjadi bahan dasar Lenso Ulu, pesona Sikayu, tenun khas asal Suku Mongondow, susah ditandingi.
Kain tenun yang berasal dari serat kayu (pohon) ini, dahulu sering digunakan sebagai Tambot, dan seiring perkembangannya, Sikayu digunakan sebagai bahan dasar Lenso Ulu, dipadukan dengan serat daun nenas, hingga kini sudah ditambah campuran benang.
“Alat tenunnya, sekarang ada di Mesium Budaya di Manado. Ini adalah warisan leluhur yang patut dilestarikan,” kata, Chairun Mokoginta, Budayawan Mongondow, Rabu, (20/02/2019).
Menurut penuturannya, Sikayu diproses dari Pohon Bogu, yang dipukul-pukulkan dengan keras, sampai mengeluarkan serat.
“Setelah seratnya keluar, Sikayu ini akan dijemur dalam waktu yang lumaian lama. Hingga seratnya menjadi lebih ringan dari sebelumnya, kemudian ditenun dan dibentuk menjadi pakaian orang Mongondow dulunya,” jelasnya.
Dirinya berharap, Sikayu bisa terus dilestarikan, agar bisa mendunia, dan tidak punah.
“Selama ini, kita tahu hanya ada di luar negeri, tapi sebenarnya, itu adalah asli khas Suku Mongondow, yang kemudian diakui, meski sudah banyak dilupakan. Saya berharap ini mendapat perhatian serius, agar kita tidak kehilangan identitas,” singkatnya.
Diketahui, karena prosesnya yang unik dan menarik, Sikayu sempat beberapa kali menang dalam ajang budaya, di luar daerah dan negeri.
Arti kata:
1. Lenso Ulu : Lenso diartikan kain, sementara Ulu adalah kepala. Nama penutup kepala Suku Mongondow
2. Tambot : Dalaman yang dipakai dengan cara dibalutkan, dengan tujuan menutupi kemaluan.
Peliput: Neno Karlina