TOTABUAN.NEWS KOTAMOBAGU – Tak banyak yang tahu, Suku Mongondow, sebagai suku asli penghuni Bolaang Mongondow Raya (BMR), memiliki ragam budaya yang indah. Kepiawaian seniman Suku Mongondow tak bisa diragukan lagi, ini terbukti dari budaya Odenon yang sangat indah dan syarat makna.
Odenon sendiri sebenarnya memiliki arti, menyentuh hati. Sehingga, budaya Odenon dapat juga diartikan, sebagai sya’ir dengan lirik-lirik, dan cara penyampaian/pengucapannya seolah meratap, bertujuan untuk nasehat, sekaligus menggambarkan suasana hati yang dalam, sehingga turut menyentuh hati, setiap orang yang mendengarnya.
“Odenon ini biasa didendangkan dengan iringan alat musik khas Mongondow, yaitu Rambabo dan Katung,” kata Budayawan Bolmong, Chairun Mokoginta, Rabu, (20/02/2019).
Menurutnya, Odenon juga kerap dilantunkan saat ada Suku Mongondow yang meninggal dunia, sebagai bentuk nasehat kepada keluarga yang ditinggalkan.
“Ada Syair, Rambabo dan Katung yang sudah paten, dan tidak bisa diubah. Dulu juga sering dilantunkan saat ada orang yang meninggal dunia. Kalau untuk kreasi, alat musik ini (Rambabo dan Katung) bisa juga menjadi pengiring atau dikreasikan dengan puisi atau lagu masa kini, namun itu tidak bisa dikatakan Odenon,” ujarnya.
Saat ini budaya Odenon, lanjutnya, sudah jarang ditemui lagi di Kotamobagu, sebagai pusat kerajaan Mongondow dulunya.
“Sudah jarang, mungkin kalau ada, hanya Ba’ai (nenek), yang sudah sangat tua, yang masih sering menggunakannya. Apalagi setelah masuk agama, penggunaan Odenon di rumah duka, sudah tidak ada lagi,” jelasnya.
Meski demikian, dirinya berharap, warisan budaya leluhur ini, harus terus dilestarikan.
“Saya berharap generasi muda, bisa mengenal lebih jauh sejarah mereka. Jangan sampai apa yang ditinggalkan leluhur, tidak kita ketahui sama sekali,” pungkasnya.
Berikut potongan vidio, contoh odenon: