TNews, BOLMONG – Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) akan segera memiliki bandara udara. Dalam pertemuan antara Bupati Bolmong, Dra Hj Yasti Soepredjo Mokoagow, dengan Presiden Republik Indonesia (RI), Ir Joko widodo (Jokowi), beberapa waktu yang lalu, rupanya Jokowi menaruh perhatian khusus pada pembangunan bandara tersebut.
Untuk membuktikan kepeduliannya terhadap pembangunan Bandara Udara di Bolmong, Pemerintah Pusat mengucurkan anggaran dana sebesar 300 Miliar tahun depan dan ditargetkan bandara tersebut beroperasi pada tahun 2021.
Sementara itu, dalam pemilihan nama bandara udara di Bolmong, sudah ditetapkan bebrapa waktu yang lalu, dimana dalam penetapan nama Bandara di ambil dari nama Raja Bolmong yakni Loloda Mokoagow.
Bupati Bolmong, Dra Hj Yasti Soepredjo Mokoagow, menegaskan pemilihan nama Loloda sudah melalui kajian matang dari berbagai segi dan akan diperdakan,Kata Yasti.
Sejarah mencatat Loloda Mokoagow tokoh yang sangat besar dan berpengaruh pada masanya.
Loloda Mokoagow adalah raja yang cerdik pandai dan ahli strategi. Wilayah kekuasannya meliputi wilayah BMR sampai di Kaima (Kema).
Raja yang mempersiapkan prajurit pilih tanding dan setia kepada Kerajaan Mongondow.
Sejarah mencatat bahwa dimasa Loloda Mokoagow berkuasa Kapita Lao atau setuingkat (angkatan lautnya) sangat handal, karena dibantu oleh angkatan laut kesultanan Tidore dan Makasar, sehingga jangan heran kalau seluruh wilayah pesisir di Sulawesi Utara dapat dikuasainya dengan mudah.
Terkait dengan pemberian nama bandara Lolak maka masuknya nama Loloda Mokoagow atau yang dikenal dengan julukan “ Datu Binangkang “ adalah putera Raja Tadohe. Ketika Tadohe turun tahta maka ayahnya menobatkan Loloda Mokoagow sebagai Raja.
Dinobatkannya Loloda Mokoagow sebagai Raja disamping sebagai Putera Mahkota yang berhak mewarisi, ayahnya Tadohe sudah melihat tanda-tanda kepemimpinan dari anaknya. Loloda memiliki kecerdasan dan terbiasa mengorganisir orang-orang yang ada disekitarnya. Loloda memiliki karakter yang suka berdebat termasuk ingin berkelahi kalau dianggapnya harus dilakukan.
Pembentukan karakter Loloda muda sangat mempengaruhi jiwa kepemimpinannya. Sehingga pada saat memimpin sebagai Raja Loloda tidak kesulitan dalam mengurus kerajaan. Loloda menjadi Raja yang disegani karena kemampuan politik dan pemerintahannya tergolong handal.
Bahwa Kerajaan sudah pasti akan mengurusi rakyatnya apalagi dijaman raja Tadohe sudah ada yang namanya “Bakid” (rapat), Mo Bakid (rapat umum).
Dalam Mo Bakid (rapat umum) inilah raja Tadohe mengeluarkan kithahnya yang sangan terkenal dan mengakar kuat dalam budaya Mongondow yaitu “ Sintak In Akuoy Ba Bibitonku In Ikow” ( wahai rakyatku; dukunglah saya dan aku akan mengangkat derajat kehidupan kalian). Ini sudah menjadi perjanjian sakral antara Raja (Pemimpin) dan rakyat yang dipimpinnya, yang dikenal dengan “Perjanjian Paloko- Kinalang).
Kebesaran Loloda Mokoagow dengan wilayah yang cukup luas menunjukkan bahwa politik dan pemerintahannya berjalan dengan baik dan didukung oleh seluruh rakyat yang dia pimpin.
Keberhasilan Loloda Mokoagow dalam pemerintahan dan Politik inilah yang dalam sejarah tidak banyak diceritakan namun melulu oleh W. Dunnebier (misionaris Belanda) hanya menceritakan soal kebudayaan dan kesenian, hal ini juga menjadi bagian dari kritik penulis kepada W. Dunnebier, yang telah melakukan pembodohan secara terstruktur, sistimatis dan massif melalui tulisan sejarah kerajaan Bolaang Mongondow.
Dari sedikit apa yang dapat dijelaskan oleh penulis terkait kehebatan Loloda Mokoagow yang dikenal dengan “ Datu Binangkang “ dalam Pemerintahan dan Politik pada masanya dengan bukti menggenggam wilayah kekuasaan yang sangat luas dan mampu membangun kerjasama dengan Kesultanan Ternate dan Kerajaan Makasar termasuk Bacan dengan bukti Loloda Mokoagow menguasai seluruh wilayah pesisir di Sulawesi Utara yang merupakan Sejarah yang tidak terbantahkan sampai kapanpun.
Yogi Mokoagow