TNews, Kotamobagu – Pemerintah Kota Kotamobagu mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan screaning guna menekan angka paningkatan bertambahnya penyebaran HIV (Human Immunodeficiency Virus) Aids. Kepala Bidang (Kabid), Kesehatan Masyarakat dan Penanggulangan, Pencegahan Penyakit Manular, (Kesmas P3M), Dinas Kesehatan Kotamobagu, Lindawati Hasan, mengatakan masyarakat tidak perlu takut melakukan srceaning, untuk keberlangsungan hidup pribadi pun bermasyarakat. “Masyarakat harus tahu bahwa virus ini juga memiliki fase penularan. Ada kondisi tertentu yang menyebabkan seseorang bisa positif terkena HIV, tapi bukan berarti dia begitu mudah menular. Bahkan, bagi penderita pun jika tertangani dengan baik, bisa sembuh bahkan mungkin daya tahan tubuhnya, bisa jauh lebih kuat dari yang tidak terkena,” jelasnya.
Menurutnya, selama ini screaning masih dianggap tabu dan memalukan, sehingga ini mempersulit pihaknya dalam mendeteksi dan menangani kasus HIV. “Padahal, kalau masyarakat cenderung berpikiran terbuka, persolan ini sebenarnya bukan tidak bisa diatasi. Kan, mudah. Penularannya lewat tiga—seks, Air Susu Ibu (ASI), jarum suntik. Bisa dibayangkan bagaimana kita sama sekali tidak bisa menduga darimana dan kapan kita terjangkit. Bisa saja orang yang bahkan tidak pernah melakukan seks bebas, tertular dari jarum suntik. Jadi kita sudah semestinya membebaskan pemikiran kita pada stigma negatif,” ujarnya.
Dirinya menambahkan, saat ini pemerintah telah menyediakan fasilitas kesehatan yang baik, yang bisa dimanfaatkan untuk menangani persoalan ini.“Setelah sekian lama, syukurlah, sekarang di Kotamobagu sudah ada Puskesmas Gogagoman yang menjadi PDP (Pusat Dukungan dan Pengobatan HIV Aids), kalau dulu hanya ada di provinsi. Seharusnya ini jadi angina segar untuk kita melakukan screaning,” katanya.
Terpisah, Harianti Sutarjo, Pengelolah Program HIV Aids menambahkan, untuk melakukan screaning, masyarakat hanya melaporkan nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP). “Ini gratis, bahkan kalau ada komunitas yang ingin discreaning, kita akan datang dengan sukarela. Selama ini kita hanya menarget komunitas kunci (LGBT) saja. Sekarang kami mengajak semua elemen masyarakat untuk ikut melakukan pengecekan, karena ini bukan hal yang baru lagi,” singkatnya.
Neno Karlina