TNews, Kotamobagu – Guna menyamakan persepsi untuk mendudukan adat pernikahan Suku Mongondow, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Kotamobagu menggelar pertemuan dengan Budayawan dan Penata Rias Pernikahan, di Kantor Dinas Pendidikan (Disdik), Rabu, (19/02/2020).
“Pertemuan ini adalah pertemuan pertama kita sebelum ada seminar. Harus ada pertemuan, “mongonguman”, tentang adat, istiadat tata cara, bagaimana adat pernikahan dengan adat Mongondow,” jelas Kepala Disparbud Kotamobagu, Anki Taurina Mokoginta.
Dirinya mengatakan, agar tidak terjadi perbedaan, harus diketahui dulu ornamen adat yang digunakan saat melangsungkan pernikahan suku Mongondow. “Harus tahu dulu, adat Mongondow seperti apa. Mulai dari tahapan pernikahan, pakaian pengantinnya, tatarias termasuk warna. Karena, ini ada arti tersendiri. Sunting, bandang pria, kris, kenapa harus di kanan dan bahkan cara duduk,” jelasnya.
Setelah seminar, lanjutnya, tidak menutup kemungkinan ini akan kita ajukan untuk diperdakan, sebagai bentuk dari pelestarian budaya. “Ini akan bertahap, jika saat ini seputar pakaian adat saat menikah, selanjutnya mungkin bisa ke tahapan dalam pernikahan. Seminarnya, nanti Oktober triwulan empat. Tapi, ini akan didorong agar bisa diperdakan,” ujarnya.
Sementara itu, Budayawan Mongondow, Chairun Mokoginta mengatakan, sangat gembira, dan berterima kasih pemkot sudah berinisiatif membuat pertemuan “mongongumam” berbicara masalah adat Mongondow. “Ini menjadi pintu masuk yang baik untuk melestarikan budaya Mongondow. Kami sangat berterima kasih,” ujarnya.
Senada, Penata Rias Pengantin Kawakan di BMR, Bunda Ima, mengatakan sangat senang sekaligus tertantang bisa terlibat dalam kegiatan. “Apalagi jika ini akan diperwako atau diperdakan. Kita bisa mendapat sebuah persepsi yang sama. Bagaimana seharusnya merias pengantin Mongindow. Apa saja yang harus diperhatikan,” singkatnya.
Neno Karlina