TNews, JAKARTA – Sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar teruji efektif untuk melawan virus Corona COVID-19. Ilmuwan dunia masih berusaha mengembangkan obat tersebut dengan berbagai macam cara.
Hingga kini diketahui ada 9 senyawa obat yang sedang diteliti. Berikut laporan terkini dari status penelitian obat Corona tersebut seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (18/4/2020):
- Remdesivir
Obat ini dikembangkan oleh perusahaan Gilead untuk melawan berbagai macam virus termasuk yang menyerang saluran napas. Setidaknya ada 13 penelitian yang sedang berlangsung di China, Eropa, dan Amerika Serikat (AS). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melihat Remdesivir sebagai obat yang paling memiliki potensial.
Status: Obat eksperimen yang dikaji ulang
Perkiraan hasil studi: 0-3 bulan
- Klorokuin/hydroxychloroquine
Dua senyawa yang biasa dipakai untuk obat antimalaria ini juga diteliti untuk melawan COVID-19. Dalam uji laboratorium, klorokuin disebut dapat menghalangi virus ‘masuk’ ke dalam saluran napas. Namun studi lainnya melihat klorokuin tidak memberikan pasien manfaat apa-apa malah berisiko menimbulkan efek samping.
Studi terkait klorokuin masih berlangsung di beberapa negara.
Status: obat yang dikaji ulang
Perkiraan hasil studi: 0-3 bulan
- Tocilizumab
Tocilizumab adalah obat yang biasa dipakai untuk mengobati radang sendi atau rematik (rheumatoid arthritis). Ilmuwan melihat efek obat ini dapat menekan badai sitokin yang menjadi penyebab keparahan pada beberapa pasien COVID-19.
Ada 15 studi yang terdaftar di China, Eropa, dan AS melihat efektivitas obat ini.
Status: obat yang dikaji ulang
Perkiraan hasil studi: 0-3 bulan
- Ruxolitinib
Obat ini awalnya dikembangkan untuk mengobati berbagai penyakit autoimun karena bisa menahan peradangan. Peneliti melihat kemungkinan manfaatnya untuk melawan badai sitokin pada pasien COVID-19 yang pada prinsipnya disebabkan oleh respons sistem imun.
Ada dua studi di Kanada dan Meksiko yang meneliti obat ini.
Status: obat yang dikaji ulang
Perkiraan hasil studi: 0-3 bulan
- Lopinavir atau ritonavir
Lopinavir/ritonavir adalah obat yang biasa dipakai untuk pasien yang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV). Obat ini bekerja dengan cara menekan kemampuan replikasi HIV sehingga tidak berkembang di dalam tubuh.
Ada lebih dari 20 studi di seluruh dunia yang melihat manfaat lopinavir/ritonavir untuk virus Corona.
Status: obat yang dikaji ulang
Perkiraan hasil studi: 0-3 bulan
- RHACE2 APN01
Senyawa ini adalah protein manusia sintetis yang disebut bisa menghalangi masuknya COVID-19 di sel saluran napas dan menekan kemampuan replikasi virus. Para ilmuwan di Austria dilaporkan mulai menelitinya pada 4 April lalu.
Status: obat eksperimen
Perkiraan hasil studi: 3-6 bulan
- Camostat mesylate
Obat yang lisensinya dipegang oleh Jepang dan Korea Selatan ini biasa dipakai untuk pasien sakit ginjal kronis. Uji laboratorium awal melihat obat bisa menghalangi mekanisme yang digunakan virus Corona COVID-19 untuk menginfeksi sel.
Di awal April para peneliti dari Denmark melakukan uji tahap dua obat camostat mesylate pada sekitar 180 pasien COVID-19 di sembilan lokasi berbeda.
Status: obat yang dikaji ulang
Perkiraan hasil studi: 6-12 bulan
- IFX-1
IFX-1 dikembangkan untuk menghalangi mekanisme inflamasi. Para ilmmuwan Belanda di awal April mulai meneliti manfaat obat ini pada pasien COVID-19 yang mengalami gejala pneumonia parah.
Status: obat eksperimen
Perkiraan hasil studi: 6-12 bulan
- Aspirin, clopidogrel, rivaroxaban, atorvastatin, dan omerazole
Sederet obat yang biasa dipakai untuk penyakit jantung juga mulai diteliti oleh ilmuwan di Inggris untuk melawan COVID-19. Obat jantung dilibatkan karena beberapa laporan melihat adanya kaitan antara keparahan infeksi virus dengan penyakit jantung.
Perkiraan hasil studi: 9-12 bulan
Sumber: Detik.com