TNews, JAKARTA – Muntah bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk saat malam hari ketika anak balita siap tidur. Pernah mengalaminya, Moms?
Muntah merupakan kondisi ketika seseorang mengeluarkan isi perutnya melalui mulut. Perlu diketahui juga muntah bukanlah suatu penyakit, tapi lebih tepatnya adalah sebuah tanda atau gejala.
Lebih lanjut, laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menuliskan, jika penyebab muntah pada anak bisa saja akibat infeksi. Misalnya influenza yang disertai gejala lain seperti sakit perut, demam, atau diare. Normalnya, muntah jenis itu bisa berhenti dalam 6-24 jam, Moms.
Penyebab muntah lainnya juga bisa karena keracunan makanan. Tandanya diawali dengan gejala mual yang timbul setelah 1-8 jam mengkonsumsi makanan. Apa lagi? Bisa juga disebabkan adanya kelainan pada lambung atau gastritis, dampaknya memang dapat membuat anak muntah setelah menelan makanan.
Kemudian faktor lainnya seperti: porsi makan yang berlebihan, mabuk perjalanan, hingga cedera kepala. Kadang kala muntah hanya terjadi satu kali. Namun tidak menutup kemungkinan bila ada ‘susulan’ lagi.
Lantas apa yang harus dilakukan saat anak muntah di malam hari?
Dilansir Healthline, saat anak sudah selesai muntah segera berikan air. Hal ini bertujuan agar si kecil tidak kekurangan cairan tubuh dan dehidrasi. Pada balita atau bayi, Anda bisa memberikannya oralit, namun bila disertai dengan diare lebih dari satu malam.
Untuk mengurangi mual, Anda juga memberikannya teh atau jahe hangat. Perlu diingat, hindari pemberian sembarang obat tanpa resep dokter. Ketika anak sudah tenang dan merasa nyaman, tidurkan ia kembali, Moms. Lalu kapan harus ke dokter?
Anda bisa membawa si kecil ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan apabila muntah terlalu banyak atau sering. Bawa ke RS jika muntahnya disertai batuk terus menerus, demam 38,9 derajat Celcius, buang air besar dengan darah, tidak atau sedikit saat buang air kecil, tenggorokan sakit, pusing, dan mengalami diare selama 3 hari.
Sumber : Kumparan
