TNews, SEHAT – Penggunaan alkohol tidak bisa dipisahkan dalam praktik kedokteran di masyarakat. Alkohol menjamin alat dan bagian tubuh yang terkait praktik kedokteran bebas bakteri serta organisme penyebab penyakit lainnya (steril).
Dikutip dari Morocco World News, produksi alkohol sebetulnya sudah ada sejak 2000 SM di peradaban manusia. Namun saat itu alkohol digunakan sebagai bahan minuman, bukan disinfektan untuk menjaga kebersihan. Penggunaan alkohol sebagai disinfektan kali pertama dilakukan ilmuwan muslim Al-Razi atau Rhazes.
Terobosan Al-Razi ditemukan dalam kitab Al-Hawi atau Al-Hawi Fi Altibb, yang diartikan menjadi The Comprehensive Book on Medicine. Al Razi menekankan pentingnya penggunaan alkohol sebagai antiseptik sebelum, selama, dan setelah operasi. Luka yang bersih berperan besar dalam keberhasilan operasi.
Dalam situs Middle East Health dikatakan, Al-Razi mengetahui koneksi antara bakteri dan kejadian infeksi. Sebagai ahli kimia, Al-Razi menyadari alkohol bisa digunakan sebagai disinfektan yang sangat efektif. Selain mengetahui kegunaan lain alkohol, Al-Razi juga menemukan asam sulfat yang berperan penting dalam kemajuan peradaban manusia.
Metode disinfeksi dengan alkohol ini kemudian dikenalkan di rumah sakit pertama di Baghdad. Rumah sakit ini didirikan Khalifah Harun Al-Rasyid pada 805 Masehi. Praktik ini kemudian menyebar di seluruh wilayah kekuasaan Islam, karena terbukti mampu meningkatkan angka keberhasilan hidup pasien yang mengalami operasi.
Penemuan alkohol sebagai disinfektan sampai ke Eropa yang kemudian mengadopsi metode tersebut. Alkohol dalam bahasa Arab ditulis sebagai Al-Kuhul yang artinya inti dari suatu bahan atau essence. Penamaannya mengacu pada metode destilasi yang digunakan untuk memperoleh alkohol.
Saat ini alkohol tidak hanya digunakan dalam menjaga kebersihan alat dan praktik kedokteran. Berbagai produk antiseptik yang digunakan masyarakat awam telah menggunakan alkohol sebagai bahan aktif. Menjaga kebersihan dengan produk antiseptik berbahan alkohol terbukti mampu mencegah infeksi COVID-19.
Terkait Al-Razi, sosok ini punya peran besar dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan kedokteran Islam di abad pertengahan. Terlahir dengan nama Abu Bakr Mohammad Ibn Zakariya al-Razi, dia menginspirasi ilmuwan muslim besar lainnya misal Ibnu Sina. Al-Razi lahir hidup pada periode 865-925 Masehi di kota bernama Rayy yang terletak di Iran.
Al-Razi awalnya adalah seorang musisi sebelum serius mendalami kimia dan ilmu kedokteran. Selama hidup dia dikenal sebagai pribadi yang semangat belajar, baik, memegang teguh prinsip, dan melayani semua pasien tanpa kecuali. Untuk menghormati Al-Razi, tiap tanggal 27 Agustus diadakan Razi Day atau Pharmacy Day di Iran.
Sumber: Detik.com