TNews, WISATA – Sebuah perusahaan asal Jepang, Kasoku, menawarkan kamar-kamar hotel yang kosong bagi pasangan yang berkeinginan untuk cerai selama masa pandemi. Ya, kamu enggak salah baca.
Tawaran ini diberikan bukan untuk bulan madu atau staycation bersama, tetapi untuk memisahkan pasangan yang stres karena pemberlakukan status darurat di Jepang.
Pemberlakuan status darurat membuat penduduk Jepang dianjurkan untuk tetap di rumah. Sekolah-sekolah diliburkan, sementara bisnis berjalan sesuai dengan kebijakan masing-masing pemerintah daerah.
Alhasil, kebanyakan pasangan di Jepang lebih banyak menghabiskan waktu bersama di rumah. Malangnya, kondisi ini bukan jadi hal yang menyenangkan, tapi membebani bagi masyarakat Jepang.
Dilansir CNN, rupanya ada banyak banyak pasangan di Jepang yang justru jadi sering bertengkar, karena terlalu lama menghabiskan waktu bersama. Bahkan tagar #CoronaDivorce sempat ramai beberapa waktu lalu di media sosial.
Tagar tersebut ramai karena ada banyak orang yang mengomel soal pasangan mereka. Kebiasaan-kebiasaan pasangan yang tak biasanya mereka temukan saat bekerja, malah harus ‘dinikmati’ sepanjang hari.
Keisuke Arai adalah salah satunya, kepala pariwisata perusahaan Kasoku itu mengalami sendiri kenyataan sulitnya hidup 24/7 bersama pasangannya. Ia jadi lebih banyak bertengkar saat di rumah.
Alasan inilah yang kemudian menjadi ide untuk menyewakan kamar-kamar kosong hotel dalam perusahaan tersebut. Dengan cara ini, Arai mengatakan bahwa masing-masing pasangan akan punya ruang tersendiri dan waktu untuk introspeksi.
“Kami ingin mencegah orang-orang bercerai. Gagasan di balik penyewaan ini justru agar pasangan yang sudah menikah bisa memperoleh waktu dan ruang yang dibutuhkan untuk memikirkan hubungan mereka,” katanya, seperti diberitakan CNN.
Arai juga berharap, dengan adanya ‘pisah ranjang’ sementara yang perusahaannya akomodir tersebut, orang-orang akan mulai mencari tahu apa yang tak berhasil dalam hubungan mereka. Sehingga, setelah mengalami masa menginap, mereka dapat berkumpul kembali.
Walau begitu, untuk jaga-jaga, Arai juga telah bekerja sama dengan layanan konsutlan perceraian. Layanan ini bisa digunakan oleh pasangan yang hendak bercerai apabila mereka merasa kesabarannya sudah sampai di batas akhir.
Menurut Jeff Kingston, seorang ahli Jepang di Universitas Temple, Tokyo, beberapa suami Jepang ‘terbiasa’ menghindari pekerjaan rumah tangga. Sehingga, mereka lebih senang untuk bekerja lembur dan lebih banyak menghabiskan waktu di kantor.
Penerapan status darurat membuat suami-suami di Jepang mengalami kesulitan ketika mereka mesti berada di rumah sepanjang waktu.
“Pandemi telah memaksa mereka untuk menghadapi situasi yang sebelumnya dapat mereka hindari,” ujar Kingston.
Stres akibat pandemi dan pemberlakuan status darurat bukan cuma dialami para suami saja, tetapi juga para wanita. Karena dalam beberapa kasus, penerapan ini justru membuat wanita makin rentan jadi korban kasus KDRT.
Apalagi pada 2019 lalu, tingkat KDRT di Jepang mencapai rekor tertinggi. Untuk itu, Kasoku juga akan menawarkan perlindungan bagi wanita-wanita yang rentan jadi korban KDRT dengan mencarikan tempat tinggal yang sesuai anggaran mereka.
Ada 500 kamar dengan perabotan lengkap di hotel dan penginapan di seluruh Jepang yang ditawarkan oleh Kasoku. Para tamu bisa menginap selama satu hari sampai dengan enam bulan.
Setiap kamar dibanderol dengan harga 4 ribu yen per hari hingga 90 ribu yen per bulan. Atau sekitar Rp 558 ribu per hari hingga Rp 12,5 juta per bulannya.
Sejauh ini, ada 37 tamu yang telah melakukan reservasi kamar. Di luar itu, ada lebih dari 140 pertanyaan dari wanita berusia 30-40 tahun yang tengah mencari tempat tenang untuk bekerja, dan tentunya jauh dari pasangan mereka.
Sumber : Kumparan