TNews, LIFESTYLE – Perceraian merupakan salah satu keadaan yang dipilih oleh pasangan suami-istri ketika hubungan pernikahan dianggap sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Salah satu penyebab perceraian yang umum adalah perselingkuhan. Dan ketika pasangan bercerai karena selingkuh, kondisi tersebut pun berdampak pada anak-anak mereka.
Seperti yang terjadi pada putri dari pendiri Sonic Youth Kim Gordon dan Thurston Moore. Keduanya mengumumkan perpisahan mereka pada 2011 sempat mengejutkan publik karena mereka sudah 27 tahun menikah. Mereka bercerai karena Thurston berselingkuh. Gordon mengetahui perselingkuhan tersebut setelah membaca pesan teks di ponsel sang suami. Perceraian tersebut berdampak pada putri mereka, Coco. Coco yang saat itu berusia 17 tahun dianggap masih berada di bawah umur namun cukup dewasa untuk mengidolakan kedua orangtuanya dan mengalami pergolakan seksualnya sendiri.
Selain Gordon dan Moore, perceraian Arnold Schwarzenegger dan Maria Shriver juga terbukti mempengaruhi sang anak, Patrick. Patrick yang saat itu berumur 17 tahun, sama seperti Coco, mengubah nama belakangnya menjadi Shiver di media sosial Twitter pribadinya setelah perselingkuhan sang ayah terbongkar.
Di Tanah Air, ada Aurel dan Azriel yang merasakan dampak perceraian ayah dan ibu mereka, Krisdayanti dan Anang Hermansyah. Krisdayanti yang kemudian menikah lagi dengan pria yang diduga selingkuhannya, Raul Lemos, kini ‘berseteru’ dengan kedua anaknya.
Seperti dikutip dari Huffington Post, perceraian karena perselingkuhan bisa membuat anak-anak kemudian menjadi lebih mencintai ayah atau ibu tirinya dibandingkan dengan yang ayah atau ibu kandungnya. Sementara beberapa lainnya tidak merasa demikian karena merasa terpaksa tinggal bersama ayah atau ibunya yang berselingkuh dengan pasangan selingkuhannya.
Huffington Post mengungkapkan diperkirakan ada sebanyak 25 hingga 70 persen anak yang berada di tengah perselingkuhan orangtuanya. Sulit mengetahui ada berapa banyak pasangan yang kemudian memindahkan anak mereka untuk diajak tinggal bersama kekasih baru orangtuanya tersebut. Biasanya kemungkinan besar hak asuh anak akan jatuh ke tangan sang ibu, sehingga kebanyakan wanita cenderung memilih perceraian untuk menyelesaikan masalah pernikahannya.
Perselingkuhan adalah salah satu faktor yang berperan dalam perceraian tersebut. Efek psikologis pada anak-anak mulai dari merasa terkejut, malu, dan sangat marah. Hal itu yang kemudian membuat mereka memiliki masalah kepercayaan dan kejujuran.
“Saya tidak mengatakan bahwa semua orang melakukan hal tersebut, tetapi 55 persen anak-anak dewasa yang berasal dari keluarga di mana salah satu orangtuanya selingkuh pada akhirnya juga menjadi peselingkuh,” kata psikolog klinis Ana Nogales, penulis buku Parents Who Cheat: How Children and Adults are Affected When Their Parents Are Unfaithful (Orangtua yang Selingkuh: Bagaimana Anak-anak dan Orang Dewasa Terpengaruh saat Orangtua Mereka Tidak Setia).
Berdasarkan penelitian Ana, sebanyak 75 persen anak merasa dikhianati oleh orangtua mereka yang berselingkuh, 80 persen anak mengatakan perselingkuhan orangtua mempengaruhi sikap mereka terhadap hubungan dan percintaannya, sementara 70 persen anak korban perselingkuhan orangtua menjadi sulit untuk percaya kepada orang lain. Namun ada beberapa faktor yang juga menjadi pertimbangan, seperti, saat anak mengetahui, berapa usia anak itu, apakah itu memiliki sejarah kejahatan seksual, apakah itu mengarah pada perceraian, apakah orangtua yang berselingkuh pindah dengan kekasih barunya, apakah anak menjadi orang yang percaya diri, bagaimana orangtua menangani diri mereka sendiri setelahnya, apakah anak menemukan perselingkuhan dengan tidak sengaja, dan sebagainya.
Walaupun tidak ada data yang cukup mengenai dampak perselingkuhan yang dilakukan oleh orangtua pada anak ketika memasuki usia dewasa, namun polanya dapat terlihat seperti yang dialami oleh anak-anak yang memiliki orangtua kasar. Menurut psikolog terapi keluarga, Azmaira Maker, itu bukan hanya perilaku, namun terkait dengan seluruh dinamika hubungan.
“Pasangan yang tidak setia salah percaya bahwa rasa sakit dari perselingkuhan terjadi pada saat anak diberi tahu. Tidak, kehancuran pada anak terjadi pada saat pasangan tersebut memilih untuk bercerai. Ketika perselingkuhan terjadi, itu menipu pasangan dan keluarga dari cinta dan komitmen sebagai pasangan dan orangtua. Memberi tahu sang anak mungkin akan mejelekkan nama keluarganya, mengapa orangtuanya menjauh dari keluarga, tetapi pada akhirnya itu mengungkapkan kebenaran. Jika ada satu hal yang diajarkan perselingkuhan kepada kita, itu adalah betapa dahsyatnya kebohongan yang bisa menghancurkan,” kata psikiater dan penulis Scott Haltzman yang juga mengatakan bahwa dampak tersebut sudah dirasakan oleh sang anak sebelum perselingkuhan sebenarnya terungkap.
Mengingat hal-hal itu, Haltzman pun tidak setuju dengan anggapan bahwa anak-anak harus selalu diberitahu tentang perselingkuhan orangtuanya. Dimana perselingkuhan tersebut biasanya akan memicu argumen bahwa semua perselingkuhan adalah tindakan pelecehan yang tidak bisa dibenarkan dan sang anak biasanya akan segera dipindahkan ke rumah yang dianggap lebih aman.
Sumber: Detik.com