TNews, BOLMONG — Tak hanya menyimpan wisata pantai dan Sumber Daya Alam (SDM) berlimpah, Kabupeten Bolaang Mongondow (Bolmong) ternyata menyimpan potensi wisata Air Terjun tersembunyi di balik hutan dan tebing yang menjulang.
Air Terjun Pomoman namanya, itulah sebutan warga desa setempat. Dari sekian banyak potensi wisata alam yang seakan tak tersentuh oleh pemerintah ini dikarenakan lokasi yang sangat sulit dicapai serta banyak wisatawan belum mengetahuinya, satu diantaranya air terjun ini yang masih sangat alami dan terjaga kelestariannya.
Air Terjun Pomoman ini memiliki beberapa tingkatan, dikiri merupakan air terjun paling panjang sekitar 30-an meter. Sementara dikanan memiliki 3 tingkatan. Desa ini memang terpencil dan jauh dari keramaian kota.
Udara sekitar yang masih asri dan memiliki air jernih serta udara segar sayang jika dilewatkan. Apalagi bagi anda yang hobi mengabadikan foto bisa mengunjungi tempat ini.
Letak air terjun ini berada di Desa Pomoman, Kecamatan Poigar, Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara (Sulut).
Untuk bisa menikmati deburan airnya anda harus membutuhkan perjuangan ekstra. Pasalnya, jarak yang ditempuh mencapai 13 Kilometer terhitung dari titik nol Desa Mondatong, tepatnya di Jalan Amurang Kotamobagu Doloduo (AKD).
Sebenarnya air terjun ini cukup dekat, namun medan yang sulit serta harus melewati 8 anak sungai menjadi tantangan tersendiri.
Selain itu, untuk melewati jalur ini harus menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi khusus di jalan ekstrim. Rambo namanya, itulah moda tranportasi andalan warga desa, jalan yang berliku dan menanjak juga bebatuan dan jurang yang terjal harus hati-hati jika melewati jalan ini.
Belum sampai disitu, sesampainya di Desa Pomoman, masih harus melewati jalur ektrim hingga mencapai kemiringan 80 derajat agar bisa menikmati indahnya pemandangan dan gemercik air yang jatuh dari bebatuan.
Memang, air terjun ini hanya berada di belakang kampung, sekitar 100 meter saja sudah sampai. Namun jalan menuju lokasinya mebutuhkan waktu sekitar 30 menit, jalan yang curam dan licin tentunya bisa membahanyakan nyawa pengunjung jika tidak berhati-hati.
Anda seakan terhipnotis ketika sampai dilokasi ini, air terjun ini juga membentuk sebuah kolam alami dengan kedalaman sekitar 4 meter. Di kolam ini, anda bisa mandi berenang atau hanya duduk dibebatuan dan mencelupkan kaki ke air. Rasanya dahaga hilang seketika dengan perjalanan panjang yang dilalui terbayar dengan keindahannya.
Pemandangan alam sekitar yang dikelilingi dengan hutan belantara yang masih alami juga menjadi nilai tambah untuk Air Terjun Pomoman ini. Banyak ditemui pepohonan, serta tumbuhan hijau sehingga sangat sedap untuk dipandang.
Memang tempat ini sangat cocok dikunjungi . Pemandangan alam sekitar juga masih sangat asri. Kicauan burung yang hinggap diranting pepohonan seolah menjadi teman setia.
Salah satu warga desa mengatakan, tempat yang masih alami ini butuh sentuhan pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah dengan potensi wiasata yang ada.
“Di sini ada banyak potensi wisata, selain air terjun ada juga air putih dan air panas. Yang utama itu harus jalan dulu. Kalau akses jalan sudah bagus pasti banyak yang berkunjung supaya desa kami kedepan ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun luar daerah,” kata Hengky, Selasa (23/06/2020), satu diantara warga yang diwawancarai TNews.
Sekadar diketahui, dikutip dari http://pomoman.sideka.id/profil/sejarah/ Kabupaten Bolaang Mongondow, sejarah Desa Pomoman. Dahulu kala, desa ini hanyalah sebuah lokasi perkebunan masyarakat Bulud, semenjak ada kejadian bencana alam yang terjadi Longsor di Rerer dan Banjir di Tondano, departemen social membebaskan resettlement utuk dijadikan lokasi pemukiman BKBA atau Bantuan Keluarga Bencana Alam).
Kemudian pada saat KBA (Rerer) dating ke lokasi untuk memeriksa, mereka menolak pemukiman ini untuk ditinggali. Pada tanggal 24 maret 1983 merupakan awal masuknya pemukiman di desa Pomoman yang sebelumnya disebut dengan nama “Pomomaan” artnya tempat persinggahan/istirahat para petani untuk makan. Kemudian diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan ejaan terbaru kemudian menjadi “Pomoman”.
Sebelum menjadi desa definitif jumlah pemukim sebanyak 195 kepala keluarga, 195 kepala keluarga ini berasal dari beberapa tempat yaitu; Roong, Talour, Kiniar, Sisipan, Bulud dan Poigar. Fret Tampi ditunjuk pemerintah sebagai Koordinator pertama, Koordinator kedua Wahid Mokoginta, Koordinator ketiga Joutje Kawet, Koordinator ke empat Joutje Kasakean.
Desa Pomoman diresmikan sebagai desa definitive dengan No. Kode 71-02.15.2008 pada tanggal 25 Maret 1994 berdasarkan SK Gubernur KDH. TKT.I Sulawesi Utara No.411 tahun 1993 tanggal 30 Desember 1993 yang di tandatangani Gubernur Sulut C.J. Rantung. Kepala Desa (Sangadi) pertama Desa Pomoman adalah Joutje Kasakean.
Penulis : Imran Asiaw