TNews, KULINER – Kabupaten Banyumas dikenal akan tempe mendoannya yang gurih. Tapi kali ini ada brownis tempe yang memadukan cokelat dan tempe. Unik rasanya.
Tak ingin menghilangkan ciri khas tempe mendoan, seorang warga Desa Pangebatan, Kecamatan Karanglewas membuat camilan anti mainstream dengan memadukan antara makanan kekinian dengan tempe. Jadilah brownies tempe.
“Awal 2018 saat itu sedang ramai kue-kue kekinian ada yang brownies ada cheese cake. Disitu aku mikir pingin bikin sesuatu yang beda, apalagi aku tinggal di Purwokerto yang terkenal dengan mendoannya, saya pingin buat produk turunan dari mendoan, tapi sesuatu yang anti mainstream. Akhirnya mengombinasikan antara kue-kue kekinian itu dengan mendoan, saya buat yang jadinya brownies tempe,” kata Irma Kusmayanti (42), pemilik usaha brownies tempe, Madame Mboi kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Setidaknya, usaha yang digelutinya dari produk ini diakuinya ada dia macam varian, yakni brownies tempe basah dan brownies tempe cookies. Hingga pandemi tiba, mengubah semua hasil usahanya selama ini. Namun berkat dukungan dinas daerah terkait, usahanya dapat kembali bangkit melalui penjualan secara online.
“Pertama omzetnya bagus, karena yang jadi pasar dari brownies tempe ini sendiri toko oleh-oleh. Terus ketemu pandemi, rusak pasar tidak ada yang beli, terus saya bingung harus gimana, kebetulan dari dinas terkait dibantu promo online, kita juga dibantu jual lewat sosmed dan ada beberapa reseller akhirnya jalan lagi,” tuturnya.
Mantan manajer sebuah manajemen salon dan sales marketing di perusahaan ekspedisi ini akhirnya terus menekuni usahanya tersebut. Tak sia-sia, omzet penjualan produk turunan dari tempe ini bisa mencapai Rp 20 juta per bulannya.
“Omzetnya yang dulu sekitar Rp 15 juta per bulan, sempat mati dan mulai lagi sekarang berati sekitar Rp 20 juta per bulan, dan produk jadi terjual itu kurang lebih 800-1000 yang pouch (brownies tempe cookies). Kalau yang brownies basah sekitar 200-300 boks per bulan,” jelasnya.
Untuk setiap satu boks brownies tempe basah dihargai Rp 48 ribu. Sementara untuk brownies tempe cookies ukuran pack 90 gram dihargai Rp 20 ribu dan ukuran 130 gram dihargai Rp 28 ribu.
Soal rasa, dia menjamin jika brownies tempe dari dua varian yang dia buat memiliki rasa yang unik dan tetap tidak menghilangkan rasa tempenya itu sendiri.
“Untuk rasa pastinya di brownies tempe masih tetap ada rasa tempenya, ada gurih dan aroma tempenya masih ada di situ, tapi juga tidak jadi aneh, orang orang yg beli juga cocok dengan resanya,” ujarnya.
Untuk di Kota Purwokerto sendiri, menurutnya baru dirinya yang membuat produk brownies tempe ini. Ia belum melihat ada produk serupa di wilayahnya.
“Setahu saya produk brownies tempe ini di Purwokerto baru pertama, karena saya belum lihat temen-temen lain yang pada buat,” tuturnya.
Tidak banyak kesulitan dalam membuat brownies tempe ini, pasalnya semua bahan baku tersedia di pasaran. Hanya saja beberapa masyarakat masih memiliki mindset yang berbeda dari produk hasil olahan tempe ini.
“Yang kesulitan karena ini produk baru jadi orang masih apa si brownies tempe, apa enak?, karena mindset mereka yang namanya tempe dibuat asin, sedangkan ini diblend sama cokelat,” ucapnya.
Untuk bahan-bahannya sendiri dalam membuat brownies tempe ini hampir sama dengan membuat brownies biasa. Bahan bakunya sendiri ada tempe, dari mentah diiris halus lalu digoreng dahulu, setelah itu haluskan jadi seperti tepung.
Kemudian disiapkan bahan membuat brownies, seperti telur, susu, cokelat bubuk, cokelat blok, gula, butter, dan menggunakan tepung mocaf. Bahan bahan tersebut dicampur dengan tempe yang sudah disiapkan tadi, dipanggang kurang lebih 15 menit.
“Di atasnya juga kita kasih toping tempe, jadi double. Di dalamnya itu jadi kayak serat, ada serat dari tempe dan dari tepung mocafnya,” ujarnya.
Untuk pemasaran sendiri lebih banyak ke luar kota, seperti ke Jakarta, Bogor, Lubuk Linggau, Surabaya, dan untuk pulau Jawa sendiri, diakuinya hampir semua daerah pernah dia kirim. Karena ia melakukan penjualan produknya tersebut melalui matketplace dan media sosial.
Untuk memperluas pasar dari brownies tempe ini, ia saat ini tengah melakukan penjajakan dalam program fast track ekspor yang dilakukan oleh Bank Indonesia di Jakarta.
“Saat ini dalam program fast track ekspor, karena kemarin produk saya dikirim ke Jakarta dan dikurasi bersama Bank Indonesia dan katanya brownies tempe ini unik dan pasar ekspor juga terbuka luas, yang penting legalitas disiapkan. Ini sedang dalam proses pendampingan, mudah-mudahan awal tahun sudah bisa mulai jalan,” jelasnya.
Ambarsari, salah satu pembeli brownies tempe yang kebetulan datang mengatakan jika ia sengaja datang membeli produk tersebut untuk oleh-oleh. Dia juga mengatakan jika produk tersebut baru pernah ditemuinya di Kota Purwokerto.
“Saya beli brownies tempe karena rasanya enak, cokelatnya pas, tempenya terasa, manisnya juga oke. Selama ini saya belum pernah tahu brownies tempe, baru ini saja saya tahu brownies tempe dan saya sangat tertarik sekali, baik dari rasanya maupun kemasannya yang bikin menarik orang untuk mencicipi,” ujarnya.
Soal rasa menurutnya brownies tempe berbeda dari brownies biasa. Rasa cokelatnya terasa, tapi juga tidak terlalu manis sekali, sehingga tidak membuat eneg. Apalagi dipadukan dengan toping tempe di atasnya, yang membuat sensasi kriuk-kriuk.
“Tidak aneh, justru ini paduan yang pas ya, tempe itu kan terkesan gurih ya kemudian browniesnya manis, ini jadi sensasi rasa yang luar biasa,” ucapnya.
Sumber: detik.com