TNews, WISATA – Berita mengenai konflik selalu mewarnai Republik Demokratik Kongo. Namun beberapa hari yang lalu ramai pemberitaan mengenai penemuan gunung emas di sana. Pemberitaan gunung emas di Kongo menjadi viral ketika sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan kalau warga berkerumun untuk menggali tanah untuk menemukan emas. Tapi banyaknya sumber emas dan sumber daya alam lainnya di Kongo tak membuat penduduk di negara Afrika Tengah itu bisa menikmati kekayaan dan kebebasan.
Film Blood Diamond yang dibintangi Leonardo DiCaprio mungkin bisa ditonton untuk memahami kondisi negara yang diberkahi sekaligus dikutuk oleh emas itu. Bagaimanapun, benua Afrika akan selalu dikenang sebagai destinasi wisata alam terbaik di dunia, begitu juga dengan Kongo. Ada banyak taman nasional di Kongo yang menjadi habitat fauna langka, seperti persilangan jerapah dan zebra sampai gorila. Selain wisata alam, banyak juga objek wisata sejarah yang bisa disambangi di sana.
Sayangnya, konflik dan pandemi mungkin membuat alasa berwisata ke Kongo jadi kurang memungkinkan. Tapi ada banyak dokumenter yang bisa disaksikan untuk mengenal lebih dekat negara itu. Mengutip Atlas Obscura, berikut tujuh destinasi wisata yang tak biasa di Kongo:
- Gunung Api Nyiragongo
Di kaki Gunung Api Nyiragongo berdiri desa dengan pemukiman yang padat. Pemandangan indah tersebut terlihat mengerikan setelah mengetahui fakta bahwa kawah gunung api tersebut masih aktif dan terus melebar. Tahun 1977 terjadi bencana mengerikan, ketika dinding kawah rubuh dan lava mengalir sampai terkuras habis ke desa kurang dari satu jam. Korban tewas yang tercatat 70 orang, namun angka aslinya diperkirakan ribuan orang. Terletak di dalam Taman Nasional Virunga, Gunung Api Nyiragongo saat ini masih aktif, letusan mematikan terakhirnya merenggut 147 nyawa pada 2002. Saat ini ilmuwan mencatat bahwa danau lava di dalam kawah terus meninggi.
- Suaka Margasatwa Okapi
Terletak di cekungan Sungai Kongo, Suaka Margasatwa Okapi adalah rumah bagi sekitar 5.000 dari 30 ribu okapi yang hidup di alam liar. Suaka Margasatwa Okapi didirikan pada tahun 1992 dan terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1996. Mencakup sekitar 5.300 mil persegi hutan Ituri di timur laut Republik Demokratik Kongo, cagar ini membantu melindungi kehidupan tumbuhan dan hewan langka. Cagar ini mengambil namanya dari okapi yang hidup di hutannya. Makhluk aneh ini terkenal dengan tanda mirip zebra di kaki mereka, tetapi silsilah DNA-nya lebih dekat dengan jerapah, oleh karena fauna ini memiliki nama lain: jerapah zebra.
Sekitar 30 ribu okapi bertahan hidup di alam liar saat ini, di mana 5.000 di antaranya hidup di cagar alam. Bersama dengan penjaga hutan (ranger), penjaga hutan lainnya adalah para pemburu dari Suku Mbuti dan Efe. Keduanya adalah masyarakat yang berbadan kerdil, dengan pria biasanya mencapai tinggi 120 meter. Seperti Taman Nasional Virunga di DRC, Okapi mengalami serangan oleh pemberontak dan pemburu liar.
- Pusat Gorila Gunung Senkwekwe
Didirikan pada 2009, Pusat Gorila Gunung Senkwekwe di Taman Nasional Virunga, Kongo, adalah satu-satunya fasilitas di dunia yang secara khusus dibuat untuk merawat gorila gunung yatim piatu. Meskipun upaya konservasi bersama selama 30 tahun terakhir telah membawa populasi gorila gunung liar dari 620 menjadi lebih dari 1.000 ekor, makhluk cantik ini masih menghadapi ancaman ekstrem di habitat alami mereka yang berada di perbatasan sarat konflik dan perburuan liar antara Republik Demokratik. Kongo, Rwanda, dan Burundi.
Sebagai bagian dari taman nasional tertua di Afrika, Senkwekwe Center didirikan pada tahun 2009 untuk merawat gorila gunung yatim piatu yang menjadi korban pemburu satwa liar saat masih bayi. Pusat Senkwekwe, yang dinamai dari keluarga enam gorila gunung yang dibunuh secara brutal pada tahun 2007, adalah tempat perlindungan unik bagi spesies yang sangat terancam punah ini untuk hidup penuh dan terlindungi.
- Taman Nasional Virunga
Taman Nasional Virunga adalah kawasan lindung tertua dan paling beragam secara biologis di Afrika. Mencakup sekitar 3.000 mil persegi, tempat ini adalah perlindungan penting bagi gorila yang terancam punah dan ratusan spesies langka lainnya. Tapi tempat ini juga salah satu proyek konservasi paling berbahaya di dunia, karena konflik bersenjata telah menyebabkan kematian lebih dari 180 ranger dalam 20 tahun terakhir.
Dibuka pada 1925, Taman Nasional Virunga mencakup area yang luas di jantung Lembah Celah Albertine di timur Republik Demokratik Kongo. Dengan lembah sungai, gunung berapi, danau, dan hutan tropis, taman ini memiliki keanekaragaman ekosistem dan lanskap yang hampir tak tertandingi. Lebih dari 200 spesies mamalia lainnya hidup di taman, termasuk okapi, singa, kuda nil, dan gajah hutan dan sabana, bersama dengan 706 spesies burung, 109 spesies reptil yang tercatat, 78 spesies amfibi, dan 22 spesies primata.
- Taman Nasional Kahuzi-Biéga
Mencakup area seluas 2.300 mil persegi, Taman Nasional Kahuzi-Biéga adalah salah satu taman nasional terbesar di Republik Demokratik Kongo. Tempat ini juga salah satu tempat perlindungan terakhir bagi gorila dataran rendah bagian timur, yang sekarang masuk dalam daftar sangat terancam punah. Taman Nasional Kahuzi-Biéga didirikan pada 1970 oleh Adrien Deschryver, seorang fotografer dan konservasionis Belgia yang berada di samping Dian Fossey sebagai salah satu pelindung besar populasi gorila yang terancam punah di dunia.
Taman yang luas ini dinamai atas dua gunung berapi aktif yang terletak di dalam batasnya, Gunung Kahuzi dan Gunung Biega. Baik dataran pegunungan maupun dataran rendah ditemukan di dalam batas taman, ditutupi dengan hutan tropis primer yang memberikan perlindungan bagi berbagai macam flora dan fauna. Tempat ini menjadi habitat sekitar 136 spesies mamalia, 349 spesies burung, dan lebih dari 1.170 spesies tumbuhan.
Yang paling terkenal, Kahuzi-Biéga adalah rumah bagi salah satu populasi gorila dataran rendah timur terbesar dan paling banyak dipelajari (dikenal sebagai gorila Grauer atau Gorilla beringei graueri) di dunia. Pada 2016, populasi global diperkirakan kurang dari 3.800.
- Gbadolite
Awalnya Gbadolite ialah desa kecil di pinggir Republik Demokratik Kongo yang bahkan tak mencolok di peta. Desa ini lalu diubah menjadi pemukiman mewah oleh pemimimpin diktator Mobutu Sese Seko oada 1965, yang bahkan mendapat julukan Versailles in Congo. Saat ini Gbadolite kembali menjadi desa terpencil, meskipun beberapa pendukung Mobutu yang tersisa masih merawat sisa-sisa istananya yang runtuh.
- Monumen Laurent Kabila
Monumen di Kinshasa, ibu kota Republik Demokratik Kongo, berupa patung setinggi sekitar 8 meter berkepala botak, bermuka masam, yang tak lain dan tak bukan ialah Laurent Kabila, mantan kepala negara diktaktor. Dengan jarinya terangkat ke langit, sebuah buku kecil digenggam di tangan kirinya, dan mengenakan celana panjang militer berlipit dan berkancing, patung itu memiliki aura yang familiar.
Patung itu dibangun oleh sekelompok pengrajin Korea Utara yang bekerja di luar negeri sebagai Proyek Luar Negeri Mansudae, dan termasuk di antara lusinan monumen yang dibangun oleh Korea Utara di seluruh Afrika. Proyek Luar Negeri Mansudae menyediakan monumen dan museum untuk diktator dengan harga murah meriah. Tapi harga murah juga datang dengan jalan pintas.
Menurut penduduk setempat, sosok patung Kabila tak mirip Kabila, melainkan mirip Kim Jong Il. Satu-satunya yang membedakan ialah. Namun tak ada bukti sah atas dugaan ini. Dugaan atas kurang kreatifnya Proyek Luar Negeri Mansudae juga pernah menjadi kasus di Senegal, ketika Presiden Senegal pada saat itu Abdoulaye Wade protes kalau kepalanya mirip sosok orang Asia daripada Afrika. Terlepas dari dugaan tersebut, Proyek Luar Negeri Mansudae Korea Utara masih menjadi alasan utama dibangunnya monumen para diktator di Afrika.
Sumber : cnnindonesia.com