Mengembalikan Si Kayu, Tenun Mongondow yang Hilang

0
214

TNews, KOTAMOBAGU – Sebagai bagian dari pelestarian budaya, proses pembuatan kain tenun khas Suku Mongondow Si Kayu, ditransfer dalam bentuk gerak tari. Tari Si Kayu ini, dilaunching pada peringatan Hari Ibu ke-91 yang terpusat di lapangan Boki Hotinimbang, Senin, (23/12/2019).

Meski baru dilaunching, tari ini sudah sering uji pentas dan beberapa kali ditampilkan di berbagai kegiatan, termasuk di balai Pelestarian Budaya. Dalam tahap pembuatannya, Meyscke Ellen Kinontoa, yang merupakan pemilik Sanggar Uswatun Hasana, membutuhkan waktu kurang lebih setahun untuk memikirkan setiap bagian tari ini.

Menurutnya, tari ini terlahir dari kesadaran atas hilangnya warisan budaya leluhur yang seharusnya dipakai sebagai identitas suku Mongondow. “Di Sulut ada beberapa kain tenun, tapi saya belum mendengar Si Kayu menjadi kebanggan, padahal leluhur telah jelas mewariskan Si Kayu sebagai bagian dari kekayaan budaya yang kita punya,” jelasnya.

Berangkat dari situlah, tarian So Kayu diciptakan dengan harapan bisa mengembalikan identitas yang hilang. “Bersinergi dengan Kepala MAN 1 Kotamobagu, Lilianti Kaowan, akhirnya keresahan ini bisa diselesaikan lewat sebuah karya tari yang mendeskripsikan proses olah kain tenun Si Kayu. Untuk proses latihannya, mereka (penari) hanya butuh waktu dua bulan,” jelasnya.

Tari Si Kayu, lanjutnya, terbagi menjadi puluhan gerak yang mengkomparasikan proses awal hingga gambaran soliditas pemakainya. “Di dalamnya juga dicampurkan dengan gerakan ca ca, sebagai bentuk akulturasi penggunaan tenun ini dengan situasi jaman. Keakraban, silaturahmi juga tercermin pada saat penari mengajak penonton ikut menari. Penarinya juga bisa banyak orang, ganjil dan genap. Tidak ada batasan,” ujarnya.

Untuk musik, juga melibatkan Chairul A. Luli, sebagai seniman Mongondow dengan harapan bisa mecampurkan nilai-nilai budaya pada setiap instrumen musiknya. “Ada dana-dana dengan sya’ir yang tetap disesuaikan dengan maksud awal gambaran pengimplementasian Si Kayu dalam kehidupan orang Mongondow lampau,” ujarnya.

Harapan agar Si Kayu bisa membumi kembali di Bolaang Mongondow, khususnya di Kotamobagu terus didorong agar bisa menjadi kebanggaan tersendiri.”Semoga kita bisa sama-sama mengembalikan eksistensi Si Kayu sebagai kebanggaan dan bukan melihatnya sebagai sesuatu yang asing,” pungkasnya.

Terpisah, Walikota Kotamobagu, Tatong Bara, menyambut baik Tari Si Kayu sebagai warisan leluhur yang seharusnya tak luput dari perhatian. “Seiring dengan kondisi Kotamobagu yang berbasis budaya, sehingga perlu ada ekspansi yang lebih luas lagi, untuk memperkenalkan Si Kayu, termasuk juga menjadikannya ole-ole khas,” singkat Walikota.

Sebelumnya, Budayawan Mongondow, Chairun Mokoginta menjelaskan, Si Kayu adalah kain tenun khas Suku Mongondow dengan berbagai motif alami dan terbuat dari kayu khusus. “Tenun ini ada banyak motif, dan membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa membuatnya. Namanya Si Kayu karena memang pada dasarnya tenun ini terbuat dari serat kayu pilihan, yang direndam lama dan dipukul-pukulkan hingga menjadi serabut dan dipintal menjadi bahan baku utama pembuatan tenun ini,” terangnya.

 

Neno Karlina

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.