Pendidikan dan Edukasi Kunci Cegah Pernikahan Usia Dini di Kabalutan

0
389

TNews, Touna Kepulauan – Desa Kabalutan merupakan salah satu wilayah di gugus kepulauan Togean, Kabupaten Tojo Una Una Provinsi Sulawesi Tengah. Pulau ini memiliki luas 15,13 km2, berpenduduk 2.295 jiwa dengan distribusi terbesar pada kelompok usia 10-24 tahun (Sumber: Data Desa Kabalutan, 2018).

Salah satu tahun tokoh Masyarakat Jumrin Mudol ,mengatakan bahwa Pulau Kabalutan merupakan pulau dengan jumlah penduduk terpadat di gugus kepulauan Togean, mayoritas dihuni oleh suku Bajo yang bermata pencaharian rata−rata sebagai nelayan. Kepadatan pemukiman yang tinggi dan jumlah penduduk yang besar pada golongan umur remaja menjadi hal yang mendorong tingginya pernikahan usia dini di pulau Kabalutan.

Menurutnya Maraknya pernikahan usia dini membuat lingkungan sosial masyarakat menjadi permisif terhadap isu ini.

Dikatakan penyebab tingginya pernikahan usia dini di pulau Kabalutan didorong oleh dua faktor. Pertama, sebagian besar orang tua memiliki pemahaman bila anak telah mampu menghasilkan uang sendiri, sudah dianggap dewasa meskipun usia mereka masih dibawah 19 tahun. Kedua, remaja yang telah memiliki penghasilan, pergaulannya tidak lagi mendapatkan pengawasan dari orang tua.

Lanjut Jumrin Mudol’ Pencegahan nikah di usia dini tidaklah muda seperti membalikan ‘telapak tangan’ banyak komponen dan peranan yang harus terlibat didalam antara lain guru , orang tua,tokoh-tokoh,pemdes sekaligus remaja-remaja.Hal demikian harus dilakukan dengan serius dan nyata.Beginilah Upaya dalam memutuskan mata rantai kasus seperti ini,jelasnya.

Tanamkan keinginan bersekolah kepada anak’anak kita agar mereka lebih fokus belajar dan tidak terjerumus salah dalam pergaulan.

“Alhamdulillah kata Jumrin ditengah maraknya pernikahan dini yang terjadi di desa kabalutan,ternyata masih ada anak-anak/remajanya yang peduli dengan pendidikan,mereka melanjutkan pendidikan mereka kejenjang yang lebih tinggi lagi, tidak hanya sebatas SMA saja melainkan sampai sarjana.

Dan mereka mencoba mengajak dan memberikan contoh yang baik,agar ana-anak yang lainnya dapat mengikutinya dan memiliki keinginan bersekolah atau melanjutkan pendidikan. Selain itu, orang tua yang sudah memahami betapa pentingnya pendidikan untuk anak, mencoba mendorong anak-anak mereka agar tetap bersekolah..

Pilihan keinginan untuk bersekolah sudah mulai tertanam walau masih ada terjadi pernikahan usia dini.

‘Remaja’ lainnya berharap desa kabalutan harus memiliki potensi SDM(sumber daya manusia). Dengan pendidikanlah semua akan teretasi dengan baik.

Desa kami banyak menyimpan kekayaan bawah laut juga kearifan lokal kerajinan tangan yang bisa dikembangkan dan dipasarkan agar memiliki nilai jual yang tinggi dan pendapatan ini bisa menambah penghasilan sehari-hari.

Potensi ini bila dikelola dengan benar dan bijak saya rasa masyarakat desa kabalutan lebih sejahterah lagi,bila SDMnya sudah bisa diandalkan.

Misalnya kedepan nanti kami remaja desa kabalutan berkeinginan melakukan kegiatan yang sifatnya membangun desa kami, kami berharap pemerintah daerah siap memberi pengedukasian secara formal atau memimbing kegiatan itu.

Dari potensi desa kami, Kami berharap pemerintah lebih mengoptimalkan masalah pendidikan terlebih guru-guru pengajar masih kurang.

Kami ingin desa kami menjadi desa wisata,desa mandiri desa yang maju,tandas Jumrin lagi. (DH)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.