Ini Awal Sengkarut Masalah Kedua BUMN Asuransi ‘Jiwasraya & Asabri’

1
258

TNews, Jakarta – PT Asuransi Jiwasraya (Persero) dan PT Asabri (Persero) memiliki kasus yang hampir mirip. Sengkarut masalah kedua BUMN asuransi itu berawal dari investasi ke saham-saham buruk. Ada satu kesamaan dari portofolio keduanya, yakni berinvestasi di PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP). Entah kenapa saham emiten peternakan ikan arwana berkode IIKP ini begitu menarik bagi Jiwasraya dan Asabri. Padahal kinerja keuangan perusahaan tersebut begitu mengecewakan, begitu pula dengan kinerja sahamnya. Saat ini harga sahamnya berada di level paling rendah Rp 50 per saham alias saham gocapan.

Melansir laporan keuangan tahunan perusahaan, IIKP didirikan pada 16 Maret 1999 dengan nama PT Inti Indah Karya Plasindo. Awalnya perusahaan ini bergerak dalam bidang usaha plastik. Lalu pada tanggal 14 Oktober 2002 mencatatkan sahamnya pertama kali di pasar modal. Saat dicatatkan pertama kali IIKP menawarkan sahamnya di level Rp 450 per lembar saham. Dalam perkembangannya, perseroan melihat peluang besar dalam industri ikan hias khususnya ikan arwana super red. Sehingga pada Maret 2005 melalui persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan mengubah kegiatan usaha untuk fokus pada industri Ikan arwana super red dan berganti nama menjadi PT Inti Kapuas Arwana Tbk. Kemudian perusahaan kembali berganti nama pada April 2008 menjadi PT Inti Agri Resources Tbk.

Dalam menjalankan bisnisnya di bidang ikan arwana, IIKP mulai mengambil alih usaha penangkaran ikan arwana tradisional di Pontianak, serta mengakuisisi lahan yang dikembangkan menjadi tambak-tambak. Kegiatan penangkaran ikan itu dilakukan bersama-sama dengan anak perusahaan yaitu PT Inti Kapuas International dan PT Bahari Istana Alkausar. Struktur kepemilikan di dua anak usaha itu hampir sama, 99,84% saham Inti Kapuas International dimiliki IIKP sisanya atas nama Susanti Hidayat. Lalu sebesar 99,97% saham Bahari Istana Alkausa dipegang IIKP sisanya juga atas nama Susanti Hidayat.

Struktur organisasi kedua anak usaha itu juga sama, hanya memiliki 1 komisarsi yakni Bambang Setiawan dan 1 direktur yakni Susanti Hidayat. IIKP juga berkaitan dengan Heru Hidayat yang belakangan ini namanya disebut-sebut dalam sengkarut masalah Jiwasraya dan Asabri. Menurut Kementerian BUMN Heru dan Benny Tjokro memiliki utang investasi di Asabri. Keduanya tengah ditagih utangnya oleh pemerintah. Heru sendiri saat ini merupakan Komisaris Utama IIKP. Heru memiliki saham di IIKP secara tidak langsung melalui PT Maxima Integra Investama. Perusahaan yang dipegang 99,5% oleh Heru itu memiliki saham PT Maxima Agro Industri sebesar 99%. Nah PT Maxima Agro Industri itu kini memiliki 6,3% saham IIKP.

Jika dilihat secara kinerja, perusahaan ini memiliki kinerja keuangan yang terbilang mengecewakan. Pada laporan keuangan semester I-2019 IIKP mengalami kerugian bersih Rp 6,78 miliar. Rugi itu naik dari periode yang sama di 2018 sebesar Rp 5,7 miliar. Perusahaan ini memperoleh penjualan bersih Rp 7,4 miliar. Namun sayang beban pokok penjualan begitu besar Rp 12,35 miliar sehingga rugi kotor mencapai Rp 4,9 triliun. Perusahaan ini juga hanya memiliki jumlah aset sebesar Rp 292,3 miliar di 30 Juni 2019. Aset itu turun dari posisi 31 Desember 2018 sebesar Rp 298,3 miliar. Jumlah aset itu terdiri dari jumlah aset lancar sebesar Rp 22,78 miliar dan jumlah aset tidak lancar sebesar Rp 269,5 miliar.

Perusahaan juga memiliki utang yang cukup besar. Tercatat total liabilitas perusahaan mencapai Rp 292,3 miliar. Jiwasraya sendiri berinvestasi di saham IIKP melalui sederet reksadana. Sementara Asabri tercatat memiliki secara langsung. Menurut data RTI per 31 Desember 2019, Asabri tercatat memegang saham IIKP sebanyak 1,82 miliar lembar saham atau setara 5,44% dari seluruh modal yang disetor perusahaan. Untuk Jiwasraya sendiri, menurut laporan hasil pemeriksaan BPK 2016, pada 2015 Jiwasraya memiliki 14 reksadana non asuransi sebesar Rp 8,89 triliun. Kepemilikan Jiwasraya dari 14 reksadana itu beragam mulai dari 54,77% hingga 100% atau memegang seluruhnya.

Total nilai dari 14 reksadana yang dimaksud adalah Rp 9,3 triliun. Itu artinya Jiwasraya memegang paling banyak dari 14 reksadana itu. Komposisi dari 14 reksadana itu sebesar 99,64% atau Rp 9,29 triliun saham. Menariknya lagi, dari angka itu sebesar Rp 6,39 triliun ada di saham emiten ikan arwana tersebut alias IIKP. Dari komposisi pemegang saham IIKP saat itu, ternyata paling besar merupakan instrumen reksadana sebesar 38,89% yang terdiri dari reksadana DET I, TFI (X) – TRA Ordinary I, KFT dan MRF III. Keempat reksadana itu dimiliki mayoritas oleh Jiwasraya. Kepemilikan tersebut belum memperhitungkan penyertaan melalui reksa dana lainnya yang juga berinvestasi di saham IIKP. Menurut data BPK pada 2015 secara tidak langsung kepemilikan Jiwasraya atas saham IIKP adalah sebesar 49,26% atau dengan kata lain secara tidak langsung Jiwasraya menjadi pemegang saham terbesar IIKP.

 

Sumber : detik.com

1 KOMENTAR

  1. Ya ga profesional HERU HIDAYAT ,SUSANTI HIDAYAT & BAMBANG STATUSNYA SAUDARA KANDUNG DAN SUAMI…BELUM LAGI PERATURAN TENAGA KERJA BANYAK NGADA ADA…stay 24. Jam .

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.