Hasil Kajian Medis AS, Tes Swab Hidung Picu Kebocoran Cairan Otak pada Pasien

0
16805

TNews, SEHAT – Hasil kajian medis di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa tes virus Corona (COVID-19) dengan melakukan swab pada hidung bisa menyebabkan kebocoran cairan otak pada pasien. Hal ini terjadi pada seorang pasien yang mengalami kondisi langka.

Seperti dilansir AFP, Jumat (2/10/2020), para dokter di AS melaporkan dalam jurnal medis yang dirilis pada Kamis (1/10) waktu setempat bahwa tes swab hidung memecahkan lapisan di dasar tengkorak seorang pasien berusia 40 tahun, yang menyebabkan cairan serebrospinal — cairan penting dalam otak — bocor dari hidungnya dan menempatkan sang pasien dalam risiko infeksi otak.

Namun disebutkan juga dalam jurnal itu bahwa pasien ini memiliki kondisi langka yang tidak terdiagnosis dan tes swab terhadapnya mungkin dilakukan secara tidak tepat. Situasi semacam itu kecil kemungkinan terjadi sehingga menurut jurnal medis itu, risiko dari tes swab hidung tetap sangat rendah.

Peneliti senior dari Operasi Kepala dan Leher pada JAMA Otolaryngology, Jarrett Walsh, menekankan agar profesional medis berhati-hati untuk mengikuti protokol tes Corona secara saksama dan cermat.

Lebih lanjut, Walsh menyebut bahwa orang-orang yang pernah menjalani operasi sinus atau dasar tengkorak yang ekstensif harus mempertimbangkan untuk meminta tes oral jika tersedia.

“Ini menggarisbawahi perlunya pelatihan yang memadai bagi mereka yang melakukan tes dan perlunya kewaspadaan setelah tes dilakukan,” sebut spesialis THT (telinga, hidung dan tenggorokan), Dennis Kraus, dari Rumah Sakit Lenox Hill di New York.

Walsh yang berpraktik di Rumah Sakit Universitas Iowa, menyatakan bahwa pasien wanita itu menjalani tes swab hidung sebelum menjalani operasi hernia dan kemudian menyadari ada cairan keluar dari salah satu lubang hidungnya. Dia kemudian mengalami sakit kepala, muntah, leher kaku dan menghindari cahaya, sebelum akhirnya dipindahkan ke perawatan Walsh.

“Dia sebelumnya menjadi menjalani swab untuk prosedur lainnya, di sisi yang sama, tidak ada masalah sama sekali. Dia merasa mungkin swab kedua tidak menggunakan teknik terbaik dan masuknya agak sedikit tinggi,” terang Walsh.

Faktanya, wanita itu telah bertahun-tahun menjalani perawatan untuk hipertensi intrakranial — yang berarti tekanan cairan serebrospinal yang melindungi dan menyehatkan otak, terlalu tinggi. Dokternya pada saat itu menggunakan shunt (lorong) untuk mengalirkan sebagian cairan dan kondisinya teratasi.

Namun hal itu menyebabkan kondisi yang disebut encephalocela — cacat di dasar tengkorak yang membuat lapisan otak yang menonjol ke hidung rawan pecah. Kondisi ini tidak diketahui sampai pemindaian lama diperiksa oleh dokter baru sang pasien, yang melakukan operasi untuk memperbaiki cacat itu pada Juli lalu. Sang pasien telah pulih sepenuhnya.

Diketahui bahwa kebanyakan protokol tes swab meminta dokter untuk mematuhi jalur dasar hidung, yang terletak di atas langit-langit mulut, bukannya mengarahkan kapas swab ke atas — atau jika mereka mengarahkannya ke atas, hal itu harus dilakukan dengan sangat hati-hati.

Walsh mengingatkan bahwa meskipun situasi ini sangat langka terjadi, hal itu menjadi pengingat soal perlunya pelatihan berkualitas tinggi, merujuk pada ratusan juta tes Corona akan dilakukan sebelum pandemi berakhir.

 

Sumber: detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.