Meski Sudah Divaksinasi, Ini Alasan Orang Bisa Kena COVID-19

0
50

TNews, SEHAT – Kejadian sejumlah orang dinyatakan positif COVID-19 usai beberapa hari disuntik vaksin Corona belakangan ini terjadi. Salah satunya dirasakan oleh Bupati Sleman Sri Purnomo.

Hal ini membuat sebagian masyarakat menjadi kebingungan, apakah vaksin Corona sebenarnya dapat memberikan perlindungan dari COVID-19?

Dikutip dari CNN, berikut 5 alasan mengapa seseorang bisa tetap terkena COVID-19 meski sudah disuntik vaksin Corona.

  1. Antibodi tak langsung terbentuk

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), perlu waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu untuk antibodi yang terbuat dari vaksin Corona dapat terbentuk sempurna. Oleh karena itu, bisa saja orang terkena COVID-19 sebelum antibodi terbentuk.

“Butuh beberapa saat untuk tubuh mengembangkan respons kekebalan,” kata Dr Robert Salata, direktur University Hospitals Roe Green Center for Travel Medicine & Global Health di Cleveland.

Salata pun memberikan contoh, misalnya, pada vaksin Corona buatan Pfizer baru efektif 52 persen mencegah penyakit setelah 14 hari diberikan dosis pertama.

  1. Vaksin COVID-19 tak 100 persen efektif

Selanjutnya, seseorang tetap bisa terkena COVID-19 meski sudah divaksin, karena vaksin tidak sepenuhnya 100 persen efektif dalam mencegah penyakit.

Misalnya, vaksin Corona buatan Pfizer dan Moderna yang disebut memiliki tingkat efektivitas di atas 90 persen, namun tetap tidak dapat memberikan perlindungan sepenuhnya.

Pada hasil uji klinis fase 3, vaksin Pfizer efektif mencegah CoVID-19 setelah orang tersebut mendapatkan dua dosis vaksin.

Sementara itu, vaksin Moderna 94 persen efektif mencegah penyakit setelah orang-orang yang disuntik vaksin mendapatkan dosis kedua.

  1. Vaksin mencegah keparahan sakit, tapi belum pasti bisa mencegah infeksi

Vaksin dapat mencegah keparahan penyakit COVID-19, namun masih belum jelas apakah vaksin juga bisa mencegah infeksi.

“Informasi yang kurang jelas adalah apakah vaksin dapat mencegah infeksi virus atau (tetap bisa terinfeksi) namun tanpa gejala,” kata Dr William Schaffner, spesialis penyakit menular dan profesor pencegahan medis di Department of Health Policy, Vanderbilt University.

Senada dengan Schaffner, Namandje Bumpus, direktur departemen farmakologi dan ilmu molekuler di John Hopkins University juga mengatakan hal yang sama.

“Sejauh yang kami lihat, vaksin ini benar-benar bisa mencegah penyakit dan bahkan keparahan penyakit,” ucap Bumpus.

“Namun, angka kemanjuran tidak menggambarkan keseluruhan efektivitasnya, karena Anda masih bisa terkena COVID-19. Namun, dengan semua indikasi yang muncul, kasus-kasusnya tidak begitu parah dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi dan itu sangat penting,” lanjutnya.

Oleh karena itu, orang yang sudah divaksin tetap perlu memakai masker. Pasalnya, mereka tetap bisa terkena COVID-19, namun mungkin tak bergejala dan bisa menularkan virus.

  1. Terinfeksi COVID-19 sebelum divaksin

Orang tetap bisa terkena COVID-19 meski sudah divaksin, karena sempat terinfeksi virus beberapa hari sebelum disuntik vaksin. Hal ini yang terjadi pada beberapa tenaga kesehatan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh CDC.

Studi ini menemukan bahwa 22 dari 4.081 tenaga kesehatan yang disuntik vaksin Corona dinyatakan positif COVID-19 setelah mendapatkan dosis pertama.

 

“Sebenarnya (mereka) terkena COVID-19 sebelum mendapatkan dosis pertama,” ujar salah seorang penulis studi tersebut, Dr Eyal Leshem dari Sheba Medical Center di Israel.

  1. Mutasi virus Corona

Ada kekhawatiran bahwa mutasi virus Corona bisa mempengaruhi efektivitas vaksin. Contohnya yang terbaru adalah varian baru Corona di Inggris, B117, dilaporkan kembali bermutasi.

Mutasi ini dinamakan E484K, yang disebut membuat virus dapat lolos dari perlindungan antibodi. Dilaporkan, mutasi tersebut sama seperti yang ditemukan pada varian asal Afrika Selatan dan Brasil.

Hal ini dikhawatirkan mutasi virus Corona tersebut dapat mempengaruhi kekebalan dari vaksin, atau lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang di antara orang yang sebelumnya terinfeksi.

“Tampaknya ini bukan berita bagus untuk kemanjuran vaksin,” kata Joseph Fauver, ilmuwan peneliti di bidang epidemiologi di Yale School of Public Health, dikutip dari CNN.

 

Sumber: detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.