Barongko Kue Khas Tradisional Bugis Berbahan Dasar Pisang, Wajib Coba!

0
500
ilustrasi kue barongko ( foto : langsungenak.com )

TNews, KULINER – Makassar memang tak kehabisan sajian kuliner yang dapat memanjakan lidah, salah satunya adalah Barongko.

Barongko adalah kue basah tradisional khas Bugis Makassar dengan bahan utama pisang kepok atau dalam bahasa Bugis disebut utti manurung.

Sebagai kue tradisional yang memiliki keistimewaan tersendiri, Barongko bahkan telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya takbenda melalui SK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bernomor 60128/MPK.E/KB/2017.

Lalu apa yang sebenarnya membuat sajian Barongko khas Bugis Makassar ini begitu istimewa?

Keistimewaan Rasa Barongko

Barongko menjadi kegemaran banyak orang karena cita rasanya yang legit, manis, gurih, dan lezat.

Cita rasa ini didapat dari bahan utamanya yaitu pisang kepok matang yang dihaluskan, dan dicampur dengan gula, santan, dan telur ayam.

Aroma lezat Barongko juga didapat dari dengan irisan nangka yang dalam bahasa Bugis disebut panasa, yang juga dicampurkan ke dalam adonan.

Selanjutnya, adonan Barongko akan dibungkus dengan daun pisang dan dikukus sampai masak.

Barongko nikmat dimakan saat masih panas atau dingin, dan biasanya disajikan sebagai teman kopi atau teh.

Keistimewaan Filosofi Barongko

Bagi orang Bugis Makassar, Barongko menjadi hidangan istimewa karena tidak hanya dilihat sebagai kudapan biasa namun menjadi makanan yang penuh filosofi.

Dilihat dari asal namanya, Barongko merupakan singkatan dari ‘barangku mua udoko’, yang dalam bahasa Bugis artinya ‘barangku sendiri yang kubungkus’.

Secara harfiah memang adonan Barongko dimasak dan disajikan dengan dibungkus menggunakan daun pisang

Namun bagi orang Bugis Makassar, arti membungkus atau menjaga harga diri merupakan amalan dari nilai siri’ dengan maksud untuk menjaga harkat dan martabat diri sendiri dan keluarga.

Selain itu, makna Barongko juga didapat dari adonan dan pembungkusnya yang selaras memanfaatkan buah dan daun pisang.

Hal ini menggambarkan keharmonisan yang didapat dalam rumah tangga apabila kedua mempelai memiliki hati dan perilaku yang baik.

Sementara rasa manis dan gurih Barongko memiliki harapan akan kesejahteraan dalam kehidupan rumah tangga, baik dalam bentuk rezeki maupun keturunan.

Filosofi kejujuran dalam setiap gigitan Barongko didapat dari irisan nangka atau panasa yang terkait dengan ungkapan Bugis yaitu ‘Iyyana kuala sappo unganna panasaé nabélona kanukué’ yang artinya ‘kuambil sebagai pagar diri dalam rumah tangga ialah kejujuran dan kesucian’.

Dari ungkapan tersebut, istilah ‘Unganna panasaé’ yang disebut lempu mengandung arti kejujuran.

Sedangkan istilah ‘nabélona kanukué’ adalah pacci atau paccing mengandung arti kesucian.

Hal ini yang membuat Barongko kerap dihidangkan pada pelaksanaan upacara adat seperti pernikahan bahkan dihidangkan untuk menjamu tamu kehormatan.

Sumber: kompas.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.