Alat Transportasi Dokar Pemalang Pernah Berjaya Pada Jamannya

0
399
Alat transportasi Dokar Pemalang, pada umumnya disebut Delman. FOTO : RAGIL

TNews, PEMALANG JATENG – Dokar atau andong ada juga yang menyebutnya dengan delman, merupakan alat transportasi massal yang pernah berjaya di Indonesia, ternasuk di Jawa tengah.

Di Kabupaten Pemalang ada beberapa penyebutan untuk memberi nama, bagi kendaraan berbentuk seperti kereta, dengan dua roda di belakangnya dan ditarik dengan seekor kuda, biasanya kuda jantan yang menjadi pilihan bagi para kusir (sopir) nya.

Di Pemalang bagian timur seperti di kecamatan Ulujami, Comal , ampelgading dan Bodeh, masyarakat menyebut transportasi ini, dengan sebutan glinding.

Untuk masyarakat Pemalang kota dan sekitar nya, menamainya dengan dokar, sedangkan masyarakat selatan kabupaten Pemalang, seperti kecamatan Bantarbolang dan Randudongkal, menyebutnya dengan Pir.

Pemanfaatan kuda atau dokar khususnya di kabupaten Pemalang, menjadi alat transportasi, pada masa lalu karena dapat digunakan, buat perjalanan jarak jauh, sebab kuda mempunyai stamina dan tenaga yang kuat.

Dahulu delman atau dokar pernah digunakan ,sebagai angkutan antar kota, pada saat kereta api dan kendaraan bermotor  belum ada.

Seiring perkembangan jaman , di kabupaten Pemalang Dokar atau andong, digunakan hanya untuk jarak dekat atau di pedesaan .

Hal itu disamping sudah banyaknya kendaraan bermotor sekarang ini, juga karena adanya peraturan yang berlaku, tentang pengoperasian dokar, terutama di kota Pemalang.

Salah satu tukang dokar atau andong yang masih bertahan adalah tarno (60),  warga paduraksa ini mengatakan ( 14/1/2023 ), sudah menjalani pekerjaan menjadi kusir dokar pada sekitar tahun 1975 an, saat dirinya masih remaja.

Dirinya pernah merasakan masa kejayaan, bekerja menjadi kusir dokar. “Dulu saat belum banyak Kendaraan bermotor, narik satu hari cukup buat biaya hidup satu minggu, sekarang tinggal nunggu rejeki,dari orang yang masih mau menggunakan jasa angkutan Dokar,” katanya setengah mengenang.

Tarno mangkal di pasar paduraksa, mulai pagi hari, biasanya para bakul ( pedagang ) yang membawa dagangan nya ke pasar pagi kota Pemalang, yang masih setia menjadi pelanggan nya.

Ketika penumpang dokarnya dirasa sudah cukup, barulah kereta kudanya beringsut pelan, menapaki jalanan aspal dari paduraksa sampai pasar pagi kota, sekitar 6 kilometer, dokarnya menempuh trayek angkutan nya.

“Sulit sekarang mas ndokar (narik dokar) sudah penumpang tak tentu, rumput dan bekatul buat pakan kudanya juga mahal,” katanya.

Alat transportasi massal bernama dokar di Pemalang kota, sekarang hanya tinggal beberapa unit saja, mereka bertahan menjalankan profesinya, karena tak ada pilihan lagi.

Kejayaan penarik dokar di kota pesisir pantai utara ini, sekarang hanya tinggal kenangan cerita masa lalu, yang ada sekarang hanya bertahan menjalankan, soal pendapatan mereka enggan mengutarakan.

Reporter : Ragil

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.