Ani Purwanti Sebut Jiwa Pancasila Tercermin dari Unggahan TikTok dan Instagram

0
41

TNews, NASIONAL – Parlemen Jawa Tengah (Prime Topic) menggelar dialog bersama dengan mengangkat tema “Pancasila Sebagai Jiwa dan Spirit Pemersatu Bangsa”. Adapun kegiatan berlangsung pada Jumat (4/6) lalu dan dihadiri oleh Anggota Komisi A DPRD Provinsi Jateng Stephanus Sukirno; Kepala Badan Kesbangpol Jateng Haerudin; serta Dosen Pancasila Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Ani Purwanti. Dalam acara tersebut, Ani Purwanti mengatakan bahwa rasa persatuan masih terasa kental dalam keseharian masyarakat. Dia mencontohkan, unggahan anak-anak muda dalam media sosial, TikTok maupun Instagram yang menyuarakan kemanusiaan dan persatuan. Hal ini, menurutnya, sudah mencerminkan jiwa Pancasilais yang tanpa disadari diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Juga, sebagai dasar negara, semua aturan pemerintah pusat hingga daerah mesti mengacu Pancasila. Karena Pancasila adalah sumber dari peraturan dan perundang-undangan,” lanjut Ani dalam keterangannya, Sabtu (5/62021). Sementara itu, Stephanus Sukirno juga menambahkan bahwa ciri khas masyarakat berpancasila tampak pada upaya untuk tetap melakukan gotong royong di masyarakat. “Ciri khas Pancasila itu adalah gotong royong. Secara filosofis bagi orang Jawa, Pancasila itu dirumuskan dalam kalimat sederhana, ‘Ngono yo ngono, nanging ojo ngono’,” Stephanus dalam kesempatan yang sama. Adapun Haerudin juga sepakat bahwa nilai toleransi masih kental pada masyarakat Indonesia.

Hal ini, kata dia, terlihat dalam perayaan Idul Fitri beberapa waktu lalu yang bertepatan dengan Kenaikan Isa Almasih. Masjid Al Hikmah yang berdampingan dengan Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan yang terletak bersebelahan di Jalan Kratonan Serengan Solo, Jawa Tengah, sepakat untuk menjaga toleransi perbedaan dalam kebersamaan melaksanakan shalat Idul Fitri dan ibadah Kenaikan Isa Almasih. “Sudah seharusnya generasi ini memegang Pancasila. Tanpa itu, Indonesia akan tercerai-berai. Karena memiliki keberagaman agama, budaya, bahasa, suku, hingga adat-istiadat. Lima sila di Pancasila menjadi perekat perbedaan-perbedaan tersebut,” terang Haerudin.

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.