Ghozali Sang Miliarder

0
144

TNews, NASIONAL – Ide kreatif mengunggah swafoto selama bertahun-tahun ternyata menjadi titik balik kehidupan seorang remaja asal Semarang. Sultan Gustaf Al Ghozali, kini mendapatkan predikat miliarder dan menjadi fenomena akibat ide tersebut.

Konsepnya dinamakan Ghozali Everyday, di mana dia melakukan swafoto sejak 2017. Tujuan dasarnya sederhana, ingin dijadikan video timelapse di masa depan. Di tengah perjalanan, peluang bisnis masuk lewat NFT (non-fungible token). Gayung bersambut, foto-foto itu laris dibeli hingga publik mengganjarnya berbagai gelar, ada Sultan NFT, Pangeran NFT dan sebagainya.

Kurang lebih tiga bulan sejak pertama kali viral di Januari 2022, kini Ghozali tak hanya ‘everyday’ tapi juga ‘everywhere’.

Fotonya tak hanya ada di OpenSea (marketplace NFT), tapi juga di berbagai medium sosial media, surat kabar, situs media online, televisi dalam sejumlah program, baliho di jalan raya sampai spanduk di universitas. Tidak ada kesulitan mencari nama Ghozali di situs pencarian Google. Bahkan tanpa harus menambahkan embel-embel apapun.

Ikut mengantre di tengah kepadatan jadwalnya yang luar biasa, akhirnya kepada detikHOT, remaja 22 tahun ini bercerita banyak hal tentang dirinya usia menghadiri serangkaian kegiatan di Jakarta sejak pagi.

Sudah seminggu Ghozali menginap di Hotel Mercure, Gatot Subroto, Jakarta Selatan ditemani kedua orang tuanya. Benar memang dia seorang pemalu, untungnya, wawancara artikel lebih membuatnya nyaman daripada tampil di televisi dengan sorot kamera.

“Aku mending wawancara aja, soalnya kalau di TV harus briefing. Kalau wawancara gini kan pemikiran sendiri,” selorohnya membuka obrolan.

“Aslinya dari awal aku nggak pengen terima-terima tawaran, wawancara, endorse, iklan, tapi tante Ema bilang ‘terima aja, terus kontaknya kasih ke aku aja’. Karena pas awal-awal tuh kontaknya ke saya semua, aku nggak tau tuh dapet nomor dari mana. Aku juga akhirnya ya ganti nomor,” sambungnya lagi.

Bagi yang belum tahu, perkenalan sedikit latar belakang, 10 Januari adalah tanggal dimulainya promosi foto-foto Ghozali sebagai NFT.

“Di Facebook dulu pertama, ternyata komunitas NFT di Facebook itu negatif semua komentarnya. Terus ke TikTok, kayak nge-posting video time-lapse, ternyata kurang, nggak dapat algoritmanya. Terus nggak berhenti, akhirnya ke Reddit juga, ternyata nggak ada yang balas sama sekali.”

“Terus ya udah iseng di Twitter, soalnya aku belum pernah main Twitter sama sekali, ternyata tanggapan di Twitter itu positif semua. Awal posting tuh nulis, ‘aku upload foto di NFT lho’. Terus ada orang luar yang pertama beli. Terus ada orang luar (negeri) yang beli hampir 10 lebih, aku juga kaget, ini ada orang bisa baca pasar apa gimana. Hari pertama itu laku 33.”

“Hari ke 2 udah di-notice kayak Jejouw, Chef Arnold, terus diajakin gabung Twitter Space. Aku baru tahu ternyata harus lewat hp kalau mau ngomongnya. Terus hari ke-3 baru laku semua.”

“Tujuan awal foto emang pengen bikin time-lapse aja, buat animasi. Terus kepikiran jadikan itu NFT, aku kaya mikirin konsep lucu aja sih, semisal ada kolektor besar punya gambar Cypopunk, terus mungkin ada salah satu fotoku, kayak lucu dan unik.”

Setelah itu, sepenuhnya merupakan perjalanan baru bagi Ghozali. Mahasiswa semester 8 di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), program studi Animasi D4 resmi menjadi public figure.

“Masih nggak terbiasa keluar rumah, kan biasanya di rumah terus, nggak biasa pergi jauh-jauh. Di Jakarta pun pengen cepat-cepat pulang, main komputer. Dari dulu aku jarang nongkrong, diam di rumah sih, belajar animasi. Lihat di YouTube atau beli tutorial di Udemy, Skillshare (kursus online),” ungkap Goz-sapaan akrabnya.

“Kalau dibilang punya fans, aku nggak suka. Aku aja kalau di jalan berharap nggak ada yang kenal. Tapi di jalan ada fotoku. Mukaku juga jadi baliho di kampus. Kenapa sih? Maksudku di Udinus ada Arhan Pratama yang Timnas itu (Timnas Sepak Bola U20). Menurutku Arhan itu lebih penting, malah fotonya yang tadinya dipasang, diganti sama aku. Arhan lebih membanggakan Indonesia lho,” katanya sambil tertawa. Ternyata dia bisa tertawa juga, gestur yang jarang terlihat pada Ghozali.

Banyak yang tidak tahu, bahwa NFT bukanlah penghasilannya yang pertama. Sejak lulus SMK, anak kedua sekaligus anak laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara itu telah bekerja freelance sebagai desainer grafis.

“Aku udah dari awal kuliah udah punya pendapatan sebagai logo designer, jadi freelance. Dulu masih pakai laptop sih, pake komputer itu waktu semester 3, gara-gara dapat beasiswa unggulan dari Kemendikbud. Sering ikut kontes juga, kalau menang hadiahnya sekitar $200. Tapi dulu nggak tahu investasi,” kenang Ghozali.

Perkenalannya pada dunia Crypto dan NFT pada 2021 membawanya menjadi miliarder di tengah gersang ekonomi akibat pandemi. Bisa jadi anugerah, bisa jadi godaan dan kutukan. Apalagi beberapa orang mengira, Ghozali berasal dari keluarga yang kekurangan. Apa benar?

“Nggak, aku menengah saja, cukup. Ya sekarang banyak berdamai sama diri sendiri. Sekarang lebih capek aja sih, dulu kan sering tiduran, lebih sering main game. Yang banyak juga sih teman yang mau minjem duit. Kalau teman yang dekat banget aku kasih, atau teman sesama animator,” tegasnya.

Lantas, apakah terjadi juga pada Ghozali pesan-pesan melalui DM di sosial media yang ingin mengajaknya berkenalan?

“Ya yang DM banyak, cuman aku menganggap kalau semisal ada yang mencoba deketin, ya aku menanggapi dengan singkat gitu. Aku nggak manfaatin juga. Lebih kaya mikir-mikir kalau punya pacar terus ngapain?” Jawab pecinta animasi itu.

Panjang bercerita, Ghozali menyeruput jus segar di hadapannya. Jika awalnya malu-malu, seiring waktu berlalu, semakin banyak cerita yang diutarakannya. Untuk apa saja dia pakai uangnya, ancaman atas star syndrome, dan rencana panjangnya menjadi animator di Indonesia.

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.