Dag Dig Dug ‘Malam Bakupas’

0
241
Konni Balamba

Oleh : Konni Balamba

TNews, OPINI – Tak terasa hari pencoblosan Pilkada serentak tinggal se hari lagi. Berbagai tahapan Pilkada dilalui, mulai dari pendaftaran calon, penetapan calon, pelaksanaan kampanye hingga debat antar calon. Akhirnya, sampailah kita di h-1 (8 Desember 2020) Pilkada 9 Desember 2020. Dalam tradisi Manado biasa kita sebut ‘malam bakupas’. (Istilah malam bakupas diadopsi dari tradisi perkawinan umat Islam yang telah berkolaborasi dengan budaya etnis Ponosakan, dimana malam sebelum resepsi pernikahan, digelar akat nikah. Pada momen tersebut, terhimpun banyak orang, yaitu keluarga pengantin dan masyarakat)

Namun di satu sisi, malam bakupas pilkada 2020 bisa membuat para pasangan calon tak tenang. Jantung dag dig dug, pikiran melayang. Memikirkan hasil esok, apakah bisa menang atau kalah.

Selain pasangan calon, para tim sukses, penyelengara pemilu bahkan masyarakat juga tak tenang. Khusus bagi paslon dan timses, ini boleh jadi dipenuhi ketidak tenangan dan kegundahan hati, karena energi telah dikuras baik secara materil dan non materil, konsekuensi dari pemilihan terbuka semacam ini adalah menelan cost (biaya) politik yang tidak sedikit.

Belum lagi kegundahan karena terkait potensi kalah. Kemudian, ketidak tenangan bagi penyelenggara, karena melaksanakan pilkada serentak di tengah pandemi covid-19. Sebab, pemilihan dengan protokol kesehatan di tengah pandemi belum pernah dilakukan sepanjang sejarah pemilu di Indonesia bahkan di dunia.

Mampukah pemilu kita sukses di gelar seperti halnya di negara Singapura dan Korea Selatan? Sedangkan dalam kondisi normal saja masih banyak persoalan pemilu yang masih perlu diperbaiki dan di sempurnakan.

Belum lagi persoalan partisipasi pemilih, jelang pemilihan saja angka pasien positif covid-19 terus meningkat dan kebanyakan yang terkonfirmasi positif adalah dari penyelenggara pemilu itu sendiri. Kondisi ini akan menambah kecemasan masyarakat untuk datang menggunakan hak pilihnya.  Akhirnya, jika angka partisipasi pemilih rendah, maka, keterpilihan kandidat menjadi minim legitimasi dan tidak berkualtas meskipun tetap sah secara hukum.

Selanjutnya, bagi pengawas pemilu, penindakan pelanggaran juga menjadi tantangan dan perlu keberanian. Karena biasanya pada ‘malam bakupas’ sering dimanfaatkan dengan kampanye-kampanye terselubung dan momentum ‘serangan fajar’ baik dalam bentuk uang, barang ataupun yang lainnya.

Selama ini praktek politik uang pada momen pilkada memang ibarat hantu, ia ada tapi sulit dibuktikan. Pengawas pemilu harus berani menindak tegas segala macam bentuk pelanggaran pada masa tenang hingga pencoblosan nanti.

Bagi masyarakat, kegundahan di malam bakupas juga tentu terasa, iming-iming poitik uang, konflik sosial dan kecemasan terkait penyebaran covid-19 yang tinggi boleh jadi menghantui pikiran masyarakat, belum lagi persahabatan yang mungkin retak karena beda pilihan politik.

Sebagai akhir penutup catatan di atas, sudah semestinya di ‘malam bakupas’ ini digunakan untuk merenung dan refleksi. Kita semua tentu menginginkan harmonisasi kehidupan berbangsa dan bernegara serta menciptakan demokrasi yang sehat dan berkualitas. Untuk mewujudkan itu semua memerlukan komitmen semua pihak, mulai dari partai politik, pasangan calon, penyelenggara pemilu hingga masyarakat.

Semoga Pilkada serentak 2020 berjalan sukses, pemilih sehat, pemilu berkualitas dan pilkada damai. Wassalam

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.