Studi: 7 dari 10 Anak Jarang Belajar Saat Pandemi

0
50

TNews, PENDIDIKAN  – Pandemi Covid-19 berdampak besar pada pendidikan anak Indonesia. Studi terbaru menunjukkan tujuh dari 10 anak jarang belajar atau hanya sedikit belajar selama pandemi Covid-19.

Studi global yang dilakukan oleh Save the Children ini menganalisis dari dari 46 negara di Indonesia.

“Studi kami sangat jelas menggambarkan bahwa banyak anak-anak di Indonesia menghadapi kesulitan dalam belajar daring,” kata CEO Save the Children Indonesia Selina Patta Sumbung dalam keterangan pers yang diterima CNNIndonesia.com dalam rangka peringatan Hari Literasi Internasional, Rabu (8/9). Hari Literasi Internasional diperingati setiap 8 September.

Temuan mereka menunjukkan anak-anak jarang belajar karena sejumlah hambatan. Mulai dari terbatasnya ketersediaan materi belajar yang memadai, tidak memiliki kuota internet untuk pembelajaran daring, tidak memiliki gawai, tidak memiliki motivasi untuk belajar karena sulit memahami PR, dan tidak mendapatkan bimbingan guru.

Terkait kuota internet, survei dari Child and Youth Advocacy Network (CYAN) di Yogyakarta menunjukkan 42 persen anak tidak mendapatkan kuota gratis dari sekolah maupun pemerintah.

“Hasil survei kami menemukan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan kuota gratis ini salah satu alasannya karena tidak terdata padahal secara faktor ekonomi mereka sangat membutuhkan. Jadinya banyak anak yang merasa sedih, kecewa bahkan merasa ini tidak adil.” kata Koordinator Child Campaigner Save the Children di Yogyakarta, Gya.

Kondisi anak yang sulit dan jarang belajar ini dapat mempengaruhi kemampuan literasi dan numerasi anak di masa depan.

“Motivasi belajar menjadi menurun dan ini bisa berpengaruh pada kemampuan literasi dan numerasi anak”, kata Selina.

Kondisi ini dapat membuat anak kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar atau dikenal dengan istilah learning loss. Selain itu, dikhawatirkan anak tidak memiliki kemampuan dan keahlian saat dewasa sehingga membuat mereka sulit berkompetisi di dunia kerja. Dampaknya pendapatan juga akan berkurang.

Selain masalah belajar, Save the Children juga menyoroti permasalahan anak yang putus sekolah.

“Di beberapa wilayah, anak-anak terancam putus sekolah karena anak harus bekerja dan atau menikah dini,” ungkap Selina.

Sumber : cnnindonesia.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.