Kisah Lentera di Bulan Ramadhan

0
46
ilustrasi

TNews, SEJARAH – Pernahkan terlintas tanya mengapa tema Ramadan identik dengan lentera? Ternyata, ada kisah menarik dari Mesir terkait hal ini.

Lentera merupakan lampu atau penerang. Dalam bahasa Arab Mesir, lentera disebut fanoos (فانوس ). Kehadiran fanoos saat bulan Ramadan begitu terkenal di Mesir dan sudah menjadi tradisi turun-temurun.

dalam sejarah Islam, orang Mesir adalah orang yang pertama kali menciptakan tradisi “Lentera Ramadan”. Ide tersebut muncul pada era negara Fatimiyah sebelum akhirnya menyebar ke Mesir dan negara-negara di dunia.

Dikisahkan, Khalifah Fatimiyah biasa keluar pada malam sebelum Ramadan bersama anak-anak. Mereka membawa lentera untuk menerangi jalan saat bernyanyi dalam merayakan datangnya bulan suci.

Lagu-lagu yang dinyanyikan merupakan salam khusus untuk bulan sabit sebagai pertanda datangnya Ramadan. Salah satu lagu yang terkenal dalam tradisi zaman kuno adalah Wahawy Ya Wahay.

Lagu tersebut ditulis oleh penyair Husein Helmy Al-Manstrali. Dia menulis banyak lagu daerah dan monolog. Lagu ini disusun oleh Ahmed El-Sherif dan penyanyi Ahmed Abdelkader.

Kata Wahawy adalah kata Firaun kuno yang berarti emas atau terbang, dan kata (Ayouh atau Ayah) berarti bulan atau bulan sabit, dan lagu itu adalah salam untuk bulan.

Dalam cerita lain, salah satu Khalifah Fatimiyah memerintahkan untuk membuat penerangan di masjid sepanjang bulan Ramadan menggunakan lentera dan lilin.

Selain itu, lentera juga digunakan sebagai penerang jalan oleh para wanita saat menuju ke masjid. Mereka dipimpin oleh seorang pemuda laki-laki. Sehingga, orang yang lewat akan melihat jika ada wanita di jalan dan mereka memberinya jalan.

Ada banyak cerita mengenai asal mula lentera ini. Lahirnya benda bercahaya ini dikaitkan dengan kehadiran Mesaharaty yang berjalan di jalanan sambil membangunkan orang tidur untuk makan sahur. Kala itu, dia berjalan dengan seorang anak kecil membawa lentera.

Terlepas dari banyaknya cerita, secara historis jelas bahwa industri lampion dimulai di Mesir pada era Fatimiyah dan ada sekelompok pengrajin yang membuat dan menyimpannya hingga datangnya bulan Ramadan.

Al Maqrizi mengatakan dalam bukunya, “Dia mengumpulkan lima ratus pengrajin di lingkungan Fatimiyah Kairo sebelum bulan untuk membuat lentera.”

Sementara itu, menurut sejarawan Islam era Mamluk Taqi Al Maqrizi, lentera adalah bagian yang sangat umum dari perayaan di Mesir, bahkan untuk agama lain.

Dia mengatakan, lentera-lentera tersebut bahkan digunakan dalam perayaan Natal di seluruh negeri sebelum ditaklukkan oleh Fatimiyah Syiah yang menjadikan Kairo–ibu kota kerajaan mereka–berumur pendek, dilansir dari The National.

Kairo dianggap sebagai salah satu kota Islam terpenting tempat berkembangnya industri lentera dan ada daerah khusus yang terkenal dengan pembuatan lentera seperti daerah dekat Al-Azhar dan Al-Ghouriya, Bab Al-Sha’riya, dan Sayeda Zeinab.

Lentera umumnya terbuat dari tembaga dan material yang lebih murah, seperti timah dan kaca berwarna dengan alas kayu untuk meletakkan lilin. Lentera ini juga dihiasi dengan berbagai ukiran tangan.

Seiring berkembangnya waktu model lentera turut berkembang. Banyak yang memproduksinya dalam bentuk tokoh budaya pop maupun karakter kartun yang disukai anak-anak.

Lentera modern terbilang cukup murah, tidak seperti desain tradisional yang diproduksi oleh pengrajin profesional di negara asalnya.

 

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.