Mengenal Politik Apartheid di Afrika Selatan

0
533
(foto google)

TNews, SEJARAH – Apartheid adalah sistem undang-undang yang mendukung kebijakan segregasi kepada warga non-kulit putih di Afrika Selatan. Kebijakan ini hadir di abad ke-20 setelah Partai Nasional mendapat kekuasaan.

Dikutip dari Modul Sejarah Kelas XII yang disusun oleh Nansy Rahman (2020), pemerintahan yang saat itu didominasi kulit putih (bangsa Eropa) memberlakukan sistem pemisahan ras dengan tujuan memperoleh hak-hak istimewa dari suatu ras atau bangsa.

Tokoh yang merancang politik apartheid adalah Hendrik Verwoerd. Sistem ini dipraktikkan sebagai kebijakan politik resmi dan terdiri dari beberapa peraturan hingga program untuk pemisahan rasial secara struktural. Sejak awal kemunculannya, sistem Apartheid dihapus pada tahun 1990.

Keberagaman ras, agama, hingga warna kulit di masyarakat dunia semestinya menjadi dorongan untuk kita sebagai manusia agar saling menghormati. Lantas, mengapa bisa terjadi apartheid di Afrika Selatan kala itu?

Latar Belakang Kemunculan Politik Apartheid

Dalam bahasa resmi Afrika Selatan, apartheid adalah Aparte Ontwikkeling yang berarti perkembangan yang terpisah. Latar belakang munculnya masalah apartheid adalah kemunculan bangsa Eropa yang mulai menduduki wilayah Afrika.

Belanda adalah bangsa Eropa pertama yang datang ke Afrika Selatan dipimpin oleh Jan Anthony van Riebeeck. Sejak tahun 1652 Belanda menjajah Afrika Selatan untuk menguasai sumber daya alam.

Namun, Inggris datang dengan tujuan yang sama hingga terjadilah Perang Boer di tahun 1899-1902. Inggris menang dan mendirikan negara dengan ketatanegaraan mereka yaitu Union of South Africa.

Inggris menyatukan wilayah dan menjadi satu republik yang dipimpin Hendrik Verwoerd sebagai presiden. Di bawah kendali Inggris, pemisahan ras atau politik apartheid ini berlaku sejak 1910 yang menimbulkan diskriminasi antara kedua ras warna kulit.

Jadi, politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan ras warna kulit dimana kulit putih mendapat hak istimewa dari ras warna kulit lainnya.

Undang-Undang Kebijakan Apartheid

Dikutip dari Modul Sejarah Peminatan Kelas XII yang diterbitkan Kemendikbud (2020), ideologi ini ditulis dalam undang-undang berbunyi, “the central tenet of Apartheid was that each group should develop separately and achieve autonomy in its area”.

Kalimat tersebut dijabarkan ke 4 pemikiran berikut:

  1. Penduduk Afrika terdiri dari empat ras yaitu ras putih, berwarna, India, dan Afrika
  2. Putih adalah ras beradab
  3. Kepentingan putih harus di atas kepentingan hitam
  4. Ras putih adalah Afrikaner berbahasa Inggris

Beberapa dekade lamanya banyak undang-undang sejenis yang membatasi aktivitas kehidupan dan hak orang Afrika Selatan yang tidak berkulit putih.

Salah satu undang-undang pemisahan rasial yaitu ada pada larangan perkawinan campur ras yang bermaksud menjaga ‘kemurnian’ ras kulit putih. Selain itu ada undang-undang pendaftaran penduduk nomor . 30 terkait mendaftarkan individu berdasarkan kelompok ras. Ada juga peraturan Group Areas Act No. 41 yang memisahkan ras-ras ke daerah pemukiman berbeda.

Bagaimana Rakyat Afrika Melawan Apartheid?

Seiring berjalannya waktu, Verwoed diganti oleh Pieter Botha pada tahun 1976. Politik apartheid semakin kental terasa dan memecah belah persatuan Afrika Selatan. Gejala ras diskriminasi yang dilakukan bangsa Eropa memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan pandangan rendah.

Kondisi tersebut awalnya tidak dipahami oleh mereka, namun lambat laun terjadi kesamaan pikiran tentang diskriminasi rasial ini. Orang-orang kulit hitam melakukan perlawanan membentuk organisasi African National Congress (ANC). ANC merupakan partai politik untuk mengalahkan politik kulit putih dibawah pimpinan Nelson Mandela pada tahun 1952.

Nelson Mandela adalah rakyat Afrika Selatan yang secara konsisten berjuang menentang rezim apartheid yang rasialis. Ia berkoalisi dengan kulit berwarna (kulit kuning) untuk memperkuat partai hingga mencetuskan freedom charter sebagai program perjuangan ANC.

Pieter Botha tidak tinggal diam, ia menumpas setiap perlawanan dengan menjebloskan tokoh-tokoh kulit hitam ke penjara termasuk Nelson Mandela yang mendekam di penjara selama 27 tahun.

Namun, hal ini tak menjadi halangan, namanya kembali populer saat terpilih menjadi Sekjen ANC dan melakukan perjuangan secara rahasia. Ia yang memimpin pemogokan selama tiga hari pada 29-31 Mei 1961 dan berujung dijebloskan penjara 5 tahun.

Sejumlah kawanan tokoh lain dari ANC juga ikut ditangkap. Mereka dituduh bersengkongkol menumbangkan pemerintah dan dihukum penjara seumur hidup di Pulau Robben Cape Town.

Selama di penjara, terjadi kampanye dan aksi protes pembebasan Mandela sejak tahun 1982. Di tahun 1988 pada ulang tahun Nelson Mandela ke 70 dirayakan oleh bangsa Afrika dengan konser musik selama 120 jam non stop disiarkan di 50 negara.

Kampanye ini membuat banyak negara simpati dan mengecam pemerintah Apartheid secara politik maupun ekonomi untuk turun. Akhirnya tahun 1970, Pieter Botha mengurangi undang-undang Apartheid meski tidak keseluruhan

Di tahun 1990, Ferdinand Willem membebaskan Nelson Mandela dan pada sidang parlemen 21 Februari 1991, ia menghapus undang-undang tentang Group Areas Act, Land Act, dan Population Registration Act.

Berakhirnya politik apartheid adalah ditandai dengan pemilu antirasial pertama yang hasilnya dimenangkan oleh Nelson Mandela sebagai Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan dan mendapat penghargaan nobel.

 

 

Sumber : detik.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.