Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Baitul Makmur Kotamobagu Hingga Menjadi Yayasan Ibnu Sabil

0
254

TNews, KOTAMOBAGU – Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Baitul Makmur Kotamobagu merupakan salah satu sekolah setara tingkat SD berbasis Islam, yang beralamat di Jalan Jendra Ahmad Yani, Kelurahan Kotamobagu, kecamatan Kotamobagu Barat. Atau tepatnya berdekatan dengan Masjid Agung Baitul Makmur (MABM) Kotamobagu.

Proses Berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Kotamobagu

Drs. Hi. Halil Domu, M.Si

Sejarah, awal mula sekolah itu berdiri pada tahun 1999. Salah satu pendiri sekolah tersebut yakni mantan Kepala Kantor kementrian agama (Kemenag) Sulut Drs. Hi. Halil Domu, M.Si, menceritakan proses berdirinya sekolah yang dinaungi yayasan Baitul Makmur itu.

“Pada tahun 1997 saya masih menjabat Kepala kantor departemen agama kabupaten Bolaang Mongondow. Setelah satu tahun kemudian pada tahun 1998 ada komite sekolah dari tingkat provinsi yang mewakili departemen agama sulut dan departemen pendidikan dan kebudayaan Sulut datang di Bolaang Mongondow membawa bantuan 11 paket ruang belajar untuk  SD dan MI kemudian,” jelas Domu.

Lanjut Domu, mereka pun langsung menggelar rapat untuk menentukan jatah dan lokasi. Rapat digelar di kantor Bappeda Bolmong, saat itu masih dipiumpin oleh kepala Bappeda Rahmat Mokodongan.

“Rapat itu dihadiri dari unsur diknas Drs Salimun Mokodongan, dari unsur departemen agama saya sendiri bersama staf. Membicarakan bantuan ini, lalu pada saat itu diputuskan secara professional, karena SD banyak di kabupaten Bolmong maka, jatah untuk pembangunan ruang belajar baru di tingkat SD itu 8 unit kemudian madrasah ibtidaiyah 3 unit,” jelas Domu lagi.

Kemudian lanjut Domu, satu unit langsung diplot di Mopuya, mengingat di Mopuya sudah ada sekolah madrasah namun gedungnya masih darurat. “Sehingga mereka (Mopuya) mendapat jatah 2 RKB,” ujarnya.

Sedangkan paket yang ke dua kata Domu, diberikan kepada MIN Lolak. “Sementara untuk tanah di Lolak merupakan tanah wakaf dari haji Oskar Dilapanga Kemudian diwakafkan oleh Ibu mokodongan,” katanya.

Dapat Bantuan Pembangunan Dua RKB

Selanjutnya untuk paket ke tiga adalah milik Kotamobagu. Sehingga Domu mengaku, dirinya langsung menghadap Bupati Bolmong saat itu Muda Mokoginta.

“Saya menyampaikan ada bantuan, saya berfikir kalau di masjid Baitul Makmur ada sekolah seperti di manado itu akan lebih bagus. Maka itu saya pada saat itu, saya bersama Salimun Paputungan Kepala Diknas Bolmong waktu itu menghadap pak bupati, dan pak bupati berikan petunjuk supaya itu harus di bangun disana di samping masjid baitul makmur. Bahkan Bupati mengatakan, Dan ada tanah dibelakang rumah beliau itu tanah pemda bisa dimasukkan saja di bagian dari pada pembangunan nanti,” jelas Domu.

Selanjutnya kata Domu, dirinya langsung ditelepon oleh kementrian agama provinsi Sulut. Kementrian mengatakan bahwa bantuan itu lebih di titik beratkan pada madrasah yang sudah ada.

“Kalu Mopuya tidak ada masalah, Lolak juga tidak ada masalsah, maka untuk Kotamobagu bermasalah karena belum ada sekolah,” kata Domu.

Dengan begitu, sebagai kapasitas kepala kantor departemen agama Bolmong waktu itu, Domu berfikir jika bantuan itu harus diambil, tak boleh dilepas atau dipindahkan ke lembaga atau yayasan lain.

“Nah pada sat itu ada gedung TK di samping baitul makmur yaitu TK Al Quran, saya minta kepada kepala sekolah  waktu itu ibu Dilapanga kalu boleh saya pinjam tempat ini untuk dua atau 3 hari kedepan, kemudian saya kosongkan itu. Selanjutnya saya kembali mengahadap bupati untuk meminta meja dan kursi eks BP7, karena beliau sebelum BP7 itu bubar itu beliau kepada BP7 yang terakhir itu tahun 1999,” ujarnya.

“Setelah bupati ijinkan, saya angkut meja dan kursi menggunakan mobil saya waktu itu, kemudian diturankan dan diatur di bangunan TK itu,” katanya.

 42 Siswa SDL Pindah ke MI Kotamobagu

Nah, bangunan sudah ada, restu Bupati juga sudah ada, yang menjadi persoalan baru lagi kata Domu adalah siswa. Sebab saat itu itu siswanya belum ada.

“Saya berfikir lagi bagaimana caranya, saya konsulatasi dengan bapak Salimun Paputungan, dia menyampaikan bahwa itu di SDL siswanya itu sekolah pagi sore, bagaimana kalau kita minta yang sore itu pindah di MI baitul makmur,” katanya lagi.

“Maka diadakan rapat orang tua. Kemudian setelah adakan pertemuan, dengan penyampaiana bahwa dari pada sekolah sore mending sekolah pagi tapi ini bukan SD, ini MI dibawa naungan Kementrian Agama, kalau SDL dibawah nauangan Diknas Pak Salimun Paputungan, kalau MI dibawa naungan Pembinanya saya pak Domu sebagai kepala kantor departemen agama,” terang Domu.

Dari hasil rapat tersebut, ada sekitar 42 siswa setuju anak-anak mereka dipindahkan ke MI Baitul Makmur. “Siswa kita boyong dengan berkas sekaligus bawa ke baitul makmur di TK itu kemudian saya buatkan buku PMB (Penerimaan Murid Baru). Jadi seperti menerima murid baru, temple foto dan lain sebagainya sesudah itu sudah ada,” jelasnya lagi.

Setelah persoalan siswa selesai, Domu mengatakan tanggungjawabnya sebagai kepala kantor kementrian agama Bolmong, dia membantu lagi untuk pegisian guru di sekolah tersebut.

“Waktu itu guru namanya Tarwiya Nurawan, adalah guru pertama di situ, yang saya tempatkan. Kemuadian dari Diknas oleh kepala Diknas Salimun Paputungan tempatkan Darsun Tunggali sebagai guru disitu, dan Darsun saya tunjuk sebagai pejabat kepala sekolah sementara,” katanya.

“Setelah semua persoalan sudah teratasi, datanglah dari Provinsi dan gabungan dari kementrian agama serta Depdikbud bersama Bappeda Pemda Provinsi Sulut. Mereka datang sudah ada siswa dan sudah ada guru yang sementara mengajar,” cerita Domu.

“Mereka buka buku penerimaan murid baru itu sudah ada, jadi sudah tidak ada masalah, maka dana bantuan pun keluar sekitar 150 juta untuk pembangunan 2 RKB. Sembari menunggu proses pembanguna, untuk sementara siswa madrasah gantian dengan TK,” jelasnya

Singkat cerita kata Domu, dua RKB sudah selesai dibangun. Namun itu hanya aman pada tahun kedua. “Setelah tahun ke 3 tentu harus berfikir lagi menamnah bangunan karena sudah ada kelas tiga Tentu bangunannya sudah tidak cukup,” ungkapnya.

Lobi Anggaran Penambahan RKB

Maka dari itu kata Domu, Dia pun kembali melobi aggaran, dengan melakukan konsulatasi kepada kepala kantor kementrian agama Sulut. “Beliau mengatakan itu bisa diusulkan tapi harus ada lembaga atau yayasan yang harus menaungi. Dari proses itu kemudian, 2001 itu kita rencana bentuk yayasan,” ujar Domu.

Namun kata Domu, pada saat ini ada beberapa yayasan di Bolaang Mongondow yang sudah vakum. Dianatarnya Yayasan Baitul Makmur yang diketuai oleh Alamrhum Hi Anda Mokoginta, serta yayasan yayasan Rumah Sakit Moonow ketuanya Alm WS Amborodo.

“Jika kita bentuk yayasan baru, sementar objeknya umat islam. Sehingga terfikir pada saya waktu itu, bagaimana kalau dua yayasan yang sudah vakum ini kita satukan supaya lebih kuat yang mewakili semua unsure. Apalagi waktu itu RSI sudah 9 bulan tutup sudah tidak ada pasien,” ungkap Domu lagi.

Akan tetapi kata Domu, rencana itu Ia tidak bisa lakukan sendiri, maka Ia mengundang para tokoh tokoh masyarakat Bolmong, termasuk Bupati Muda Mokoginta.

“Kami mengadakan rapat sebanyak tiga kali di departemen agama saya memfasilitasi, pak muda mokoginta sebagai bupati 2 kali hadir, 1 kali tidak karena tugas luar. Tetapi pak mantan bupti Drs JA Damopolii hadir. Pak YC Mokoginta mantan ketua DPRD juga hadir, pak sam Datungsolang itu hari juga tokoh2 muslim yang ada,” katanya.

Dalam rapat tersebut, Domu menyampaikan masalah itu, termasuk beberapa yayasan yang sudah vakum. “Usulan menggunakan yayasan yang sudah vakum saya sampaikan dalam rapat. Sebab, MI bisa mendapatkan bantuan penambahan RK apabila ada yayasan yang menangi,” terangnya.

Usul Gabungkan 2 Yayasan Jadi Satu

Dan akhrinya berbagai pertimbangan setuju serta ada kesepekatan bahwa dua yayasan yang vakum itu digabung menjadi satu. Kemudian dibentuk pengurus. “Hari keduanya  kita rapat lagi, tapi sebelum rapat saya dengan Drs Arfa Buhang camat kotamobagu waktu itu konsulatsi dengan notaris, Urip Manoppo soal rencana penggabungan dua yayasan yang sudah vakum itu, dengan menggunakan nama lain,” kata Domu,

“Tetapi Notaris Urip mengatakan tidak bisa. Urip memberikan solusi agar segera menghubungi pengurus dua yayasan yang masih hidup. Dan kalu boleh ada surat mandat kuasa dari ahli waris yang masih hidup itu untuk kita bisa ganti kepengurusan, dengan mengadakan resapel atau perubahan dan sebagainya,” jelas Domu.

“Maka dibuatlah dua surat, satu surat untuk yayasan baitul makmur diberikan kepada dua orang pengurus yang masih hidup, yakni Pak Hj SU Sumanta (Haji Abang Kampung Baru), kemudian Pak Sahaya Mokoagow orang Tabang. Mereka berdua yang tandatanganI surat, yang isinnya disebutkan bahwa membrikan dengan ini menyerahkan, kepada pemerintah daerah kabupaten Bolmong Cq departemen agama untuk mengadakan resafel kepengurusan, perubahan kepengurusan, penyempurnaan, dan adakan perubahan seperlunya terhadap yayasan yang ada. Jadi mengambil langkah-langkah termasuk kalau ada penggabungan mereka menyerahkan sepenuhnya,” jelasnya lagi.

Sedangkan untuk surat ke dua ditujukan kepada Yayasan Rumah sakit Moonow, surat tersebut ditandatangani oleh haji JA Damopolii mewakli yayasan Moonow, bersama Drs Doludu Mokodompit. Bunyi surat itu sama, yakni menyerahkan kepada pemerintah CQ departemen agama untuk mengadakan resafel perbaikan kepengurusan penyempurnaan dan langkah langkah perbaikan sesuai dengan kebutuhan. “Dan suratnya asli ada semua sama kami,” beber Domu.

Sehingga pada rapat berikutnya, hasilnya dipaparkan kepada peserta rapat, setelah itu disetujui bersama.

“Hasil itu kita lapor ke notaries Urip. Itu sudah okey begitu lalu dia bilang susunan pengurusnya dimasukkan siapa pendirinya, siapa pengurusnya. Maka di buatlah itu,” kata dia.

“Sebagai pendiri, tokoh yang ada Drs JA Damopolii, kemudian Drs Muda Mokoginta sebagai Bupati, kemudian mentapkan ada 15 badan pengurus yang dipilih waktu itu. Ketua umumnya JA Damopolii, sekum saya sendiri Halil Domu, dan bendum pak haji Wahid Makalalag,” ungkap Domu.

Baitul Makmur berubah Jadi Yayasan Ibnu Sabil

Dengan begitu maka terbitlah akta notaries dari Urip Manoppo dengan nama yayasan Ibnu Sabil. Setelah itu disempurnakan, keluar akta notris nomor 06 tanggal 12 Februari 2001.

Dan keputusan menteri hukumdan ham RI nomor AU-0019071.ah.01.04 taggal 13 agustus 2021 melalui akta notaries Nasrun Koto SHMH nomor 04 tanggal 9 agustus 2021.

“Ini akta notaries yang ke dua, Pertama akta notaries dikeuarkan oleh Urip manoppo, kemudian akta notaries ke dua setelah dilakukan penyempurnaan dan kita langsung daftar ke kemnkumham itu oleh nasrun koto,” jelasnya.

“Kenapa terjadi perubahan, karena dalam anggaran dasar anggaran rumah tangga Ibnu sabil, keanggotaan itu dinyatakan berhenti bilamana meninggal dunia, kedua atas permintaan pendiri. Ketiga diberhentikan karena me nyalahgunakan wewenang, mengatasnamakan organisasi,” jelasnya.

“Setelah itu kami kembali mengkaji, sebab ketua ketua sudah meninggal dunia, yang ada tinggal kami antara lain saya, bendum masih ada, pak subekti ali masih ada kemudian pak MSL landjar masih ada itu wakil sekretaris. Kemudaian ada pak ginano, pak yosi mokodompit. Kami pikir begini, sesuai adart itu boleh kita mengadakan penyempurnaan kepengurusan, maka diadakan rapat rapat sesuai dengan aturan organinsasi kemudian kami adakan pemnyempurnaan yang dikengkapi kepengurusan,” jelasnya.

Kepengurusan tersebut kata Domu, yakni terdiri dari Pembina Drs Halil Domu, ketua umum Muhammad Salim Landjar, sekretaris Subekti Ali, bendahara Wahid Makalalag, dan kepengursan lengkap ada 17 orang, haji Iskandar Paputungan SH MH, merupakan ketua pengadilan tinggi agama, masuk sebagai salah satu wakil ketua pembina. “Jadi dasar itu yang masuk di kepengurusan sesuai dengan SK Notaris yang tadi yang dibuat oleh NASRUN KOTO. Jadi ada dua akta notaries yakni Urip Hasan dan Nasrun Koto,” kata Domu.

Sementara untuk pendirian madrasah ibtiayah baitul makmur kotamobagu nomor KD23.01/04/PP/00.2/2678/2009, setelah ada pemekaran piagam pendirian juga ikut dirubah. “Kalau pertama itu tahun 1999, setelah ada pemekaran diadakan perpanjangan itu tahun 2009 dari kantor departemen agama,” jelasnya.

Sedangkan untuk ijin operasional madrasah yakni tanggal 28 desember 2012 dari kantor kementrian kota kotamobagu.

“Jadi nama dalam ijin opersional adalah madrasah iptidaiyah ibnu sabil. Jadi mulai dari pangkalan datanya, adalah ibnu sabil, akta notary ibnu sabil. Piagam pendirian ibnu sabil, ijin operasional 28 desember 2012 ibu sabil.

Kemudia sertifikat akreditasi dengan nilai 99 itu peringat A (amat baik) itu tanggal 24 desember 2013 itu atas nama ibnu sabil.

“Kemudian ada pada saat itu 2013 itu regulasi yang kita pegang jadi ada 4 regulasi dasar hukumnya kita pegang,” tutup Domu.

 

Penulis : Konni Balamba

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.