TOTABUANEWS.COM, Boroko – Mantan Rektor Unsrat Prof Dr Lucky Sondakh MSi Minggu, (24/03/13) mengunjungi lokasi peternakan sapi milik Bupati Bolmong utara Hamdan Datunsolang. Kedatangan ayah Angelina Sondakh itu merupakan wujud apresiasi positif atas keberhasilan Hamdan memotivasi petani menghasilkan pupuk organik caik (POC) dan pupuk kompos.
Bersama dengan rombongan, Lucky disambut Hamdan di kawasan desa Huntuk. Didampingi 2 mahasiswa Pasca Sarjana Unsrat, Syarifuddin SSTP, Ir Herman Tiwo dan Kepala Dinas Pertanian, peternakan dan kehutanan Ir Saerodji.
Di tempat pertama, kelurahan Bintauna, Lucky menyaksikan proses dihasilkannya pupuk organik cair dan kompos.
“Untuk kotoran 24 ekor sapi dapat dihasilkan 5000 liter POC dan 8 Ton pupuk kompos,” jelas Syarifuddin yang didampingi Hamdan Datunsolang.
Decak kagum, terlontar dari mulut Lucky Sondakh. Betapa tidak cash flow yang didapat dari usaha kelompok tani Moto Tapia Turi yang didukung Perusahaan CV Agro niaga Mandiri amat tinggi. Kalau POC 5000 liter dijual Rp 20000 maka petani akan meraup Rp 100 Juta. Sementara pupuk kompos 8 ton atau 8000 kg x Rp 2500 bisa meraup Rp 200 juta. Total Rp 300 juta.
“Luar biasa, ini perlu dikembangkan lebih luas luas ke masyarakat Bolaang Mongondow Utara,” terang Guru besar Unsrat itu.
Di kandang itu pula, Prof Lucky terlibat diskusi kecil dengan Bupati Hamdan Datunsolang. Dikatakan Lucky, produksi pupuk organik cair itu harus terintegrasi dengan program-program lain.
Hamdan sendiri menjawab, bahwa program terintegrasi dari POC sudah dilaksanakan semisal pengembang biakan sapi di kawasan Huntuk. Bahkan hasil olahan padi, pun sudah diolah sedemikian rupa.
“Ada pengembangan breket dari sekam padi yang kandungan kaliumnya cukup besar bisa sebagai pupuk sayur-sayuran dan bunga,”urai Hamdan.
Di kandang pengembang biakan sapi sekaligus penggemukan sapi. Lucky Sondakh, Mengapresiasi terobosan POC, pupuk kompos dalam bentuk tablet sebagai terobosan yang pro rakyat. Modernisasi alat dan pengembangan ke rakyat harus segera dilakukan.
“Ini sudah sangat tepat, produktifitasnya terjangkau, sudah memasyarakat dimana produknya sudah dibagi-bagi ke masyarakat, pembiayaannya murah dan kebijakannya pun tepat,” tutup mantan kepala Bappeda sulut itu. (Eky/Jun)