TOTABUANEWS, BOLMONG – Keberadaan Pos penjagaan untuk melakukan Pemungutan Liar (Pungli) ke pekerja Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) yang berada di jalan perkebunan Desa Bakan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), bisa meraup ratusan juta setiap bulannya.
Dengan pendapatan yang cukup banyak itu, mendapat sorotan salah satu warga Desa Bakan, dimana menurut warga. Pihak Pemerintah Desa (Pemdes), tidak pernah menyampaikan total penghasilan dari pos tersebut, Bahkan kata warga Desa Bakan yang enggan namanya di publikasikan itu, mengatakan penjagaan pos penagihan diduga telah sepenuhnya melibatkan keluarga Sangadi Desa Bakan Hasanudin Mokodompit.
“Semenjak adanya pos pungli di jalan akses masuk ke PETI itu. hasil pendapatan untuk pembangunan masjid di desa. Sampai saat ini tidak jelas. Hasilnya saja kami tidak ketahui berapa, selain itu pengelolaan pos kebanyakan dari keluarga Sangadi Desa Bakan,” ungkapnya, Sabtu (22/9/2018).
Terpisah Sangadi Desa Bakan, Hasanudin Mokodompit saat dikonfirmasi TOTABUAN.NEWS di kediamannya, Minggu (23/9/2018), membenarkan adanya pungutan bagi para pekerja yang masuk ke PETI.
“Memang ada biaya masuk lewat pos penagihan dengan setiap orangnya dibebankan biaya Rp5000, dan itu kecil dibandingkan yang mereka dapat dari pengelolaan PETI,” ungkapnya.
Dikatakan juga, dibuatnya pos masuk tersebut sudah lewat musyawarah Pemdes Bakan, Tokoh Masyarakat, dan warga. Serta dilakukan penagihan biaya masuk itu, untuk pembangunan masjid di desa.
“Uang yang diberikan para pekerja berasal dari warga Desa Bakan dan luar desa itu, untuk pembangunan tempat ibadah, walaupun itu sudah dikatakan Pungli, karena tidak dibuat perdes karena tambang yang ada juga ilegal, tapi. Ini demi kepentingan pembangunan di desa, apalagi dampak dari PETI kedepan yang merasakan adalah warga saya, sudah merusak lingkungan dan kami dapat apa, maka dan ini juga sudah lewat musyawarah,” kilahnya.
Dijelaskannya, untuk pendapatan per hari bisa Rp4 juta, selain itu kata Sangadi yang sudah menjabat dua tahun ini, tidak setiap harinya tergantung mereka yang masuk ke PETI.
“Ada pekerja yang sampai berminggu-minggu di PETI ada yang setiap harinya juga, jadi pendapat tidak menentu hanya jika ramai bisa Rp4Juta setiap harinya, ada juga yang Rp2juta dan Rp3juta setiap harinya,” bebernya.
Dilanjutkannya juga, bahwa keberadaan pos tersebut sudah tujuh bulan terakhir, dan pendapatan selama tujuh bulan terakhir sudah mencapai Rp700an juta.
“Semua pendapatan itu kami pusatkan untuk pembangunan masjid, dan saat ini kami sedang membangunan pagar dikeliling masjid,” katanya.
Mokodompit juga membantah jika ada keterlibatan keluarganya yang menjaga pos tersebut.
“Jadi kami pakai sistem setiap RT yang menjaga, dan itu bergantian, jika kata mereka semuanya keluarga saya itu benar, karena semua yang terlibat masyarakat,” tukasnya.
Peliput: Ebby Makalalag