TOTABUAN.NEWS, KOTAMOBAGU – Setiap kali warga Kota Kotamobagu maupun Bolaang Mongondow Raya (BMR) pada umumnya mengadakan hajatan, baik pernikahan, khitanan dan lainnya, pasti tidak lupa menyiapkan Binarundak.
Makanan khas berbahan dasar Beras Ketan (dalam bahasa Mongondow disebut Pulut) yang diisi dalam Bambu Muda dan dibakar menggunakan Kayu Api dan Sabut Kelapa ini, sangat familiar bagi masyarakat BMR dan daerah lainnya di Sulawesi Utara (Sulut).
Seperti yang ditekuni oleh Sulaeda Sugeha (67), warga Kelurahan Motoboi Besar, Kecamatan Kotamobagu Timur. Dirinya setiap hari membuat Binarundak yang dalam bahasa Manado disebut Nasi Jaha, untuk dijajakan dirumahnya sendiri, maupun pesanan beberapa pelanggan. “Tiap hari saya membuat Binarundak sebanyak 10 kilogram untuk dijual per potong Rp2000. Ada kalanya juga membuat pesanan dari hajatan masyarakat sekitar sini,” ungkapnya.
Dia menerangkan, bahan membuat Binarundak cukuplah mudah didapatkan.“Bahannya hanya Beras Ketan, Kelapa, Jahe dan Gula Putih. Kemudian kita juga siapkan Bambu Muda, Daun Pisang yang akan diisi kedalam Bambu serta Sabut Ke untuk pembakaran. Lama pembakaran tergantung pengaturan besarnya Api, bisa 4-5 jam,” terang Sulaeda.
Dia mengatakan, produksi Binarundaknya selama ini tidak dikeluhkan oleh para pembeli.“Alhamdulillah, sampai saat ini para langganan sangat puas dengan Binarundak yang saya buat,” ujarnya.
TIM TOTABUAN NEWS