TNews, KOTAMOBAGU – Memasuki puncak musim kemarau di Sulawesi Utara (Sulut) September ini, agaknya diprediksi tak terlalu berdampak dalam menurunkan hasil panen padi Kotamobagu. Kepala Dinas Perikanan, Pertanian dan Peternakan (Diapertanak) Kotamobagu, Muljadi Suratenodjo, melalui Kepala Bidang Perkebunan, Tanaman Pangan dan Holtikultura, Ramjan Mokoginta, mengatakan untuk memang akan ada berdampak, tapi untuk stok padi atau beras sendiri, saya yakin masih cukup untuk memenuhi kebutuhan.
“Di samping, kami juga tengaj mengantisipasi dampak kekeringan tersebut, dengan membangun jaringan irigasi air di setiap persawahan yang ada di Kotamobagu. Jaringan irigasi air, itu merupakan salah satu upaya Pemkot untuk mengantisipasi gagal panen padi para petani,” ujar Ramjan, Jumat (06/09/2019).
Senada, Kepala Seksi Lahan dan irigasi Bobby Damopilii, menyapaikan lahan persawahan di Kotamobagu memiliki luas yang terbatas. Kendati demikian, musim kemarau yang tengah berlangsung tidak terlalu memberikan pengaruh terhadap produksi pertanian. “Luas lahan Persawahan di Kotamobagu 1.691,50 Hektare. Itu terbagi di kotamobagu selatan sebesar 1002,60 hektare, Kotamobagu Timur 511,04 hektar, Kotamobagu Utara 120,70 hektare, dan Kotamobagu Barat 57,16 hektar. Selain itu, jumlah hasil panen padi Agustus sebanyak 17.063 Ton,” jelasnya.
Meski begitu, dirinya menambahkan, masih menerima beberapa keluhan dari para petani terkait musim kemarau yang panjang ini. “Pasti ada tapi hanya terkait tanaman perkebunan bukan persawahan. Tapi pasti kami tanggapi dengan memberikan sejumlah bantuan seperti pompa air dan alat pertanian lainnya,” pungkasnya.
Terpisah, Wali Kota Kotamobagu mengimbau para Lurah/Sangadi untuk aktif dan siaga memperhatikan potensi lahan terbakar. “Tentu jika ada laporan pemerintah akan berusaha segera memberikan bantuan. Kita bersama-sama seluruh masyarakat siaga, jangan memantik api sembarangan, dan hal-hal yang berpotensi menyebabkan kebakaran,” singkat Wali Kota.
Neno Karlina






