Catatan :
Mihuandayani, S.Kom, M.Kom, Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan STMIK Multicom Bolaang Mongondow
Mengawali catatan kali ini, topik yang disuguhkan hangat tentang bagaimana semestinya generasi millennials menjalani lakon atau peran khususnya bidang informatika di era teknologi yang mampu menembus keterbatasan ruang dan waktu. Salah satu contoh yang bisa kita amati adalah gaya penyampaian informasi saat ini yang mungkin jauh berbeda dengan dulu. Koran dan majalah tempo dulu tertumpuk sebagai sumber informasi, namun saat ini dengan menggenggam gadget mampu memberikan informasi se-per-sekian detik dari belahan dan penjuru dunia. Tak heran hal ini mendorong para generasi millennials untuk aktif terlibat dengan teknologi bahkan dengan gaya belajar masa kini.
Namun pertanyaannya, apakah ada peningkatan kualitas pengetahuan, bakat dan kreativitas generasi millennials ini? Menurut salah satu penelitian, Millennials dapat dikategorikan sebagai istilah untuk generasi yang lahir pada rentang waktu sekitar 1980 – 1995. Dalam era ini, teknologi industri memang tengah tumbuh pesat khususnya pada komputer. Perkembangan teknologi informasi yang biasa disebut Information and Communication of Technology (ICT) saat ini telah memasuki revolusi industri 4.0. Hal ini ditandai dengan kemajuan di bidang Artificial Intelligence (AI), Big Data, Internet of Things, dan Cloud Computing. Teknologi ini lambat laun mengubah sudut pandang dan cara pikir penggunanya yakni kita sebagai manusia.
Sejatinya teknologi menjadi alat untuk mempermudah dan mengatasi berbagai persoalan pekerjaan manusia sehari – hari. Namun, tak semua pengguna (user) mampu memanfaatkan teknologi dengan baik. Bahkan aspek sosial yang terbentur dengan teknologi saat ini tengah marak diperbincangkan. Salah satu contoh konkret adalah penyalahgunaan penyampaian informasi atau yang sering disebut dengan berita “hoax” atau berita palsu. Beberapa pengguna sosial media yang tak lagi bijak dengan mudahnya menyebarkan berbagai berita palsu yang dapat merugikan pihak tertentu.
Tak melulu hanya tentang masalah penyalahgunaan teknologi, masih banyak pemanfaatan yang tepat dilakukan oleh user khususnya generasi millennials dalam mendukung perkembangan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya dengan menciptakan berbagai program aplikasi yang dibutuhkan dan berperan penting dalam bidang pendidikan, kesehatan, bisnis, pertanian, dan lain – lain. Berbagai aplikasi ini tak hanya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ICT. Namun juga bagi setiap penggunanya yang dapat saling kolaborasi untuk meningkatkan nilai manfaat maupun kualitas produksi di wilayah setempat.
Sebagai tenaga pendidik yang menggeluti bidang informatika, khususnya pada mahasiswa di STMIK Multicom Bolaang Mongondow terus diberdayakan dan diupayakan untuk tampil kreatif dan inovatif memandang teknologi sebagai alat yang paling ampuh saat ini untuk menghasilkan solusi bagi permasalahan sehari – hari. Hal ini salah satunya dilaksanakan melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang menjadi wadah yang seluas – luasnya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terus mengembangkan ide khususnya dalam bidang teknologi informasi. Informatika memegang peranan yang sangat penting, karena pemerintah saat ini turut menyongsong perkembangan revolusi industri 4.0 melalui berbagai konsep pengembangan tata kelola ICT seperti Smart City.
Teknologi tak lain halnya seperti mata pisau yang sangat tajam, sehingga penggunanya khususnya para generasi millennials perlu menggunakannya dengan bijak. Asah kreativitas melalui penggunaan media digital secara tepat, namun bukan menjadi budak teknologi saja. Seperti kata BJ. Habibie bahwa teknologi hanya wahana untuk mencapai tujuan utamanya yakni membangun Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang lebih unggul.
Untuk bisa mendorong sinergi positif akan teknologi, memang dibutuhkan peranan yang besar serta kolaborasi berbagai bidang dan berbagai pihak yang terkait, baik dari pemerintahan, swasta maupun masyarakat Para millennials dan generasi penerus bangsa saat ini, sekarang bukan lagi saatnya untuk apatis, karena bangsa ini membutuhkan SDM yang handal dengan mental penuh kerja keras. Perang yang kita hadapi bukan lagi dengan pedang tapi dengan pemikiran atau “Ghazwul Fikri”. Tanyakan lagi di dalam benak, Apa kontribusi yang sudah diberikan untuk bangsa?